Benlutu-Soe-TTS-Indonesia. Dalam rangka menutup Pekan Laudato Si’ Komunitas Novisiat Claretian Benlutu mengadakan acara menanam pohon. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada Minggu (24/5), bertempat di Sumber Mata Air Mamar. Aksi nyata tersebut berangkat dari kesadaran anggota komunitas untuk menjaga kelestarian alam bumi Benlutu. Terlebih untuk menjaga debit air Mamar agar tidak berkurang bila berhadapan dengan perubahan iklim yang tidak menentu ini.
Untuk itu, diselenggarakanlah gerakan reboisasi agar mata air Mamar tetap lestari. Mamar merupakan sumber mata air yang mampu menghidupi beberapa desa di sekitaran Benlutu. Desa-desa tersebut, yakni Benlutu, Lalib, Hane, Fatumetan, Panmolo, Boentuka, bahkan air tersebut bisa menghidupi masyarakat desa Oebobo.
Pohon yang ditanam pada kegiatan tersebut adalah Pohon Mahoni dan Pohon Kelapa. Setiap anggota komunitas diberi satu pohon Mahoni untuk ditanam di sumber air mata Mamar. Sedangkan pohon kelapa ditanam oleh beberapa orang anggota komunitas, sebab jumlah pohon tidak sebanyak jumlah anggota komunitas.
Fr. Adrian Berek, salah seorang anggota komunitas, mengaku bahagia dengan kegiatan ini. Dia mengharapkan agar kegiatan ini dapat menyadarkan semua manusia untuk menjaga dan melindungi bumi. “Saya menaruh harapan agar nanti semua pohon yang kami tanam ini bisa bertumbuh dan berkembang dan menjaga sumber mata air ini”, harapnya. “Ada juga harapan terselubung agar semua orang meniru kegiatan ini. Manusia jangan menjadi makhluk eksploitasi, tetapi manusia mesti menjadi makhluk pemelihara alam. Ini tanah kita, ini ibu kita”, lanjutnya.
Selain menanam pohon, Komunitas Novosiat Benlutu juga mengadakan pembersihan wilayah Mamar. Sebagai sumber mata air, Mamar tidak luput dari sampah plastik yang berserakan. Sampah-sampah tersebut merupakan kotoran-kotoran plastik deterjen dan sabun mandi.
Kegiatan nyata ini sekaligus menjadi cara Komunitas Novisiat Claretian Benlutu memperingati Tahun Claret yang dirayakan setiap tanggal 24 dalam bulan di tahun 2020. (Mario F. Cole Putra, CMF)
Wisma Claretian Yogyakarta. Sebanyak enam belas Frater (Tingkat I dan II) Komunitas Wisma Skolastikat Claretian Yogyakarta (WSCY) mengikuti kursus Public Speaking. Kegiatan ini merupakan salah satu program komunitas guna mengisi waktu liburan sekaligus memberi bekal kepada para misionaris muda agar semakin menjadi pribadi yang bernadi misionaris dalam jejak Bapa Pendiri, St Antonius Maria Claret, sebagai pelayan Sabda yang ideal. Kursus ini berlangsung selama lima hari, yakni dari tanggal 20-24 Januari 2020, dipandu oleh tiga tutor yang sangat handal dalam bidang public speaking. Mereka adalah; Ibu Rishe Purnama Dewi, S. Pd, M. Hum (Ibu Rise), Ibu Septiana Krismawati, S.S., M.A (Ibu Septi) dan Ibu Ekaresta Prihardjati Saputro, S.Pd., M.Pd.(Ibu Esta). Ketiganya merupakan Tim PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Dalam kegiatan ini, para misionaris muda disuguhkan berbagai materi dan praktek menjadi seorang public speaker yang baik khususnya sebagai seorang misionaris pelayan Sabda. Mulai dari materi yang paling dasar, yakni tentang pengolahan vokal, intonasi, pelafalan, artikulasi, penampilan, penguasaan umat atau audience hingga pada praktek menjadi seorang public speaker yang kreatif. Selain itu dalam berkotbah para frater diajak untuk belajar bagaimana menghadapi situasi audience yang beraneka ragam, bahkan bagaimana cara mengatasi tindakan atau prilaku audience atau umat yang di luar ekspetasi.
