Kupang, Indonesia. Tahun 2025 ini, Delegasi Independen Indonesia-Timor Leste kembali mengadakan Pekan Hidup Bakti (PHB) edisi ke-15. Tema yang diangkat dalam PHB XV kali ini adalah “Menghayati Konsekrasi, Kesetiaan, dan Kesaksian Kaum Hidup Bakti dalam Dunia VUCA”. Kata “VUCA” dalam tema ini merupakan akronim dari Volatility (ketidakstabilan), Uncertainty (ketidakpastian), Complexity (kerumitan), dan Ambiguity (ketidakjelasan).
Pada PHB XV 2025 kali ini, yang bertindak sebagai pembicara adalah P. Valens Agino, CMF; P. Kristian Paskalis Cangkung, CMF; P. Sabu George Palackathadathil, CMF; P. Yoseph Ferdinandus Melo, CMF; P. Viktor Doddy Sau Sasi, CMF; dan Sr. Rosaria Nur Hardiningsih, CB. Kegiatan ini dimoderasi oleh P. Reneldus Maryono Paing, CMF.
Hari Pertama
Pada hari pertama, materi diberikan oleh P. Valens Agino, CMF dan P. Kristian Paskalis Cangkung, CMF. Pada kesempatan pertama, P. Valens Agino, CMF memaparkan materinya perihal Dunia VUCA dan Hidup Bakti. Dunia VUCA merupakan suatu keadaan lingkungan yang mampu berubah-ubah dengan cepat, tidak terduga, dan sulit terkontrol.
Kemunculan dunia VUCA juga mempengaruhi hidup bakti. Misalnya, proyek pribadi dan proyek komunitas yang tidak punya visi jangka panjang serta komitmen pribadi yang ikut mood (volatility), mentalitas instan tanpa pendirian dan takut mengalami penderitaan (uncertainty), kerumitan dalam mempertahankan diri secara ekonomi (complexity), dan kebebasan menginterpretasi konstitusi, spiritualitas, dan karisma Kongregasi (ambiguity).
Menurut P. Valens Agino, CMF, pengaruh buruk dunia VUCA dalam hidup bakti bisa dilawan dengan VUCA pula, yakni vision yang jelas akan panggilan, karisma dan spiritualitas dan motivasi hidup membiara; understanding yang jelas akan panggilan, karisma, dan motivasi hidup membiara; courage untuk bersikap dan mengambil resiko sesuai nilai-nilai kehidupan membiara; dan adaptability yakni terbuka tanpa mengorbankan nilai-nilai inti kehidupan membiara.
Tambahnya, budaya penegasan spiritual (Discernment spiritual) sangat membantu kaum hidup bakti dalam menghadapi semua model perubahan yang terjadi dalam dunia. Mengutip Paus Fransiskus dalam dokumen Gaudete et Exultate, penegasan spiritual memampukan kaum hidup bakti untuk membedakan yang dari Roh Allah dan yang dari roh dunia. Penegasan spiritual ini lebih dari sekadar kemampuan intelektual dan akal sehat, tetapi juga rahmat yang dimohonkan. Dan penegasan spiritual ini merupakan sarana perjuangan kaum hidup bakti untuk mengikuti Tuhan dengan lebih baik.
P. Valens Agino, CMF juga menambahkan empat tawaran perjalanan spiritual untuk dunia dewasa ini, sebagaimana yang direfleksikan oleh José Cristo Rey García Paredes, CMF dan Gonzalo Fernández Sanz, CMF, yakni adoratio yang berarti perjalanan dari penyembahan berhala menuju iman; missio yang berarti pejalanan dari funsionalisme menuju mistisisme misioner; conversatio yang berarti perjalanan dari isolasi menuju mendengarkan dengan cermat dan berbagi; dan traditio-conversatio yang berarti perjalanan dari kemandirian menuju penyerahan diri.
![](https://www.cmfindotiles.org/storage/2025/02/Screenshot-285-1024x576.png)
![](https://www.cmfindotiles.org/storage/2025/02/Screenshot-290-1024x576.png)
![](https://www.cmfindotiles.org/storage/2025/02/Screenshot-292-1024x576.png)
Setelah itu, para peserta disuguhkan dengan materi dari P. Kristian Paskalis Cangkung, CMF. Materi tersebut diberi judul “Konsekrasi, Kesetiaan, dan Kesaksian dalam Sejarah Hidup Bakti”. Dalam materinya, P. Kristian Paskalis Cangkung, CMF menjelaskan secara umum tiga hal penting perjalanan kaum hidup bakti dalam rel konsekrasi, kesetiaan, dan kesaksian, sebagaimana dijelaskan oleh W. Bruggemann dalam buku Spirituality of the Psalms, yakni Orientasi, Disorientasi, dan Re-Orientasi.
Dalam orientasi, kaum hidup bakti sungguh-sungguh diberi pengertian bahwa perjalanan panggilannya merupakan pembaktian diri kepada Kristus sebagai sebuah sikap aktif. Untuk itu, sikap dasar dalam orientasi ini adalah Sequela Christi (mengikuti Kristus), yakni ekspresi lahiriah dalam sikap dan keputusan yang menyatakan kehendak untuk mengikuti Kristus; dan Imitatio Christi (Meniru Kristus), yakni segala usaha untuk meneladani dan mendalami pribadi Yesus secara moral maupun mistikal (kemiskinan, ketaatan, kemurnian, rendah hati, dan lain-lain).
