Nemi, Italia. 30 Agustus 2021. Pada sesi pagi senin 30 Agustus 2021, Kapitel kembali memilih P. Mathew Vattamattam CMF, sebagai Superior General Kongregasi Misionaris Claretian.
Hari pemilihan dimulai pukul 7:00 pagi, dengan perayaan Ekaristi. Dalam perayaan ekaristi, terang Roh Kudus dimohon untuk membimbing proses disermen dan transendental bagi kehidupan Kongregasi kita.
Pemilihan ini secara resmi dilangsungkan di ruangan aula kapitel pada pukul 9:00, dengan dihadiri 74 bapa kapitel. Dua di antaranya megikuti pemilihan dari kamar dikarenakan masih melakukan karantina. Dan dua orang lagi, tidak dapat melakukan perjalanan ke Roma karena pembatasan Covid-19 di negara masing-masing. Sesi ini dimulai dengan doa Apostolik yang penuh hikmah.
Kemudian, para bapa kapitel berkumpul di kapela di hadapan Yesus Sang Guru untuk berdoa agar proses pemilihan Superior General senantiasa dibawa inspirasi Roh Kudus. Pemilihan tersebut dimulai di ruangan kapitel pada pukul 11:30.
P. Gonzalo Fernández CMF, sebagai moderator yang memoderasi sesi tersebut, memberikan pertanyaan terkait penerimaan hasil pemilihan. Terkait hal itu, P. Mathew menjawabnya dengan bersedia menerima tanggung jawab besar ini. Kata-katanya disambut meriah oleh para bapa kapitel dengan tepuk tangan hangat dan kemudian mereka semua pun bangkit untuk menyapa dan mengucapkan selamat kepadanya.
P.Mathew Vattamattam, CMF, lahir pada tanggal 30 Mei 1959 di Kalathoor, Kerala (India), Paroki St. Maria, Kalathoor.
Dia memulai studi dasarnya di sekolah St. Maria, Kalathoor. Setelah itu ia melanjutkan studinya menegah atas di St. John, Kanjirathanam.
Ia mulai bergabung dalam kongregasi Claretian di komunitas Claret Bhavan di Kuravilangad pada tanggal 3 Juli 1974. Dia mengikrarkan kaul perdananya pada tanggal 31 Mei 1978 dan kaul kekalnya pada tanggal 31 Mei 1984. Ia kemudian ditahbiskan menjadi imam pada tanggal 10 Mei 1986.
Dari tahun 1986-1987 ia dipercayakan sebagai promotor panggilan dan formator bagi aspiran di Claret Bhavan, Kuravilangad. Pada tahun 1987-1988 ia dipercayakan sebagai Promotor Panggilan dan formator seminari menengah di belgaum. Dari tahun 1988-1989 ia ditugaskan sebagai Pastor Paroki St. Maria, Champakulam, Kerala.
Dari tahun 1989-1994 ia melanjutkan studi Licentiate dalam Teologi Sistematis dan Licentiate dalam Psikologi di Universitas Gregorian, Roma.
Pada tahun 1994-1996 ia dipercayakan sebagai Direktur Claret Nivas Retreat House dan magister Novis di Bangalore. Dari tahun 1996-2003 ia ditetapkan untuk menerima tugas sebagai magister Novis dari Provinsi Bangalore.
Dalam Kapitel Umum XXIII, yang diadakan di Roma pada tahun 2003, ia terpilih sebagai Konsultator Umum dan Prefek Formasi. Lalu, pada tahun 2009 ia terpilih kembali ke tugas yang sama.
Dalam Kapitel Umum XXV ia terpilih sebagai Superior General ke-13, dan pada kapitel yang ke-26 sekarang ini ia kembali dipercayakan sebagai Superior General untuk enam tahun ke depan. (Ringkasan Kapitel Umum XXVI oleh Frs. Bady & Nus W.)