Di penghujung kegiatan ini para misionaris muda diberi kesempatan berkotbah dengan menerapkan semua materi yang telah diperoleh. Setiap frater dituntut sekreatif mungkin menggunakan media atau sarana yang ada sesuai dengan tema dan konteksnya masing-masing. Dalam hal ini, tema dan konteks dalam renungan yang dibawakan dalam berkotbah tidaklah sama, konteksnya berbeda antara satu dengan yang lain. Hal ini tentu tidak sekedar sebagai pengujian atau penilaian atas semua materi yang telah diperoleh, tetapi lebih dari pada itu kesempatan berkotbah ini merupakan suatu rahmat yang amat berharga bagi kami. Mengapa? Karena dalam kesempatan ini kami belajar bagaimana rasanya berdiri di depan orang banyak. Lebih dari itu, setiap kami merasa termotivasi untuk menjadi misionaris sejati, di saat sekarang dan di masa depan. (Fr. Rofinus Hadu, CMF)
BENLUTU – Indonesia. Keheningan dan doa merupakan ciri khas hidup di novisiat. Demikianlah yang sedang dicari oleh para postulan dari Komunitas Pra-Novisiat Claret (PNC) Kupang. Mereka datang dengan rasa antusiasme tinggi, penuh sukacita, semangat dan sangat mendalami setiap kegiatan yang dilakukan bersama para novis. Para postulan melaksanakan orientasi hidup novisiat di Komunitas Novisiat Benlutu.
Orientasi ini merupakan bagian dari program yang dibuat oleh Komunitas PNC. Tujuan yang ingin digapai dalam program ini adalah agar para postulan yang adalah juga para calon novis mempelajari cara hidup di novisiat sehingga nantinya para postulan dapat dengan mudah mengadaptasi diri saat memulai masa novisiat secara kanonik. Para postulan yang menjalani masa orientasi ini berjumlah 24 orang. Terhitung selama 10 hari mereka menjalani masa orientasi ini, yakni 4-13 Januari 2020.
Yohanes Mangge, CMF selaku pendamping postulan ketika mengantar para postulan menuturkan bahwa para postulan menginginkan suasana baru dalam spasi yang baru. Sementara itu, P. Antimus Melvianus Mali, CMF selaku magister novis menjelaskan bahwa dalam kurun waktu selama sepuluh hari, aturan hidup, kerasulan, pembagian kerja dan kamar tidur para postulan akan disesuaikan dengan pola hidup, kerasulan, kerja dan kamar tidur para novis. Hal lain yang dijelaskan oleh P. Mus adalah kedisiplinan selama aktivitas-aktivitas harian tersebut dijalankan.
Adapun kegiatan-kegiatan yang mereka jalani adalah seputar kegiatan hidup harian di Komunitas Novisiat. Kegiatan-kegiatan itu antara lain, doa, kerja, olahraga, makan, rekreasi dan kerasulan. Adapun juga malam panggung dilaksanakan bersama para novis sebagai ungkapan kegembiraan setelah hampir seminggu hidup bersama sebagai saudara. Selamat berjumpa kembali di bulan Juli 2020 dengan harapan datang dengan jumlah yang sama seperti masa orientasi ini. Tetap semangat untuk kalian para postulan! (Febri Yarjon dan Mario F. Cole Putra, CMF)
Terhitung selama enam hari, para frater yang sedang menjalani Tahun Orientasi Pastoral (atau kerap disapa TOP-er) Delegasi Independen Indonesia-Timor Leste berkumpul dan menepi diri di Bukit Nunuh Amasat, Benlutu. Tujuan dari kegiatan ini adalah melihat kembali semangat hidup seorang TOP-er selama enam bulan masa TOP untuk kemudian dievaluasi sembari menimba kekuatan spiritual untuk melanjutkan kembali enam bulan tersisa dari masa TOP-nya.
