Lasiana, Kupang. Pada Selasa (5/4/2022), Delegasi Independen Indonesia-Timor Leste mengadakan sebuah webinar tentang Lectio Divina. Webinar dimoderatori oleh P. Valens Agino, CMF. Dalam kesempatan berahmat itu, Delegasi mengundang P. Henry Omonisaye, CMF sebagai pemberi materi.
Mula-mula P. Henry mengutarakan seputar identitas seorang Misionaris Claretian. Diungkapkannya bahwa identitas seorang Misionaris Claretian yang paling kentara adalah pendengar dan pelayan Sabda Allah. Sebagaimana dalam Kapitel Umum XXVI, ditekankan semangat untuk berakar ke dalam Yesus, berarti menjadi murid-Nya dan mendengarkan Sabda-Nya dengan sungguh.
Dalam semangat kapitel tersebut, setiap Misionaris Claretian diminta untuk semakin mendalami Sabda Tuhan. Salah satu cara yang dipakai untuk mendalami Sabda Tuhan adalah dengan Lectio Divina. Dalam pada itu, Misionaris Claretian asal Delegasi Nigeria Barat ini mengingatkan para peserta untuk ber-lectio divina dengan empat langkah yang diperkenalkan oleh Guido II, seorang biarawan Cartusian, yakni lectio (bacaan), meditatio (meditasi), contemplatio (kontemplasi), dan oratio (doa).
“Carilah dalam bacaan dan Anda akan menemukan dalam meditasi; ketuklah dalam doa maka pintu akan dibukakan bagimu dalam kontemplasi”, ungkap P. Henry sembari mengutip kata-kata dari Guido II.
Bagi P. Henry, sebuah lectio divina bukanlah sebuah pembacaan biasa atas Sabda Tuhan yang tertulis dalam Kitab Suci. Lectio divina pada intinya adalah sebuah doa yang mendapat dorongan kekuatan dari Sabda Tuhan yang sedang direnungkan.
“Lectio divina adalah doa yang diilhami, dibantu, dan dipelihara oleh firman Tuhan yang dibaca dalam Kitab Suci”, terang P. Henry yang kini menjabat sebagai Prefek Kerasulan Kitab Suci dan Komunikasi.
Salah satu aspek penting yang dikemukakan oleh P. Henry ketika mengadakan lectio divina adalah dengan menggunakan pendengaran hati. Dengan pendengaran hati tersebut, para peserta yang mengadakan lectio divina diharapkan dapat mendengarkan suara Tuhan yang ada dalam bacaan yang sedang direnungkan.
“Dalam lectio divina, kita berdoa dengan menggunakan telinga hati sehingga Anda bisa mendengarkan Tuhan dalam bacaan Kitab Suci”, ungkapnya.
Di akhir pemaparannya, P. Henry memberikan beberapa masukan perihal praktik lectio divina ini. Ada lima poin yang dibagikannya, yakni mengadakan lectio divina setiap hari, mencurahkan waktu untuk lectio divina dalam komunitas, sharing Sabda Tuhan dengan umat beriman, memperdalam cinta akan Kitab Suci melalui sharing Kitab Suci, dan mengorganisir studi Kitab Suci.
Pada kesempatan itu, para peserta yang hadir adalah semua misionaris yang tergabung dalam Delegasi Independen Indonesia-Timor Leste, mulai dari Aspiran, Postulan, Novis, Frater-Bruder berkaul sementara, hingga yang berkaul kekal.