Seminari Hati Maria (SHM) – Kupang, Indonesia. Setiap orang lahir dalam budaya tertentu dan dibentuk oleh budaya tertentu. Nilai-nilai budaya tersebut melekat erat dalam pribadi yang bersangkutan, bahkan ikut membentuk karakter dan kepribadian orang yang bersangkutan. Dengan kata lain, tak seorangpun yang hidupnya terlepas dari ikatan kultur tertentu. Setiap orang mau tidak mau mesti terlempar dalam suatu konteks budaya tertentu dan ikut dibentuk oleh tatanan dan nilai-nilai budaya tersebut.
Konteks dan nilai-nilai budaya tersebut meskipun unik, tunggal dan niscaya berbeda antara yang satu dengan yang lain, tetapi ikut membentuk keindahan mozaik kehidupan komunal dalam beragam kemajemukan. Seperti kata sebuah ungkapan, “The beauty of the world lies in the diversity of its people.” (Keindahan dunia terletak dalam kemajemukan orang-orangnya). Saat dunia dan orang-orang yang bertualang di dalamnya semakin beragam, dunia akan terasa lebih indah.
Mengusung indahnya keberagaman ini di bawah tema, “Misionaris Dalam Bingkai Budaya,” Komunitas Seminari Hati Maria (SHM) Claretian Kupang mengadakan Malam Pentas Budaya, pada Minggu, 29 Agustus 2021 di Aula SHM. Ada empat etnis budaya yang ditampilkan pada malam tersebut sesuai dengan jumlah dominan anggota komunitas SHM Kupang, yakni: etnis Timor: Dawan, Belu, Malaka; etnis Manggarai; etnis Nagekeo & Ende-Lio dan etnis Timor Leste (yang juga berasal dari macam-macam distrik). Acara ini dikemas dalam suasana santai sambil menyeruput suguhan “Kopi Tuk,” mengubah malam, bagai menyisir, lalu menyusur lorong-lorong kampung halaman sendiri. Bekerja sama dengan Team Kerasulan Media SHM, suguhan indah dan memukau ini bisa disaksikan dalam channel youtube “Seminari Hati Maria Claretian Kupang.”
Pada Malam Pentas Budaya ini juga diumumkan juara Lomba Menulis Opini, mengambil tema HUT RI ke-76, “Indonesia Tangguh, Indonesia Indonesia Tumbuh” yang diikuti oleh para frater dan bruder Komunitas Seminari Hati Maria dan pembagian hadiah kelompok pertandingan dalam memeriahkan HUT RI ke-76, 17 Agustus 2021. Para penulis yang masuk dalam kategori lima besar dengan judul karya mereka adalah: Yohanes Adrianus Siki, cmf (Ad Fontes:Tangguh Dan Tumbuh Di Tengah Pandemi); Arsensius Roiman Baruk, cmf (Akal Sehat dan Kemajuan Bangsa); Agostinho da Costa Martins, cmf (Pandemi dan Cinta Tanah Air); Ponsianus Ladung, cmf (Bersatu Menuju Bangsa Yang Tangguh) dan Patrianus Densi Dewa Panggo, cmf (Solidaritas: Bukti Ketangguhan Masyarakat NKRI Menghadapi Covid-19)
Komunitas mengucapkan proficiat kepada para frater dan bruder yang telah mengemas acara Malam Pentas Budaya ini. Ada pesan formatif yang jauh lebih dalam dari pentasan ini adalah membentuk para misionaris muda untuk siap menjadi pewarta sukacita Injil yang berani berakar pada budaya setempat, tetapi pada saat yang sama berani keluar untuk membawa semua orang ke dalam budaya Kerajaan Allah, dimana Injil dan narasi Yesus Kristus menjadi pusat sekaligus titik berangkat yang merangkum semua dan menyempurnakan semua. Di ujung tenunan kisah ini, kita akhirnya tunduk-salut pada kebenaran kata-kata ini, “The beauty of community lies in the diversity of its members” (Keindahan sebuah komunitas terletak dalam kemajemukan anggota-anggotanya). Rasanya sang Pemazmur sudah mengalami dan mewanti tentang itu jauh sebelum kita mengaguminya, “Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!” sebagai saudara. Kini saatnya tugas kita mengusahakannya dan menghidupinya hari demi hari. (pfm)
Nemi, Italia. 28 Agustus 2021. Impian Tuhan tetap, yakni menjadikan dunia yang adil dan damai, dunia di mana rasa syukur yang mencairkan setiap kecemasan, dan kemurahan hati mengalahkan setiap keserakahan. Tuhan mendambakan saat dimana cinta dan rasa saling menghormati dapat menyatukan umat manusia, dan indahnya ciptaan yang akan menjadi harta yang luar biasa. Untuk bagiannya, manusia merenungkan, bermimpi dan bertanya-tanya, dan ketika dia bertindak, dia sudah berada di ruang batin. Mimpi ini dimulai dalam permenungan akan penciptaan, yang ditanggapi dalam keheningan yang agung: St Agustinus yang peringatannya kita rayakan dan kita mohon doanya berujar demikian: “Apa yang saya pikiran tentang mereka: dan bentuk keindahan merekalah yang memberi jawaban (Conf X, VI, 9).
