Mata Air,Kupang. Bumi tempat kita berdiam saat ini darurat sampah. Sampah berserakan di mana-mana baik di pinggir jalan, hutan, sungai dan laut. Keadaan ini telah menjadikan bumi kita ibarat tempat sampah besar (LG 21).
Sebagai bagian dari solidaritas dengan alam, maka Relawan SOMI (Solidaritas dan Misi) Claret bergegas menuju Pantai Sulamanda pada Jumat (6/5/2022) untuk melakukan pembersihan pantai dengan memungut sampah plastik di sepanjang bibir pantai.
Setiap Relawan membawa masing-masing karung untuk menampung sampah yang telah dipunggut. Adapun sampah yang dipilih adalah gelas kemasan air mineral dan aneka plastik lainnya. Kegiatan ini merupakan bagian dari kecintaan kepada alam.
Bumi kita adalah ibu yang jelita yang telah melahirkan tumbuh-tumbuhan hijau, udara yang segar dan air yang sejuk. Namun, dengan kemajuan teknologi yang pesat saat ini, wajah ibu kita yang jelita dilumuri dengan sampah yang berserakan di mana-mana.
“Sampah plastik baru bisa terurai dalam 200 tahun, itupun jika terpapar langsung sinar ultraviolet dari matahari. Jika tenggelam di laut maka akan bertahan selama-lamanya”, ucap P. Seles, CMF selaku koordinator SOMI Claret.
Selain itu, P. Seles juga menegaskan bahwa menyelamatkan bumi dari sampah adalah upaya untuk menjaganya demi masa depan anak cucu. Jika bumi tidak dijaga maka segalanya akan tercemar dan kita hanya mewariskan air mata dan bukan mata air kepada generasi mendatang.
Para Relawan SOMI berisi sekumpulan orang-orang muda yang memiliki semangat kepedulian terhadap alam dan sesama. Kelompok ini terbentuk pada 8 Mei 2021 silam tanggap darurat atas bencana badai Siklon Tropis Seroja yang menimpa NTT, 4-5 April 2021.
Sebagai kaum muda, Relawan SOMI turut berpartisipasi dalam melawan penyebaran sampah demi ke keutuhan ciptaan dan kelestarian alam agar tidak tercemar oleh sampah yang berserakan.
“Keselamatan alam itu penting karena alam adalah bank yang paling kaya”, ucap Yestin Imo, salah satu relawan yang sedang mengenyam pendidikan di Prodi Teknologi Pakan Ternak, Politani Kupang.
“Karena yang bumi butuhkan saat ini adalah tindakan nyata, bukan sekedar berkata-kata”, ungkap Honorata Etralia Mardin Prodi Ilmu Hukum Semester 2 Universitas Nusa Cendana
“Kegiatan hari ini sangat bermanfaat dan menyenangkan, membersihkan pantai Sulamanda dari sampah plastik, yang dibuang pengunjung dan kami sebagai pengunjung yang baik memungutnya kembali dan membuang sampah-sampah tersebut pada tempatnya, demi terjaganya kebersihan lingkungan pantai dan juga ekosistem laut”, ungkap Felixa Yuki Levinda Mahasiswi semester 2 prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat, UNDANA.
Para relawan sangat bersyukur bisa turut mengurangi volume sampah di wilayah Kota Kupang agar wajah Kota Kupang terbebas dari sampah dan predikat “Kota Terkotor” tidak lagi disematkan kepada Kota Kupang.
Lasiana, Kupang. Pada Selasa (5/4/2022), Delegasi Independen Indonesia-Timor Leste mengadakan sebuah webinar tentang Lectio Divina. Webinar dimoderatori oleh P. Valens Agino, CMF. Dalam kesempatan berahmat itu, Delegasi mengundang P. Henry Omonisaye, CMF sebagai pemberi materi.
Mula-mula P. Henry mengutarakan seputar identitas seorang Misionaris Claretian. Diungkapkannya bahwa identitas seorang Misionaris Claretian yang paling kentara adalah pendengar dan pelayan Sabda Allah. Sebagaimana dalam Kapitel Umum XXVI, ditekankan semangat untuk berakar ke dalam Yesus, berarti menjadi murid-Nya dan mendengarkan Sabda-Nya dengan sungguh.
