Dipanggil Menjadi Saksi dan Pewarta Sukacita Injil

Seminari Hati Maria, Kupang – Indonesia. Delegasi Independent Indonesia-Timor Leste sedang berbahagia. Sabtu, 19 Oktober 2019, enam frater Claretian bersama dua frater Kongregasi Hati Kudus Yesus dan Hati Tak Bernoda Maria, dan satu frater Keuskupan Agung Kupang menyerahkan diri untuk ditahbiskan menjadi diakon.

Adapun tema yang diangkat adalah “Dipanggil Menjadi Saksi dan Pewarta Sukacita Injil.” Tema tersebut diangkat bertautan tugas seorang diakon sebagai pelayan Sabda Allah.

Perayaan Ekaristi tahbisan diakon dan Pemberkatan Aula Claret, yang dibangun atas bantuan dari Keuskupan Koln (Jerman) dan Dewan Jendral CMF (Roma) ini dipimpin langsung oleh Bapa Uskup Keuskupan Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang. Dalam pesannya kepada para diakon, Bapa Uskup meminta kepada para diakon agar menjalankan tugas mereka sebagai pewarta Sabda. Untuk itu, para diakon dinasihati untuk selalu menyiapkan diri dengan baik sebelum mewartakan Sabda Tuhan, termasuk menyiapkan renungan dalam bentuk tulisan. “Kotbah harus dipersiapkan dalam bentuk tulisan. Tulis, tulis!”, tandas Uskup asal Manado ini.

Bapa Uskup tidak memungkiri akan adanya karya Roh Kudus ketika berkotbah. Namun, bagi Bapa Uskup, seorang pewarta janganlah memaksa Roh Kudus bekerja ketika seorang hendak berkotbah tanpa mempersiapkan diri dengan baik saat mewartakan Sabda Tuhan.

Para frater yang ditahbiskan menjadi diakon adalah Fr. Metodius Manek, CMF; Fr Yeremias Nardin, CMF; Fr. Agustinus Harun Weruin, CMF; Fr. Robertus Payong Pati, CMF; Fr. Apolinaris Vinsensius Tarut, CMF; Fr. Patrisius Weka Bakior, CMF. Dua orang frater dari Kongregasi Hati Kudus Yesus dan Hati Tak Bernoda Maria: Fr. Bernardus Uskono, MSSCC dan Fr. Marsianus Maximus Leu, MSSCC dan satu orang frater dari Keuskupan Agung Kupang: Fr. Bernardus Robertus Ujan.

Profisiat untuk para diakon yang ditahbiskan. Jadilah pelayan Sabda Allah yang handal. Para diakon dipanggil menjadi saksi dan pewarta sukacita Injil (Mario F. Cole Putra, CMF – TOP-er Novisiat Claret Benlutu)

“We Walk To The End”

Pra Novisiat Claret, Kupang – Indonesia. Tanggal 30 September 2019, bertepatan dengan peringatan wajib Santo Hieronimus dan penutupan Bulan Kitab Suci Nasional 2019, Komunitas Pra Novisiat Claret melaksanakan upacara pembukaan bulan Claret yang akan berpuncak pada tanggal 24 Oktober. Upacara pembuka diawali dengan Ekaristi kudus pada pagi hari yang dipimpin P. Eusabius Toda, CMF. Dalam kotbahnya, P. Eus menekankan pentingnya menimba inspirasi dan semangat misioner sang pendiri, St. Antonius Maria Claret dalam menjalani panggilan hidup sebagai seorang Misionaris Claretian.

Sore harinya, upacara dilanjutkan dengan penyalaan obor yang dipimpin P. Yohanes Mangge, CMF. Dalam sambutnya, beliau berpesan agar semua pengikut Kristus yang mengikuti gaya misioner Pater Claret, hendaknya tidak pernah merasa lelah untuk berjalan dan berbuat baik kepada siapa saja. “We Walk To The End!” tegasnya.

Setelah penyalaan obor, semua anggota komunitas mengadakan jalan santai sebagai simbolisasi kesediaan seorang Misionaris Claretian untuk berjalan ke mana saja ia diutus. Di samping jalan santai, ada juga beberapa kegiatan akademik dan non akademik yang telah disiapkan panitia demi memeriahkan pesta Claret tahun ini. Adapun kegiatan akademik yang akan dilaksanakan adalah kuis Claret sebagai salah satu cara untuk semakin mengenal, mencintai dan terlebih mampu menimba semangat misionernya. Kegiatan non akademik antara lain, Claret Idol dan perlombaan-perlombaan di bidang olahraga.