Tepatnya hal inilah yang mengundang kami pada hari kedua ini untuk bermimpi: untuk memimpikan Kongregasi kita akan impian-impian Tuhan. Setelah berbagi dan berdialog dalam kelompok, kami memilih impian yang paling umum dari buah refleksi kami. Demikian cukup menyebutkan beberapa dari impian-impian ini untuk menyadarkan bahwa kita masih bersemangat dengan kharisma dan semangat kerasulan yang telah kita warisi: Tempat-tempat periferi manakah yang membutuhkan kehadiran kita pada hari ini dan sudahkah secara konkrit kita menjaga umat Allah dan ciptaan-Nya dalam misi bersama? Bagaimana kita dapat membuat generasi-generasi baru bergairah tentang Yesus Kristus dan Kerajaan-Nya? Dengan cara apa kita dapat mempromosikan karakter inter-kultural dan antarbenua dari Kongregasi? Bagaimana membangun proyek komunitas dan misi dalam sinodalitas dan antarbudaya? Bagaimana kita bisa berakar dalam Sabda Allah seperti yang dilakukan Maria? Bagaimana kita dapat memperdalam sentralitas Sabda Allah dalam komunitas kita dan dalam realitas orang-orang yang kita layani? Bagaimana kita dapat memberikan inspirasi untuk para Claretian yang telah kehilangan antusiasme kemisionarisan mereka?
Para fasilitator kemudian memberi kami panduan untuk masuk dalam kelompok dan, mempertimbangkan pekerjaan sebelumnya, menulis dengan segera pernyataan mengenai impian kami untuk Kongregasi, sembari mempertimbangkan bahwa bahasa dapat mengubah dan membentuk realitas kami.
Pada sesi kedua pagi ini, kami menyusun pernyataan-pernyataan tentang impian kami dan mencatat bahwa di dalam semuanya itu, kami mengungkapkan unsur-unsur kehidupan dari misi kami yang adalah sumber keberakaran dan pada saat yang sama menjadi sumber keberanian untuk menghadapi tantangan saat ini. Kami menutup sesi Kapitel ini dalam doa dan ucapan syukur dengan sebuah lagu yang menyatukan semua yang telah kami alami selama ini, sebuah lagu yang mengungkapkan “Indahnya Tenunan” (Humberto Pegoraro):
Semakin banyak benang yang dipintal bersama,
semakin cantik desainnya,
mencerminkan warna
yang melukis alam semesta.
Keindahan tenunan
berasal dari kerumitannya.
Butuh banyak kesabaran
untuk menenun kain baru.
Butuh keberanian,
untuk menyulam kegembiraan dan penderitaan
dengan kekuatan tanganmu,
pukulan di dadamu.