Dalam semangat kapitel tersebut, setiap Misionaris Claretian diminta untuk semakin mendalami Sabda Tuhan. Salah satu cara yang dipakai untuk mendalami Sabda Tuhan adalah dengan Lectio Divina. Dalam pada itu, Misionaris Claretian asal Delegasi Nigeria Barat ini mengingatkan para peserta untuk ber-lectio divina dengan empat langkah yang diperkenalkan oleh Guido II, seorang biarawan Cartusian, yakni lectio (bacaan), meditatio (meditasi), contemplatio (kontemplasi), dan oratio (doa).
“Carilah dalam bacaan dan Anda akan menemukan dalam meditasi; ketuklah dalam doa maka pintu akan dibukakan bagimu dalam kontemplasi”, ungkap P. Henry sembari mengutip kata-kata dari Guido II.
Bagi P. Henry, sebuah lectio divina bukanlah sebuah pembacaan biasa atas Sabda Tuhan yang tertulis dalam Kitab Suci. Lectio divina pada intinya adalah sebuah doa yang mendapat dorongan kekuatan dari Sabda Tuhan yang sedang direnungkan.
“Lectio divina adalah doa yang diilhami, dibantu, dan dipelihara oleh firman Tuhan yang dibaca dalam Kitab Suci”, terang P. Henry yang kini menjabat sebagai Prefek Kerasulan Kitab Suci dan Komunikasi.
Salah satu aspek penting yang dikemukakan oleh P. Henry ketika mengadakan lectio divina adalah dengan menggunakan pendengaran hati. Dengan pendengaran hati tersebut, para peserta yang mengadakan lectio divina diharapkan dapat mendengarkan suara Tuhan yang ada dalam bacaan yang sedang direnungkan.
“Dalam lectio divina, kita berdoa dengan menggunakan telinga hati sehingga Anda bisa mendengarkan Tuhan dalam bacaan Kitab Suci”, ungkapnya.
Di akhir pemaparannya, P. Henry memberikan beberapa masukan perihal praktik lectio divina ini. Ada lima poin yang dibagikannya, yakni mengadakan lectio divina setiap hari, mencurahkan waktu untuk lectio divina dalam komunitas, sharing Sabda Tuhan dengan umat beriman, memperdalam cinta akan Kitab Suci melalui sharing Kitab Suci, dan mengorganisir studi Kitab Suci.
Pada kesempatan itu, para peserta yang hadir adalah semua misionaris yang tergabung dalam Delegasi Independen Indonesia-Timor Leste, mulai dari Aspiran, Postulan, Novis, Frater-Bruder berkaul sementara, hingga yang berkaul kekal.
Benlutu, Timor Tengah Selatan. Komunitas SEPEKita kembali mengadakan kegiatan bertajuk “Gerakan Latih Bersama” di Benlutu, Sabtu (2/4/2022). Kegiatan yang dilangsungkan di rumah retret dari Komunitas Novisiat Claretian Benlutu itu dihadiri oleh beberapa kelompok kategorial yang berada di bawah naungan Paroki St. Vinsensius a Paulo, Benlutu, yakni Kelompok Petani Claret, Kelompok Mawar dan Orang Muda Katolik (OMK).
Dalam kegiatan tersebut, komunitas SEPEKita kembali memberikan pelatihan seputar pengolahan bahan-bahan makanan dan obat-obatan lokal menjadi cemilan dan minuman herbal. Beberapa bahan makanan dan obat-obatan yang diolah dalam pelatihan tersebut adalah jahe, jagung, ubi ungu dan kelor.
Semua anggota yang hadir sangat antusias mengikuti proses belajar bersama ini dan pada kesempatan ini mereka berlatih untuk mengolah jahe, stik ubi ungu dan daun kelor, marning jagung dan kripik pisang dengan rasa yang enak dan dengan kualitas yang berbeda. Mereka mengungkapkan bahwa kegiatan hari ini menambah pengalaman dan pengetahuan yang baru bagi mereka.
Yovita Ceme, perwakilan dari Kelompok Tani Claret mengatakan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat bagi mereka dan pengalaman ini mendorong mereka untuk bekerja lebih demi menopang ekonomi rumah tangga. Ia juga menegaskan bahwa ada hal baru yang mereka pelajari dalam kegiatan ini. Sebab, selama ini yang banyak diketahui oleh masyarakat adalah membuat keripik cakar ayam biasa.
