Kupang, Indonesia. Setahun yang lalu, Kongregasi menetapkan 4 Februari 2022 sampai 4 Februari 2023 sebagai Tahun Clotet. Momen tersebut merupakan pengingat bagi Kongregasi dalam rangka 200 tahun kelahiran P. Jaime Clotet, co-pendiri Kongregasi Para Misionaris Putra-putra Hati Tak Bernoda Maria, pada 24 Juli 2022.
Sabtu (4/2/2023), bertepatan dengan ulang tahun kematian P. Clotet ke-125, Kongregasi secara resmi menutup Perayaan Tahun Clotet. Di momen yang berahmat itu, P. Mathew Vattamatam, CMF (Superior General) membagikan sebuah surat edaran sekaligus kepada seluruh anggota Kongregasi untuk menutup perayaan Tahun Clotet.
Dalam surat tersebut, P. Mathew memaparkan beberapa kekhasan dari pribadi P. Clotet, yakni pertama, bahwa P. Clotet adalah seorang yang memiliki kebaikan secara alami. Dalam arti bahwa P. Clotet adalah seorang yang rendah hati, lemah lembut dan berbakti kepada Tuhan dan orang lain. Kedua, P. Clotet sangat dipengaruhi oleh kebajikan dari kesaksian hidup P. Claret, yakni terus bekerja untuk kebaikan.
Ketiga, seorang misionaris yang hidup dalam kehidupan hariannya. Pada bagian ini, P. Mathew mengatakan bahwa P. Clotet adalah seorang yang baik, seorang pria yang berintegritas, tanpa kejahatan, seperti “malaikat dalam daging manusia”. Keempat, seorang formator bagi para bruder. P. Clotet adalah seorang formator yang baik bagi para bruder. Dia sungguh-sungguh memberikan dirinya kepada para bruder.
Kelima, katekis para orang tuli. P. Clotet adalah seorang rasul bagi orang-orang yang alat pendengarannya tidak berfungsi dengan baik. Sebagai kerasulannya, P. Clotet banyak memberikan pelayanannya kepada orang tuli, termasuk menulis buku bagi mareka dan bagi para pekerja pastoral. Keenam, seorang yang berada dalam hadiran Allah. P. Matthew mencatat bahwa P. Clotet sungguh-sungguh memberikan dirinya kepada Tuhan. P. Clotet sungguh menyadari bahwa Allah senantiasa hadir dalam setiap gerak hidupnya.
Dari kepribadian P. Clotet, P. Mathew menarik beberapa poin pembelajaran yang penting bagi Kongregasi sekarang ini. Pertama, P. Clotet adalah contoh pribadi yang setia dan senantiasa mendedikasikan diri pada pekerjaan dan pelayanan. Kedua, P. Clotet adalah contoh seorang yang penuh belas kasih, sebagaimana dia tunjukkan kepada orang-orang tuli yang dia layani. Ketiga, P. Clotet adalah contoh dari seorang yang benar-benar menghadirkan Tuhan dalam diri dan dalam pelayanannya. Keempat, P. Clotet adalah contoh seorang yang rendah hati, sebagaimana dia tunjukkan kepada siapa saja yang dia temui.
Sebagai penutup surat edarannya, P. Mathew mengajak para misionaris Claretian untuk mendoakan proses beatifikasi bagi P. Clotet yang sedang berlangsung. Terlebih, P. Mathew meminta kepada setiap anggota untuk berdoa melalui P. Clotet, agar melalui dia, terdapat keajaiban Tuhan. Satu keajaiban saja sudah cukup untuk mengantar P. Clotet untuk mendapat gelar Beato.
Perayaan Penutupan Tahun Clotet dalam Komunitas
Menindaklanjuti permintaan dari Kongregasi untuk merayakan Penutupan Tahun Clotet, secara umum komunitas-komunitas lokal dalam Delegasi Independen Indonesia-Timor Leste merayakan penutupan Tahun Clotet dengan penuh khusyuk. Komunitas Seminari Hati Maria, Kupang, misalnya merayakan penutupan Tahun Clotet dengan sharing-sharing dari para frater perihal pribadi P. Clotet.
Selain itu, Komunitas Wisma Skolastikat Claretian, Jogjakarta merayakan Penutupan Tahun Clotet dengan cara berbeda. Komunitas tidak hanya merayakan Misa penutupan, tetapi dirayakan bersamaan dengan rekoleksi bulanan komunitas. Isi materi rekoleksi tersebut membicarakan seputar pribadi dan pelayanan P. Clotet beserta relevansinya bagi para misionaris dalam komunitas Wisma Skolastikat Claretian Jogjakarta.