Para TOP-er yang hadir antara lain, Fr. Makarius Sungga, CMF (Paroki St. Antonius Maria Claret Salele); Fr. Patris Urbat, CMF (Paroki Hati Tak Bernoda Maria Fohorem); Fr. Marthinus Dhey, CMF (Paroki Sta. Maria Fatima Nurobo); Fr. Augusto Almeida da Silva, CMF (Paroki St. Antonius Maria Claret Oenopu); Fr. Mario Fredrikus Cole Putra, CMF (Novisiat Claretian Benlutu); Fr. Kristoforus Lahur, CMF (Paroki Sta. Theresia Kanak-kanak Yesus Panite); Fr. Anggalius Yoseph Usfal (Pra Novisiat Claret Kupang); Fr. Yulianus Nai Kiik (Seminari Menengah Pius XII Kisol); Fr. Robertus Darvino Karno, CMF (Paroki St. Hubertus Sok).
Pertemuan tersebut berlangsung pada Senin-Sabtu, 6-11 Januari 2020 di Rumah Retret Novisiat Claretian Benlutu. Pertemuan dibuka dengan rekoleksi bersama yang dibawakan oleh P. Pankratius Rehi Kandelu, CMF. Pastor yang kini bertugas sebagai rektor Komunitas Wisma Skolastikat Claretian Jogjakarta ini membawa tema, “Ketenangan Batin: Suatu Misi Senyap Menapaki Panggilan Misionaris Claretian yang Hebat dan Tangguh”. Melalui tema ini, P. Pankras berharap agar para TOP-er senantiasa berpikir dengan tenang agar tindakan yang diambil merupakan tindakan yang tenang, yang berasal dari dalam diri.
Pada hari kedua rekoleksi, P. Pankras mencoba membahas tokoh inti Kongregasi, yakni St. Antonius Maria Claret. Melalui Claret, P. Pankras menelurkan tema, “Antonius Maria Claret: Kerendahan Hati, Kemiskinan, Kelembutan Hati, Kesopanan, Mati Raga, Ketaatan, Kasih”. Tema ini sesungguhnya diambil dari buku kebajikan Claret sebagaimana tertuang dalam Autobiografi-nya.
Pada kesempatan evaluasi ini, para TOP-er diajak untuk mempresentasikan proyek pribadi yang dihidupi selama satu semester melaksanakan masa TOP. Tentu ada begitu banyak cerita yang muncul dalam setiap implementasi atas proyek pribadi yang telah dibuat.
Pada sesi tanggapan dan masukan, P. Yoseph Ferdinandus Melo, CMF, atau kerap disapa P. Ferdi, menasihati agar setiap proyek pribadi yang dijalankan masih dalam spirit yang sama dengan spirit kongregasi, delegasi dan komunitas. “Proyek pribadi yang dibuat masih hanya untuk pribadi. Proyek pribadi mengikuti semangat kongregasi yang diturunkan kepada delegasi, komunitas, dan anggota”, tandasnya. Dalam kesempatan itu pula, P. Fredi mengingatkan para TOP-er agar proyek pribadi yang dibuat juga menggunakan inspirasi “Berjalan, Menemani, Menyembah”. Hal itu diharapkan agar semangat asembli tidak sekadar bergema di sekitar Curia Kupang, tetapi juga memiliki gema yang kuat di komunitas-komunitas.
Pada sesi yang sama pula, P. Nikolaus Ilan, CMF memberikan apresiasi kepada para TOP-er yang telah membuat proyek pribadi dan kemudian menjalankannya. P. Niko sendiri mengingatkan bahwa proyek pribadi yang telah dibuat itu sebenarnya tidak mudah untuk dijalankan. Namun, perlu usaha ekstra keras untuk tetap pada komitmen menjalankan proyek pribadi itu. Untuk menjalankan proyek pribadi tersebut, senada dengan P. Ferdi , para TOP-er diingatkan agar senantiasa mengkontekstualisasikan proyek pribadi dengan konteks komunitas. Bila TOP-er ditempatkan di misi paroki, proyek pribadi hendaknya mengikuti arah gerak paroki. Demikian pula dengan misi formasi dan kategorial. Hal ini akan sangat membantu seorang TOP-er dalam mengembangkan diri di tempat ia diutus.