“Selama ini kami tidak pernah melakukan hal seperti ini, misalnya cara membuat stik ubi ungu dan stik kelor. Selama ini yang kami buat itu hanya kripik cakar ayam biasa. Dengan kegiatan ini kami mendapat ilmu yang bermanfaat”, ujarnya.
Selain itu, Alfonsa Maria Abi, salah satu perwakilan Orang Muda Katolik (OMK) menceritakan bahwa kehadiran SEPEKita memberikan ilmu baru untuk orang muda bahwa dari bahan-bahan lokal, orang muda bisa menghasilkan olahan berkualitas dengan rasa yang bervariasi. Pelatihan hari ini bisa membuka peluang orang muda untuk berwirausaha dengan apa yang mereka miliki dengan sumber daya yang ada di sekitar mereka.
Matildis Koa, perwakilan dari Kelompk Mawar mengungkapkan bahwa ia sangat senang dengan kegiatan ini sebab pelatihan tersebut sangat menginspirasi, membantu dan menambah ilmu untuk yang mengerjakan industri rumahan. Ia juga mengakui bahwa ada beberapa kebaruan dalam teknik pengolahan Instan jahe yang mereka pelajari dari Gerakan Latih Bersama ini.
“Kegiatan ini sangat bermanfaaat dan kami senang bisa mengikuti kegiatan ini karena sudah ada izinnya sehingga kita kerja kedepannya itu untuk tujuan pemasaranya itu ada dan jelas, kalau sebelumnya masih secara perorangan dan sekarang sudah kelompok sehingga pemasarannya bisa jelas”, jelasnya.
Silverius Homa, CMF selaku pendamping beberapa kelompok kategorial yang berada di bawah bimbingan Paroki St. Vinsensius A Paulo, Benlutu, dalam sambutannya mengucapkan terima kasih kepada Koordinator SEPEKita dan timnya yang telah menerima dan menjawab undangan mereka untuk hadir di Paroki St. Vinsensius a Paulo, Benlutu. Ia juga melanjutkan bahwa kegiatan belajar bersama ini akan membawa manfaat bagi kelompok secara khusus dan masyarakat pada umumnya.
Sebagai pendamping kelompok kategorial tersebut, P. Sil, CMF mengharapkan agar anggota kelompok harus melanjutkan usaha ini, dan kepada komunitas SEPEKita ia berharap agar kegiatan ini tidak sebatas Latihan hari ini tapi harus ada pendampingan lanjutan oleh komunitas SEPEKita.
“Kami sangat senang mengambil bagian dalam pemberdayaan ini. Harapan untuk kelompok, semoga tetap memiliki semangat untuk melanjutkan impian atau karya ini untuk masa depan yang lebih baik. Semoga kerja sama ini membawa hasil yang lebih baik seperti kelompok lain yang telah di bentuk oleh kelompok SEPEKita”, ungkapnya.
Di akhir dari kegiatan ini, tim Komunitas SEPEKita bersama semua anggota yang hadir membentuk sebuah kelompok dengan nama sah, yaitu NUNUH AMASAT dan merencanakan program selanjutnya dengan tempat dan tanggal yang pasti. Selain itu, Tim SEPEKita juga menjelaskan tentang Analisa Rencana Usaha. Analisa ini akan membantu anggota kelompok melihat peluang bisnis yang ada dan menentukan harga jualnya sekaligus proses pemasarannya.
Semau, Kupang. Pada 4-5 Maret 2022 silam, Komunitas SEPEKita telah mengadakan pelatihan bertajuk “Gerakan Latih Bersama” bertempat di wilayah kuasi Paroki St. Petrus Batu Karang Liman, Semau. Pelatihan tersebut ditujukan kepada para peserta yang tergabung dalam kelompok Langa Bungtilu. Saat itu, sebanyak 15 peserta hadir dalam pelatihan tersebut.
Pada kesempatan itu, Komunitas SEPEKita dan kelompok Langa Bungtilu belajar mengolah rumput laut, bawang merah dan minuman herbal.