Sebagaimana Claret yang memenangkan semua permainan ketika ia ikut bermain, demikian juga kita, para Claretian, diajak untuk memberikan seluruh diri dalam bulan Claret ini agar tidak hanya kemenangan yang ingin kita capai tetapi juga semangat untuk berusaha dan bekerjasama dalam kehidupan panggilan kita. Vamos! (A.Y. Usfal, cmf)

Belajar dari semangat misioner St. Antonius Maria Claret, “Jiwaku untuk seluruh dunia.”

Seminari Hati Maria, Kupang – Indonesia. Menyongsong Pesta Bapa Pendiri Kongregasi Putra-Putra Hati Tak Bernoda Maria (Misionaris Claretian), St. Antonius Maria Claret yang menurut penanggalan liturgis dirayakan pada setiap tanggal 24 Oktober, komunitas Seminari Hati Maria dan Claretian House Kupang membuka rangkaian kegiatan yang akan berlangsung selama kurang lebih sebulan ini pada Senin, 23 September 2019.

Perayaan pembukaan ini dimulai dengan penyalaan obor misionaris dari Taman Patung Claret dan berarak diiringingi nyanyian menuju lapangan futsal Seminari Hati Maria. Obor misionaris ini melambangkan api (semangat) misionaris yang diwariskan oleh Bapa Pendiri dan dihidupi oleh segenap Misionaris Claretian serta selalu dinyalakan kembali dari karisma sang Pendiri sendiri.

Dalam amanatnya, superior komunitas Seminari Hati Maria, P. Yoseph Ferdinandus Melo, cmf, mengatakan bahwa, “kegiatan-kegiatan yang dilakanakan dalam rangka memeriahkan Pesta St. Antonius Maria Claret ini bertujuan untuk memupuk kecintaan terhadap Bapa Pendiri dan terutama untuk menimba serta belajar dari karisma dan semangat misioner St. Antonius Maria Claret sepanjang masa formasi awal ini.” Lebih lanjut ia mengingatkan kembali akan identitas panggilan seorang Claretian. “Kita adalah misionaris, dan itu adalah identitas kita,” lanjutnya. Diharapkan melalui kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan membangkitkan semangat misioner dalam diri para misionaris muda di dua komunitas formasi ini untuk memiliki semangat, “Jiwaku untuk seluruh dunia,” seperti kata St. Antonius Maria Claret sebagaimana tema perayaan kali ini.

Hadir dalam perayaan pembukaan ini, P. Valentinus Laga Ola, cmf – Ekonom dan formator di Seminari Hati Maria; P. Mansentus Jemarut, cmf dan para frater teologan dari Claretian House; para frater filosofan Seminari Hati Maria serta karyawan-karyawati. Koordinator kegiatan, Fr. Engelbertus Seran, cmf bersama sie olahraga telah merancang macam-macam kegiatan dengan cita-cita utama untuk memupuk persaudaraan dan kekeluargaan diantara semua anggota serta menyalakan api misionaris dalam diri setiap anggota untuk menganyam cita-cita misioner ini: “Jiwaku untuk seluruh dunia.”

Perdangangan Manusia, “wabah yang janggal”

Claretian House, Kupang – Indonesia. Masalah perdaganan manusia saat ini semakin mewabah. Bisnis pereduksian gambar dan rupa Allah menjadi komoditas pasar bebas ini pun memiliki modus operandi yang acapkali imun dari bacaan gelagat dan alat lacak. Paus Fransiskus menyebutnya sebagai “momok yang mengerikan,” tak hanya itu, praktek perdangangan manusia adalah sebuah “wabah yang janggal” dan “luka menganga di tubuh masyarakat zaman ini.” Berbagai upaya telah dilakukan untuk memerangi jaringan gelap ini, mulai dari seruan profetis Gereja hingga ke aksi berkotor tangan di lapangan, namun rantai jaringan ini tak pernah habis diputus.

Dalam ikhtiar untuk terus bergiat memutuskan rantai jaringan gelap ini, Komunitas PIKLA (Peduli Kemanusiaan, Lingkungan Hidup dan Alam Ciptaan – yang merupakan gabungan dari JPIC para Suster PI dan JPIC Claretian), mengadakan Bedah Buku dan Diskusi tentang Arah Pastoral Anti Perdangangan Manusia di Claretian House, Jl. Claret, Matani, Kupang, Senin, 23 September 2019. Hadir dalam diskusi ini narasumber sekaligus editor buku Arah Pastoral Mengenai Perdagangan Manusia, Rm. Adrianus Suyadi, SJ. Menurut Romo yang menangani urusan human trafficking di Asia-Pasifik ini, “perdagangan manusia adalah bentuk bisnis terburuk yang menjadikan manusia seperti barang dan karena itu harus dilawan.”