Selain itu, para TOP-er juga dibekali dengan beberapa materi. P. Emanuel Lelo Talok, CMF turut memberikan materi dengan tema “Dekalog Spiritualitas Kita”. Dekalog spiritualitas kongregasi kita menurut P. Nuel, CMF adalah Roh Kudus, Hati Maria, P. Claret, Para Claretian masa lalu dan masa kini, Proses, Berpartisipasi dalam Misi Gerejawi, Spiritualitas Misionaris, Definisi Seorang Misionaris dari Kontitusi nomor 9, Kolaborator Sederhana, dan Punya Mimpi. Materi ini dibawakan oleh P. Niko, berhubung P. Nuel tidak berkesempatan untuk hadir, karena satu, dua alasan tertenu.
Selain itu juga, para frater mendapat input mengenai Tahun Claretian sebagaimana diumumkan oleh Kongregasi bahwa Tahun 2020 adalah Tahun Claretian. Tahun Claretian sudah berlangsung sejak 1 Januari 2020. Dalam presentasi ini, sebagaimana diingatkan dalam buku terbaru kongregasi tentang Claret, P. Ferdi menjelaskan agar para Claretian muda jangan melupakan tradisi warisan Claretian. Dalam merayakan tahun Claretian ini, akan diadakan Claret Day yang dirayakan setiap tanggal 24 dalam bulan di tahun 2020, menerbitkan buku, memberikan informasi melalui website (www.itercmf.org), dan melalui aplikasi Año Claretiano. Hal tersebut dilakukan agar para Claretian menimba kekayaan dan kekuatan spiritual dari sumur karismatis kita sendiri.
Dalam evaluasi tersebut, ada sesi di mana pra TOP-er diajak untuk merenungkan Sabda Tuhan melalui Lectio Divina dan sharing pengalaman selama menjalani masa TOP. Lectio Divina dan sharing dipimpin oleh P. Niko, CMF. Materi lain yang diberikan adalah Seruan Apostolik Paus Fransiskus, yakni Christus Vivit (Kristus Hidup) yang dibawakan oleh P. Niko, CMF dan Refleksi Etis atas Kaul Kemurnian oleh P. Yohanes Darisalib Jeramu, CMF.
Pada misa penutup evaluasi semester I masa TOP ini, P. Niko mengingatkan kepada para TOP-er untuk senantiasa mengalami kehidupan komunitas di mana para TOP-er diutus. Hal yang paling penting adalah para TOP-er senantiasa mengalami sekaligus mendalami pengalaman akan Allah di tempat misinya. (Mario F. C. Putra, cmf)
Kupang, Indonesia. The yearly Delegation Assembly of the Claretian Indonesia Timor Leste 2019 started with a recollection given by the Archbishop of Kupang, Msgr Petrus Turang, who led the missionaries into the reflection on “The Humble Servants: called by God to walk, accompany and to adore.” The reflection centered on the experience of God as a source of transformation in order to serve others and creation. The transformation will clearly result in fidelity and zeal guided by the constitution and by the Charism of the congregation and under the light of the signs of the times. Similar to what the Bishop said, Fr. Yohanes Maria Vianey Lusi Emi, CMF (Delegate Superior) in his opening reflection paved an inward journey to meet the essence of our missionary call.
It was followed by the reports of the commissions: Prefect of Apostolate (Fr Frederikus Jampur, CMF): it underlines the understanding of mission as sending (MS 57). Mission endeavors so that God may be known, loved, served and glorified. The mission employs social media in the service of the Word.
Commission of Youth Apostolate and Promotion of Vocation (Fr. Yohanes Darisalib Jeramu, CMF and team): it highlighted moments of encounter with the young people. This commission presented its program as going forth encountering the youth in the human level and leading them to encounter Jesus as a source of transformation. The commission also realized many challenges both internal and external such as lacked of teamwork and experience. There is a real need to work closely with the missionaries in the parishes.
Report of the Econome (Fr Francisco JB. Baeza, CMF): the main highlight of the report is the imbalance between income and expenses. There is a wide gap between the income and expenses. The members of the delegation were encouraged share more their resources to augment the income under the religious value of sharing of goods in solidarity.
Prefect of Formation (Fr. Nikolaus Ilan, CMF): many challenges and solutions were presented in order to facilitate a transformative formation. Prefect of Spirituality (Fr. Emanuel Lelo Talok, CMF): the prefecture strived to promote programs to keep the zeal of the missionaries burning through spiritual exercises and group study or updates.