Yustina Sadji, pendamping kegiatan pelatihan, melalui sambungan whatsapp menginformasikan bahwa kegiatan pelatihan tersebut telah berhasil dilaksanakan. Hasilnya, kelompok Langa Bungtilu langsung mengadakan bazar kemudian memperoleh pendapatan sebesar Rp 1.205.000. Hasil itu menjadi pemasukan bagi kelompok Langa Bungtilu sebagai modal untuk terus berproduksi.
Yustin Sadji menjelaskan bahwa Komunitas SEPEKita akan terus melakukan “Gerakan Latih Bersama” untuk umat dan masyarakat untuk memberdayakan keterampilan yang dimiliki agar bisa menjadi salah satu sumber penopang hidup ekonomi keluarga.
“Ibu-ibu yang hadir ini diharapkan memiliki keterampilan yang diberikan Komunitas SEPEKita sebagai kekuatan untuk memberdayakan diri dalam menopang ekonomi keluarga”, ungkapnya.
Kegiatan “Gerakan Latih Bersama” yang ditawarkan oleh Komunitas SEPEKita mendapat tanggapan yang positif dari Pastor, Dewan Kuasi Paroki dan tim sosial ekonomi (Sosek) wilayah setempat.
RD. Philipus Philic, Pr, selaku pastor dari kuasi Paroki St. Petrus Batu Karang Liman, Semau sangat mendukung program ini. Ia mengatakan bahwa umat dan juga kelompok lain di sekitar wilayahnya sangat terbantu menjadi lebih kreatif dan keterampilan yang dimiliki akan membantu meningkatkan ekonomi rumah tangga.
“Kegiatan ini membantu umat untuk lebih kreatif meningkatkan ekonomi rumah tangga dan kehadiran SEPEKita dengan program “Gerakan Latih Bersama” sangat membantu umat, tidak hanya kelompok di wilayah kuasi paroki tetapi juga kelompok lain di wilayah sekitarnya “, katanya.
Lebih lanjut RD. Philipus Philic, Pr, menjelaskan bahwa hal yang membuat dia tergerak hati untuk terlibat dalam gerakan ini adalah bahwa Komunitas SEPEKita menyadarkan umat dan membantu mereka untuk membangun dari apa yang mereka miliki dalam kehidupan harian mereka.
“Visi misi SEPEKita membangun dari apa yang ada pada umat membuat saya sebagai pastor tergerak hati untuk membantu umat sehingga memberdayakan apa yang ada pada diri mereka”, tandasnya.
Selanjutnya, menurut Yustin Sadji, dukungan, pengawasan dan pendampingan intensif dari pastor kuasi paroki St. Petrus Batu Karang Liman, Semau telah mengatar kelompok Langa Bungtilu untuk mengaktualisasikan komitmen mereka. Untuk itulah, pada Sabtu (26/3), kelompok Langa Bungtilu kembali memproduksi sirup rumput laut, pilus rumput laut, dan instan jahe rempah.
“Hari ini, 26 Maret 2022, kelompok Langa Bungtilu menindaklanjuti komitmen yang dilakukan kelompok bersama komunitas SEPEKita dengan memproduksi sirup rumput laut, pilus rumput laut dan instan jahe rempah. Kegiatan ini akan selalu diawasi dan didampingi oleh pastor kuasi Paroki. Ia sangat mendukung kegiatan pemberdayaan umat”, katanya.
Pulau Semau merupakan penghasil rumput laut dan bawang merah. Kelompok Langa Bungtilo merupakan kelompok percontohan dalam mengolah sumber daya lokal tersebut menjadi produk yang mempunyai nilai jual dan menjadi pilihan usaha bagi umat dan masyarakat Semau secara keseluruhan. Menurut rencananya, produk-produk olahan kelompok Langa Bungtilu akan masuk dalam Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) NTT.
Bonipoi, Kupang. Komunitas SEPEKita kembali melakukan kegiatan solidaritas dan pemberdayaan melalui kelompok-kelompok kecil. Dalam kegiatan bertajuk GERAKAN LATIH BERSAMA tersebut, para peserta yang hadir diberi pelatihan untuk memanfaatkan aneka tanaman rimpang menjadi minuman herbal.
Kegiatan pemberdayaan tersebut dilaksanakan di wilayah satu, KUB Sta. Bernadeta, Paroki Kristus Raja Kota Kupang, pada Sabtu (19/3/2022). Kegiatan tersebut dihadiri oleh beberapa koordinator SEPEKita dan 13 umat KUB Sta. Bernadeta.