Perlu untuk meresmikan bengkel
dimana keragaman hidup,
tempat perlindungan harapan,
tempat kelahiran,
dimana tidak ada yang ditinggalkan
dari pesta dan perjumpaan […]
Pada sore harinya kami menuju ke meja bundar untuk memulai tahap disermen. Menyerahkan diri kami dalam tangan Tuhan, memohon Roh Ilahi untuk mencerahkan komunitas Kapitel dan menjaga kami agar tetap selaras dengan saudara-saudara kami di periferi-periferi. Pemimpin Kapitel kemudian berkonsultasi dengan dewan kapitel tentang apakah sudah bisa untuk masuk ke tahap pemilihan. Dengan suara setuju dan suara bulat, para fasilitator menjelaskan kepada kami proses yang akan memberikan kelangsungan dinamika-dinamika Kapitel, menanggalkan yang lama dan menyambut yang baru.
Dengan demikian, berkat pertolongan Hati Keibuan Maria, proses pemungutan suara juga dimasukkan dalam dinamika dialog dan penilaian. Untuk alasan ini, hal tersebut diputuskan bahwa setelah berbagi impian untuk Kongregasi, kami akan melanjutkan untuk memenuhi tugas yang dipercayakan kepada para kapitularis untuk memilih Superior Jenderal dan dewannya.
Kriteria injili yang digunakan Allah untuk memilih hamba-hamba-Nya juga ada dalam Kapitel kita. Tuhan tidak memandang orang-orang pilihan-Nya seperti yang dipikirkan manusia; Dia melihat ke dalam hati mereka. Dengan alasan ini, kami juga ingin memilih, mengingat impian dan proyek Kongregasi yang muncul dalam terang Sabda dan Dokumen Kongregasi. Kami ingin melihat Kongregasi dengan segala dimensi misionaris dan komunitariannya, tantangan, dan harapan, seperti yang kita jalani saat ini. Kami memohon rahmat untuk mengetahui siapa yang akan dipilih Tuhan untuk memimpin Kongregasi dengan melibatkan pula karismanya.
Kami mengakhiri hari dengan perayaan Ekaristi, dipimpin oleh Uskup Agung José Rodríguez Carballo, OFM, Sekretaris Kongregasi untuk Lembaga Hidup Bakti dan Serikat Hidup Kerasulan, yang mendesak kami untuk fokus pada Yesus, untuk berkonsentrasi pada misi dan untuk merendahkan diri kita dengan pergi ke periferi-periferi. (Ringkasan Kronik Kapitel Umum XXVI oleh Frs. Rinto & Erik)
Nemi, Itali. 27 Agustus 2021. Kami memulai langkah baru dari sharing kapitel yang kami impikan bagi Kongregasi di masa-masa mendatang. Doa menjadi kunci panggilan kita dalam membangun kerangka kerja yang menguntungkan mimpi kita saat ini dan saat yang akan datang.
Refleksi hari itu dibuka dengan kunjungan (virtual) oleh Uskup Josep Abella, CMF yang berkomunikasi dengan kami dari keuskupannya di Fukuoka, Jepang. Setelah pengantar singkat yang membawa kami lebih dekat dengan kenyataan di mana ia tinggal. Uskup Josep mengundang kami untuk melakukan discerment secara bebas, tanpa adanya ikatan atau kepentingan tertentu. Untuk itu, ia menunjukkan pentingnya meneladani Yesus Kristus dan mengikuti-Nya sebagai murid sejati; meneladani Pater Claret yang membuat kasih Allah dikenal oleh semua orang; melalui Gereja dan bersamanya bersaksi akan Kerajaan Allah; serta melihat realitas dengan tatapan Yesus dan dari perspektif orang miskin. Dari isu-isu lain, Ia mengajak kita untuk menjadi saksi Allah dan kesaksian Injili melalui hidup persaudaraan, kesiapsediaan misioner untuk berpindah ke periferi-periferi geografis, budaya, eksistensial, dan sosial.
