Nemi, Italia. Pater General dalam pidato pembukaan Kapitel, mengundang kita para Misionaris Claretian untuk berjalan bersama Yesus seperti dua murid ke Emaus. Hendaknya kita juga harus berjalan ke depan dalam Kapitel Umum XXVI ini. Lebih lanjut, Pater General menjelaskan bahwa badai pandemi global telah mengejutkan kita dan menjadi kekelaman, kecemasan dan ketidakpastian yang menghantui kita. Namun dalam perspektif iman, itu menjadi kesempatan untuk bergerak ke depan meski dalam kekelaman dan kita yakin tangan Tuhan menuntun kita. Seperti cinta seorang ayah yang menuntun anaknya menyebrangi jalan yang berbahaya.
Pater General juga menegaskan bahwa Kongregasi kita adalah pemberian Roh Kudus untuk membagi misinya melalui karisma Bapa Pendiri kita. Lebih lanjut, Pater General juga mengatakan bahwa keberadaan kita sebagai Claretian dalam Gereja hanya dalam ditemukan dalam kesetiaan kita kepada karisma dan itu merupakan pembaharuan berkelanjutan dan pembaharuan di dalam masa yang berbeda.
Enam tahun yang lalu, Tuhan meminta kita untuk memulai petualangan transformatif kita agar relevan dengan masa kita saat ini. Pater General mengundang kita untuk merenungkan kembali tiga kata kunci Paus Fransiskus : Menyembah, berjalan dan menemani. Bahwa selama 6 tahun kita memusatkan perhatian kita pada tiga proses transformasi: menjadi Kongregasi yang pergi keluar, menjadi komunitas saksi dan pembawa pesan dan menjadi pribadi yang menyembah Allah dalam Roh.
Pater General juga bersyukur kepada tiga Superior terdahulu Mgr. Jose M. Abella, cmf, Kardinar Aquilono Bocos dan P. Gustavo Alonso, cmf yang turut mewarnai perjalanan Kongregasi. Setiap Claretian merupakan pemberian berharga untuk karisma Komunitas kita. Pater General juga menyinggung peran orang tua dalam misi Kongregasi dan gereja dengan mempersembahkan kita karena cinta mereka untuk Allah dan Gereja. Pater General mengundang kita untuk membara dengan cinta dan kita boleh tinggal di dalam cinta seperti yang dilakukan oleh Yesus. Kita juga diundang untuk memperkaya Kapitel umum dengan keaktifan, partisipasi dan tanggung jawab memlalui percakapan yang jujur.
Pater General meminta agar kita membuka hati kepada Roh Kudus agar setelah Kapitel Umum, kita boleh mengalami transformasi seperti para murid yang berjalan ke Emaus. Kapitel umum XXVI merupakan sukacita dan rekonsiliasi untuk memulai petualangan kemuridan. Kapitel Umum ke-26 mengantar kita untuk masuk dalam waktu Roh, terang Tuhan dan belaskasihan Bapa.
Ada dua animator Kapitel dalam membimbing tiga hari retret yakni Sr. Jolanta Kafka, rmi dan P. Paulson Velyannoor, cmf. Pada pagi hari waktu Italia, para Bapa Kapitel merenungkan Peristiwa Rosario Gembira yang membawa kehidupan bagi misi Claretian dan mengomunikasikan dalam kelompok-kelompok kecil sukacita panggilan yang, dalam kebaikan-Nya, telah dicurahkan Tuhan kepada kita.
Sukacita yang diterima dengan tidak selayaknya dan dengan rendah hati melapangkan hati: Allah mengisinya dengan rasa syukur dan mendorong kita untuk menyembah. Pater Joseph Mbungu-Mutu, cmf, yang mengundang kami untuk kembali ke akar panggilan dan sejarah kita sebagai sumber sukacita dan keselamatan yang abadi.
Dalam sharing sore, kata kunci misteri yang menyakitkan, menuntun para bapa Kapitel berjalan berdua-dua, seperti para murid yang diutus oleh Yesus untuk mewartakan Kabar Baik melalui luka dan penderitaan mereka, dengan keyakinan bahwa “Tuhan tidak akan pernah membawa kita ke tempat di mana kita tidak dapat ditopang oleh kasih karunia-Nya,” kata P. Paulson, cmf
Para bapa kapitel menyadari bahwa setiap doa akan diangkat ke surga saat matahari terbenam melalui sakramen tobat yang tenang dan sepenuh hati, di mana kita mengakui dosa-dosa kita sebagai umat Allah di hadapan api penyucian dan berlutut di hadapan Yesus roti hidup dan anggur baru yang diberikan untuk pendamaian kita.
Pada tanggal 16 Agustus 2021 kemarin menjadi hari yang padat namun juga menyenangkan. Dan restoratif. Tuhan telah memberikan kasih yang besar kepada kita, seperti selalu Ia berikan kepada Claret, semua orang yang mendekati-Nya dengan hati yang tulus.
Pada malam hari, masing-masing menarik diri dalam kesunyian sambil berdoa “Di sinilah kami, Tuhan, untuk melakukan kehendak-Mu” (Ringkasan Kronik Kapitel Umum XXVI – oleh Frs. Jondri Siki, cs)