Ibu Yustin Sadji, selaku koordinator lapangan dari SEPEKita, mengungkapkan dua hal kepada para peserta yang hadir perihal kegiatan tersebut dilaksanakan di tahun 2022 terkait dengan pembuatan obat-obatan herbal.
“Pertama untuk membuat minuman herbal yang menyehatkan untuk menjaga imunitas tubuh. Kedua bagaimana minuman ini menjadi sumber penghasilan dalam menopang perekonomian keluarga.”
Selain itu, Gerakan Latih Bersama tersebut bermaksud agar semua peserta dan juga para pemberi pelatihan dapat belajar secara bersama-sama. Ibu Yustin mengatakan bahwa pelatihan tersebut adalah suatu proses belajar bersama antara pemberi pelatihan dan para peserta.
“Kita bukan membuat pelatihan, tapi kita membuat gerakan yang dibilang Gerakan Latih Bersama. Proses latih bersama ini bukan berarti orang-orang SEPEKita yang menjadi pelatih sedangkan mama-mama dan adik-adik menjadi peserta latihan, itu tidak. Ini adalah proses bersama.”
Adapun juga ibu Dortia Sonja Bura Wake, salah satu tim pemberdayaan di SEPEKita, mengatakan bahwa keberadaan kegiatan Gerakan Latih Bersama pada kesempatan itu adalah untuk meracik minuman herbal. Adapun beberapa tanaman rimpang yang akan diracik adalah jahe dan kunyit.
“Tim SEPEKita bersama anggota KUB yang hadir akan belajar bersama membuat minuman herbal yaitu Instan Jahe Rempah dan Instan Kunyit Asam.”
Ia juga menambahkan bahwa kegiatan ini sangat membantu banyak orang, terlebih ekonomi umat dalam situasi pandemi dan pasca pandemi yang membuat banyak orang mengalami kesulitan untuk mendapatkan pemasukan ekonomis.
“Ini merupakan satu bentuk kepedulian kepada sesama dalam situasi Normal Baru.”
Sementara itu, hadir juga koordinator umum SEPEKita, P. Celestino, CMF. Ia menjelaskan bahwa Komunitas SEPEKita merupakan satu bentuk kerasulan yang dilakukan oleh Kongregasi Claretian bersama kaum awam. Komunitas ini bergerak dalam beberapa hal; solidaritas dan pemberdayaan, teknologi dan lingkungan hidup, dan ekonomi. Ia juga menegaskan bahwa dalam karya ini, SEPEKita selalu bekerja sama dengan Gereja lokal/setempat.
Tujuan dan Harapan
Untuk menindaklanjuti kegiatan ini, tim SEPEKita bersama anggota kelompok yang hadir sepakat untuk membentuk satu kelompok secara sah. Nama kelompok tersebut adalah Kelompok Usaha Bernadet. Kelompok ini berada di Jl. Lontar 37 Pasir Panjang, Paroki Kristus Raja, Kota Kupang, NTT.
Menurut Ibu Yustin, selain tujuan-tujuan yang telah disampaikan, kegiatan tersebut juga dilakukan untuk mengajak orang-orang Katolik berkontribusi terhadap permasalahan yang terjadi saat ini yaitu masalah sosial, ekonomi dll.
Selain itu, P. Celestino, CMF menyampaikan harapannya terkait kegiatan pelatihan pembuatan tanaman rimpang menjadi minuman obat-obatan herbal agar selepas pelatihan tersebut, para peserta dapat mempraktekkannya di rumah masing-masing.
“Apa yang kita buat ini bukan hanya buat untuk tahu saja tetapi dibuat untuk bisa berkelanjutan, bisa dilakukan di rumah masing-masing.”
Selain itu, P. Seles juga mengharapkan agar pembuatan minuman-minuman herbal yang dibuat oleh para peserta dapat menjadi salah satu tanggapan dari umat akan pentingnya menjaga kesehatan, teristimewa dalam situasi pandemi covid-19 ini. Minuman herbal dapat membantu menjaga kesehatan tubuh manusia.
“Salah satu yang menjadi isu global saat ini adalah tentang kesehatan (pandemi covid 19). Dengan demikian kita menjawab isu-isu global yang ada dan kita sederhanakan sehingga sampai pada lokalitas di mana kita berkarya.”