Kemudian, fasilitator Kapitel mempresentasikan rencana kerja untuk hari itu. Berdasarkan latihan rohani, dari masing-masing kapitularis menuliskan apa yang berintuisi sebagai impian Allah untuk Kongregasi. Dari intuisi ini mereka dibagi dalam kelompok dengan jumlah anggota delapan sampai sepuluh orang. Setiap kelompok menggabungkan poin-poin penting dari apa yang dibagikan ke dalam satu mimpi kolektif, serta merumuskan dua pertanyaan untuk mengeksplorasi cara-cara untuk memperdalamnya. Sore harinya, ada tiga putaran kelompok serentak dimana para peserta kapitel mendaftar secara bebas dengan tujuan menggali pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dari mimpi bersama.
Setelah kembali ke ruang kapitel, kami dikejutkan dengan kunjungan mendadak dari Msgr. João Bráz de Aviz, Prefek Kongregasi untuk Lembaga Hidup Bakti dan Serikat Hidup Kerasulan (CIVCSVA), dan mengadakan dialog yang terbuka dan menyenangkan bersama peserta kapitel. Dari antara antara poin-poin yang paling menonjol, Kardinal João Bráz mendesak kami untuk terus membuat sendiri proposal transformasi gerejawi Paus Fransiskus dan melakukannya tanpa rasa takut. Bahkan jika perlu untuk merumuskan kembali skema mental kami, cara hidup lama yang sedikit atau tidak ada hubungannya dengan Injil Yesus serta mengakar dalam kehidupan yang dikuduskan, dan bahkan struktur pastoral yang mencegah kita pergi ke pinggiran dengan kesederhanaan dan keberanian, dalam gaya para rasul. Akhirnya, sebelum pergi, Dia memberkati kami dan mendorong kami untuk melanjutkan agenda yang direncanakan dan pekerjaan hari-hari ini kearifan dan proyeksi misionaris. (Ringkasan Kronologi Kapitel Umum XXVI oleh Frs. Siko, Arman & Karol)
Nemi, Italia. 26 Agustus 2021. Ada banyak yang bisa diperoleh jika kita membiarkan ruang hidup untuk mengungkap misteri yang tersembunyi dari pandangan. Hari ini kita memperingati seratus enam puluh tahun dari salah satu misteri hidup Bapa Pendiri kita, yakni “rahmat besar”, pengalaman yang diberikan kepadanya oleh Tuhan di senja kehidupan duniawinya sebagai puncak dari menghayati makna Ekaristi. Maka kami memulai hari dengan bersyukur atas begitu banyak rahmat:
Meninggalnya saudara kami Fr. Rafael Maria Serra Bove, CMF (Sanctus Paulus), begitu istimewa atas kerja kerasnya sebagai postulator yang mengurus beatifikasi para martir kita;
Karunia hidup yang diberikan kepada saudara kita Fr. Juan Carlos Bartra, CMF (Superior Mayor Peru-Bolivia); sukacita para konfrater Polandia kita yang hari ini merayakan Perawan Czętochowa dan, akhirnya,
Atas karunia untuk mengakhiri bagian pertama hari ini dari perjalanan Kapitel ini, penemuan yang membantu kita untuk selaras dengan para musafir yang ditemani oleh Yesus.
Sesampai di aula kapitel, kami menyambut saudara-saudara kami dari India, yang sedang menjalani karantina dan yang duduk di meja presiden adalah presiden capitular, Fr. Mathew Vattamattam, CMF, wakil presiden, Fr. Gonzalo Fernández, CMF, dan sekretaris, Fr. Joseba Kamiruaga, CMF, yang mempresentasikan berbagai aspek pemerintahan selama sexennium ini, yaitu: reorganisasi Kongregasi, pembentukan misi universal, antarbudaya dalam Kongregasi dan tema-tema yang dikembangkan oleh komisi-komisi prakapitel, antara lain misi inter-kongregasional di Madagaskar, misi antarprovinsi.