Diskusi bersama ini dimoderatori oleh P. Selestinus Panggarra, CMF – pemerhati masalah-masalah kemanusiaan. Sr. Laurentia, PI, dalam sambutannya menyampaikan terima kasih atas kehadiran perwakilan institusi dan komunitas peduli masalah kemanusiaan, antara lain: JPCI Claretian, JPIC Susteran PI, Perwakilan dari GMIT, LSM JRUK, BP3TKI, IRKAK, DISNAKERTRAS, LSM JPIT. Kiranya diskusi ini semakin memperluas wawasan para pemerhati soal-soal kemanusiaan untuk tanggap dan rela berkotor tangan membantu korban serta mengingatkan orang-orang untuk tidak terjerumus ke dalam lingkaran setan ini.

Transformasi Diri Model Abraham

Bejo, Bajawa – Flores, Indonesia. Sebanyak dua puluh satu Misionaris Claretian Regio Indonesia Timur (Timor Barat, Flores, dan Sulawesi Barat) mengadakan Retret Tahunan dan Mini Asembli di Rumah Khalwat Bintang Bethlehem “Sang Timur” Bejo, Bajawa, Ngada, Flores pada tanggal 10 – 17 September 2019. Retret Tahunan regional kali ini dibimbing oleh P. Lukas Jua, SVD, Provinsial SVD Propinsi Ende dengan tema, “Transformasi Diri Model Abraham.”

Transformasi memang merupakan mega proyek sexenium kongregasional dengan tiga kata keramatnya, “Berjalan – Menemani – Menyembah.” Mimpi dan cita-cita Claretian Indonesia-Timor Leste pun meneruskan gerak transformatif-kongregasional ini: “Misionaris, Berjalan, Menemani dan Menyembah.” Menggunakan pendekatan tokoh sambil mencermati momen paling menggugah (exciting moment) dalam anyaman kisah nomadic-transformatif Abraham, renungan Pater Lukas membuka ruang pemahaman yang semakin dalam pada apa artinya transformasi, tidak hanya pada sensus literalis dari tenunan kisah tertentu, tetapi terutama pada sensus plenior – menemukan makna yang lebih dalam dengan menghubungkan teks tersebut dengan keseluruhan makna Kitab Suci, sambil menjimpit maknanya untuk hidup kita saat ini – pesan transformatif untuk hidup di sini dan sekarang ini terasa mengalir dari balik tenunan narasi ini.

Petualangan transformatif ini diteruskan dalam Mini Asembli yang dipimpin oleh P. Frederikus Jampur, CMF (Consultor dan Prefek Kerasulan Delegasi), pada tanggal 16 – 17 September 2019. Mini Asembli ini merupakan momen untuk mengevaluasi sejauh mana tiga proses transformasi (Berjalan-Menemani-Menyembah) berjalan dan dihidupi oleh setiap anggota serta komunitas Claretian sekaligus juga merupakan puncak kunjungan kanonik beliau ke komunitas-komunitas Claretian Regio Indonesia Timur yang dimulai pada bulan Agustus yang lalu. Hadir dalam Retret Tahunan dan Mini Asembli ini komunitas dan perwakilan komunitas Claretian di Regio Indonesia Timur: Komunitas Claretian Paroki St. Maria Fatima Nurobo; Komunitas Claretian Paroki St. AMC Oenopu; Komunitas Claretian Paroki St. Theresia Kanak-Kanak Yesus Panite; Komunitas Claretian Paroki St. Hubertus Sok; Komunitas Claretian Quasi Paroki St. Marinus Puurere Ende; Komunitas Claretian Paroki St. Mikhael Tobadak; Pra Novisiat Claret Kupang; Novisiat Claret Benlutu; Seminari Hati Maria Kupang; Komunitas Claretian Taman Ziarah Yesus Maria Oebelo dan Claretian House Kupang.

Retret Tahunan dan Mini Asembli ini ditutup dengan outing bersama di Wae Pana Soa dan kampung tradisional Bena. Suguhan keindahan alam Bajawa cukup menggairahkan petualangan sang misionaris untuk terus berlangkah, seperti Abraham yang selalu tinggal dalam kerinduan kepenuhan janji Allah pada setiap kisah nomadik-transformatifnya. Kisah missioner-kemuridan kita pun bergerak dalam alur nomadic menuju kepenuhan transformasi saat “Allah menjadi semua di dalam semua” (1Kor 15:28).