Bandung, Indonesia. Hari dibuka dengan pagi yang cerah. Udara sejuk Bandung yang menyegarkan tubuh, mengantar kami bergegas ke Ruang Kudus untuk bersyukur kepada Tuhan atas segala berkat yang boleh kami terima. Tidak ada hal lain yang bisa kami lakukan saat membuka lorong waktu di hari baru dengan berdoa. Ruangan Jacobus menjadi tempat kami bersimpuh sembari meminta inspirasi untuk dimulainya pertemuan di hari kedua. Ibadat pagi kami dipimpin oleh para saudara dari Provinsi Northeast India.
Pada kesempatan ini, para peserta Assembly juga mengucapkan selamat datang kepada P. Nagasaki So, CMF yang baru tiba di Bandung. P. Nagasaki, CMF saat ini berkarya di Jepang, dan tergabung dalam Delegasi East Asia.
Hari kedua pertemuan ini dimoderasi oleh P. Alejandro Gobrin, CMF. Pada sesi pertama hari kedua ini, Selasa (19/09/2023), P. Johnson Thurackal, CMF membagikan materinya. Dari layar proyektor, terpampang judul “Gospel Subalterns and Asian Subalterns: A Paradigm for Asian Hermeneutics”. Melalui materi ini, P. Johnson, CMF mengajak para peserta asembly untuk membuka mata terhadap realitas Asia. Dalam pemaparannya, P. Johnson, CMF melihat bahwa Asia sudah terlalu lama membaca Kitab Suci menggunakan perspektif Barat. Untuk itu, pastor asal Provinsi Northeast India ini memotivasi agar Kitab Suci mesti berani dibaca dengan kacamata Asia.
“Tujuannya adalah orang-orang Asia dapat membaca Kitab Suci berdasarkan konteksnya masing-masing”, katanya.
Setelah mempresentasikan tema hermeneutika, di bawah judul “Creative Perspective in Studying the Bibel (Family, Bible Schools, Bible Study Groups)”, P. Johnson, CMF mengajak para peserta untuk membicarakan satu tema penting tentang bagaimana para misionaris Claretian melayani Sabda bersama kelompok lain. Para peserta pun diajak untuk merenungkan tiga pertanyaan berikut dalam kelompok sharing.
1. Sharing beberapa praktik (studi Kitab Suci) yang sudah ada
2. Ide-ide kreatif yang dapat diimplementasikan dalam keluarga/sekolah/paroki/misi dalam mempelajari Alkitab
3. Apa lagi yang dapat dilakukan oleh Kongregasi/Provinsi untuk mempromosikan perspektif kreatif dalam pelayanan Alkitab?
Pada sesi sore hari, para peserta mendengarkan sharing dari P. Valens Agino, CMF yang mempresentasikan materi dengan judul “The Bible as a Tool for Inculturation and Social Change”. Poin pertama yang dibagikan oleh P. Valens, CMF adalah soal bagaimana makna dan perasaan itu berperan penting dalam suatu budaya. Untuk itu, menurutnya, memahami Kitab Suci juga berarti memahami makna dan perasaan dari suatu budaya asing. Maka, pendekatan lintas budaya sangat dibutuhkan dalam melihat budaya lain.
Poin penting lain yang dibagikan oleh P. Valens, CMF adalah tentang hospitalitas dan nilai-nilai spiritual. Menurutnya, hospitalitas merupakan sebuah nilai yang sudah ada sejak lama. Hospitalitas ini sangat membantu kekristenan yang mana hospitalitas ini dapat menjadi pintu gerbang yang menyambut orang-orang non-Yahudi yang ingin menjadi bagian dari Komunitas Kristiani. P. Valens, CMF kemudian mengambil contoh bagaimana hospitalitas Yesus menerima Zakheus untuk kemudian mengantar Zakheus ke jalan pertobatan.
Selain itu, P. Valens, CMF juga memberi materi dengan judul Biblical Formation of Laity and Cathechis. Pada bagian ini, P. Valens membagikan pengalaman hidupnya ketika diminta untuk menangani umat paroki di Spanyol. Baginya, dalam formasi Kitab Suci bersama umat, perlu untuk bergerak perlahan, melalui kelompok-kelompok kecil umat yang ingin mendalami Kitab Suci.
Selain itu, P. Valens juga mempresentasikan metode membaca Kitab Suci yang langkah-langkahnya terinspirasi dari doa apostolik P. Claret, yakni CASA. CASA merupakan singkatan dari C, Conocer (to know); A, Amar (to love); S, Servir (to serve); A, Alabar (to praise). Diungkapkannya bahwa metode pendalaman teks ini sangat berdimensi Claretian dan membantu dalam mendalami teks secara keseluruhan.
Presentasi dari P. Valens, CMF ditutup dengan sharing kelompok dengan pertanyaan penuntun berikut ini.
1. Sharingkan pengalaman Anda dalam menangani formasi Kitab Suci kepada awam dan katekis!
2. Diskusikan strategi (formasi Kitab Suci) apa yang Anda pikirkan untuk membentuk awam dan katekis?
Pertemuan hari kedua ditutup dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh para saudara dari Delegasi Independen Indonesia-Timor Leste.