Pada bagian kedua pagi itu, Kapitel Umum menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang dianggap tepat oleh anggota kapitel setelah menjalani fase evaluasi kapitel. Selain itu, setiap anggota Kapitel Umum berbagi beberapa pengalaman paling signifikan selama periode enam tahun ini, di antaranya menonjolkan cinta kepada Kongregasi, pendalaman kepercayaan dan kesediaan untuk menempatkan diri di tangan Tuhan, kesempatan untuk mengenal dan menemani para konfrater di pinggiran, transisi penghayatan misi dari perspektif lokal ke universal, kesadaran bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang memberi peluang dan mampu mengenali diri mereka sendiri secara berbeda dan mampu bekerja sebagai sebuah tim. Mereka juga menekankan bahwa mereka mampu mengkontemplasikan keindahan Kongregasi dan tidak terlalu mementingkan pekerjaan dan lebih mementingkan sesama.
Mengingat pengalamannya sebagai Superior Jenderal, P. Mathew Vattamattam mencatat bahwa “Dengan melayani Kongregasi membuat saya merasa seperti murid Roh Kudus. Penderitaan dan cinta berjalan beriringan. Penderitaan kita sedikit ketika kita melihat apa yang saudara kita alami dalam situasi yang menyakitkan dan, dengan demikian, kita belajar untuk lebih mencintai Kongregasi kita. Tanpa berakar pada kasih Tuhan kita tidak dapat membedakan dan menemani saudara-saudara kita. Keindahan misi kita adalah memberikan hidup kita untuk saudara-saudara kitadi pinggiran”.
Kemudian, saat-saat terakhir pagi itu didedikasikan untuk ringkasan dan evaluasi tahap pertama yang menyimpulkan, menunjukkan aspek yang paling menonjol dari metode dalam kapitel ini: sinodal, naratif, dan apresiatif.
Bagian pertama sore itu diisi dengan pertemuan, virtual untuk keadaan yang jelas, antara saudara perempuan dan laki-laki dari berbagai cabang Keluarga Claretian. Dari lintang yang berbeda kita terhubung untuk berbagi perasaan dan kerinduan perjalanan yang telah kita lalui dan masih harus kita jalani.
Bergabung dalam pertemuan tersebut adalah Maria del Mar lvarez (Direktur Jenderal Cordimarian Filiation); Sr. Priscilla Latella dan Sr. Cristina Ruberte (Penasihat Umum Religius Maria Tak Bernoda – Suster Misionaris Claretian); Miguel Nguel Sosa (Sekretaris Jenderal Lay Claretia); Sr. Dulcinea Ribero dan Sr. Maria Fatima Naves (pemimpin umum dan dewan misionaris St. Anthony Mary Claret); María Gracia Barquero (pemimpin umum Misionaris Lembaga Claretian); Sr. María Ciprian, Dania Alejandra Velázquez dan Carmen Martínez (superior dan anggota dewan dari Cordimarian Missionaries) dan Sr. Natividad (superior dari Missionaries of Mary Immaculate). Mereka semua mendesak kita untuk terus mencintai dengan berani; untuk peduli terutama untuk orang miskin; untuk membentuk kesadaran sipil dalam persahabatan sosial dan tanggung jawab politik; untuk memimpikan dalam kunci keluarga hadiah yang telah diwariskan kepada kita; menjadi benih harapan di dunia tanpa harapan, memperbanyak penginjil yang menyebarkan Injil dan menjadi pembangun Kerajaan dengan mengubah struktur yang tidak adil, mencela tetapi dengan semangat pertobatan, tanpa mengabaikan tanggung jawab kita sendiri.
Akhirnya, kami menutup hari dengan perayaan Ekaristi yang tanggung oleh saudara-saudara kita dari Provinsi Brasil dan dipimpin oleh Monsignor Luis Angel de las Heras Berzal, CMF yang mengundang kami untuk “Mari kita ciptakan kembali , kemudian, ‘misi’ dengan seluruh Gereja, orang-orang dari persaudaraan dan jalan, yang harus semakin dekat dengan Kerajaan Allah dan keadilan Samaria-nya dan harus menjauhkan diri tanpa henti dari tirani perpecahan, penindasan, bayangan dan kematian”. (Kronik Kapitel Umum XXVI oleh Frs. Theo & Ado)