Perayaan Ekaristi Pesta Hati Tak Bernoda Maria, Perayaan Ulang Tahun Komunitas Seminari Hati Maria dan Pelantikan Lektor-Akolit

oleh | Jun 19, 2023 | Delegasi, Hati Maria Community

Lasiana, Kupang. Setelah merayakan Hari Raya Hati Yesus yang Mahakudus, Gereja Katolik merayakan Pesta Hati Tak Bernoda Maria. Bagi Kongregasi Para Misionaris Claretian, pesta ini merupakan pesta identitas, sebab Kongregasi menjadikan Hati Maria sebagai spiritualitasnya.

Perayaan Ekaristi dalam rangka merayakan Pesta Hati Tak Bernoda Maria dirayakan dengan penuh semarak di Komunitas Hati Maria, pada Sabtu (17/6/2023). Tema yang diangkat dalam perayaan syukur itu adalah “Hati Maria: Kedekatan, Kelembutan, dan Belas Kasih”. Perayaan Ekaristi syukur itu dipimpin oleh P. Valens Agino, CMF.

Dalam homilinya, P. Valens Agino, CMF menuturkan bahwa pesta Hati Maria merupakan suatu perayaan identitas. Hal ini merujuk pada spiritualitas Kongregasi yang menjadikan Hati Maria spirit bagi para misionaris dalam bermisi.

“Kita sedang merayakan identitas kita. Kita sedang merayakan siapa kita”, kata P. Valens.

Identitas sebagai “Putra Hati Maria” tidak muncul secara tiba-tiba dalam Kongregasi. Identitas ini lahir dan tumbuh dalam kehidupan pribadi P. Claret. Dalam hidupnya, P. Claret sungguh-sunguh dekat dengan Bunda Maria. Dengan relasi yang intim, P. Claret yakin bahwa dirinya adalah seorang Putra yang lahir dari Hati Bunda Maria.

P. Valens menambahkan bahwa identitas sebagai Hati Maria tidak lahir oleh karena pekerjaan tangan manusia, tetapi lahir oleh karena bantuan Roh Kudus. Dengan inspirasi Roh Kudus, para misionaris Claretian menjadi pelayan Sabda yang berkarisma dan siap untuk melayani sesama.

“Hati ini dibentuk bukan oleh manusia, tetapi oleh Roh, sebagaimana hati Bunda Maria”, tandasnya.

Bagi para Claretian, Hati Maria bukan sekadar gelar tambahan bagi Perawan Maria. Hati Maria adalah gambaran seluruh pribadi Maria dan merupakan suatu bagian terpenting untuk menegaskan keseluruhan kedalaman batin Sang Perawan, cinta keibuannya, dan sikapnya dalam hubungan dengan Yesus dan para misionarisnya. Di dalam hatinya seorang Claretian menemukan kedekatan, kelemahlembutan dan belaskasihan.

Hati Maria merupakan keistimewaan  spiritualitas dan kerasulan para Misionaris Claretian. Hati Maria adalah sumber cinta kepada Allah dan sesama. Dalam tanur hati Maria seorang Claretian dibentuk menjadi seorang misionaris berkarisma sebagai pendengar dan pelayan Sabda, yang memiliki rasa tergerak hati, rasa kesiapsediaan dan rasa kekatolikan, untuk diutus ke mana saja Gereja dan Kongregasi membutuhkan.

Bertepatan dengan perayaan hari ini, Delegasi Independen Indonesia-Timor Leste menutup Tahun Hati Maria. Selama setahun terakhir, para Claretian diajak untuk mendalami kembali dan menghidupi spiritualitas Hati Maria, sehingga dalam melaksanakan misi, seorang Claretian akan selalu bermisi dengan hati, agar setiap orang yang dilayani dapat semakin mengenal, mencintai, melayani dan memuliakan Tuhan.

Selain itu, dalam semarak Pesta Hati Tak Bernoda Maria, Komunitas Seminari Hati Maria (SHM) merayakan ulang tahunnya yang ke-20 (2003-2023). Semenjak kelahirannya di Kupang, Komunitas SHM telah melahirkan begitu banyak misionaris yang handal dan siap diutus. Dengan mengambil nama “Hati Maria” sebagai nama komunitas, Komunitas SHM telah menjadikan dirinya sebagai saksi sukacita Injili dalam berbagai bentuk pelayanan, seperti pelayanan sakramental, kerasulan, dan berbagai bentuk misi lainnya.

Perayaan Ekaristi Pesta Hati Tak Bernoda Maria dan Perayaan Syukur ulang tahun komunitas SHM menandai dilantiknya delapan misionaris Putra-putra Hati Tak Bernoda Maria menjadi lektor dan akolit. Pelantikan ini menjadi tanda bahwa mereka segera dan siap dilahirkan untuk membantu pelayanan dalam kegiatan liturgi Gerejani. Pelayanan mereka dalam liturgi Gereja akan menjadi nyanyian syukur yang indah bagi semua orang yang akan mereka layani.

Delapan misionaris yang dilantik oleh P. Valens Agino, CMF menjadi lektor dan akolit adalah Frs. Adolfo Martins de Deus, Armandino Atiyos da Costa, Arsensius Roiman Baruk, Ferdinandus Naibobe, Patrianus Densi Dewa Panggo, Stanislaus Erson, Theofilus Antonius Gela, dan Yanuarius Asan Berek, CMFF.