P. Kristian Paskalis Cangkung, CMF juga menyatakan bahwa dalam sejarahnya, kaum hidup bakti seringkali mengalami disorientasi, yakni kondisi di mana kaum hidup bakti tidak lagi hidup selaras dengan cita-cita ordo atau kongregasi. Dalam arti tertentu, disorientasi hendak menjelaskan kondisi kaum hidup bakti yang mengalami krisis, ketidakpastian, atau chaos.
Menurutnya, berhadapan dengan situasi disorientasi ini, terdapat dua cara pandang yang berbeda. Ada yang menganggap pengalaman disorientasi sebagai pengalaman aib (moment of disgrace) yang kemudian selalu mempertanyakan tentang relevansi hidup bakti di masa kini dan di masa yang akan datang. Namun, ada pula yang menganggap pengalaman disorientasi sebagai pengalaman berkat (moment of grace) yang mana krisis, ketidakpastian, atau chaos ditanggapi secara dewasa, dilihat dalam kacamata positif, dan undangan kepada pertobatan dan pembaruan hidup.
Berhadapan dengan krisis, ketidakpastian, atau chaos, P. Kristian Paskalis Cangkung, CMF mengungkapkan bahwa kaum hidup bakti, mau tidak mau, harus membuat reorientasi, yakni suatu langkah baru pasca mengalami disorientasi. Reorientasi ini dilandasi oleh iman yang mendalam akan kesetiaan serta belaskasih Allah. Reorientasi ini mesti ditanggapi dengan aksi penataan kembali tatanan hidup secara personal dan komunitas, discerning leadership, keterbukaan terhadap gerakan roh, kreatif, inspiratif, mistik, dan profetik.
![](https://www.cmfindotiles.org/storage/2025/02/Screenshot-295-1024x576.png)
![](https://www.cmfindotiles.org/storage/2025/02/Screenshot-297-1024x576.png)
![](https://www.cmfindotiles.org/storage/2025/02/Screenshot-300-1024x576.png)
Hari Kedua
Pada hari kedua, para peserta PHB XV 2025 mendapat kesegaran dari materi yang dibawakan oleh P. Sabu George palackathadathil, CMF dan P. Yoseph Ferdinandus Melo, CMF. Pada kesempatan pertama, P. Sabu George Palackathadathil, CMF membawakan materi berjudul “Konsekrasi dan Kesaksian dari Sudut Pandang Teologi Hidup Bakti”. Dalam pemaparannya, P. Sabu George Palackathadathil, CMF mengingatkan bahwa menjalani panggilan sebagai kaum hidup bakti merupakan perjalanan hidup yang dikonsekrasikan kepada Allah. Konsekrasi berarti penyerahan diri secara bebas kepada Allah yang telah memanggil.
Dengan pengertian tersebut, lanjutnya, maka konsekrasi dalam hidup bakti berarti dipisahkan, disucikan, bersih dan memulai awal yang baru, menjadi pribadi yang baru sepenuhnya bagi Tuhan. Dengan demikian, kaum hidup bakti menyatakan hidup mereka lewat kemurnian, kemiskinan, dan ketaatan. Dengan menerima cara hidup ini, mereka memiliki sarana untuk mencapai persatuan yang lebih sempurna dengan Allah sekaligus menjadi saksi persatuan yang sempurna di kehidupan yang akan datang.
Kemudian, P. Sabu George Palackathadathil, CMF juga mengingatkan akan kesaksian kaum hidup bakti. Pada bagian ini, P. Sabu George Palackathadathil, CMF menekankan kesaksian kaum hidup bakti dalam dimensi kenabian. Hal ini disebutkannya karena kaum hidup bakti sejatinya rasa profetis harus selalu ditonjolkan kepada dunia yang semakin hari semakin sulit melihat tanda-tanda kehadiran Allah.
Mengakhiri presentasinya, P. Sabu George Palackathadathil, CMF menunjukkan beberapa contoh tantangan-tantangan yang dihadapi oleh kaum hidup bakti. Tantangan-tantangan tersebut adalah permasalahan keluarga, komunitas, kesehatan, hidup doa, ekonomi, formasi, kepribadian ganda, dan media sosial.
![](https://www.cmfindotiles.org/storage/2025/02/Screenshot-315-1024x576.png)
![](https://www.cmfindotiles.org/storage/2025/02/Screenshot-318-1024x576.png)
![](https://www.cmfindotiles.org/storage/2025/02/Screenshot-320-1024x576.png)
Materi PHB XV 2025 hari kedua dilanjutkan dengan presentasi dari P. Yoseph Ferdinandus Melo, CMF. Judul makalah yang dipaparkannya adalah “Tinggallah di Dalam Kasih-Ku (Yoh 15:9): Menghidupi Komitmen Kemuridan-Misioner di Tengah Tantangan Dunia VUCA dalam Terang Dokumen Karunia Kesetiaan Sukacita Ketekunan”.
Dalam materinya, P. Yoseph Ferdinandus Melo, CMF berpatokan pada dokumen Karunia Kesetiaan dan Sukacita Ketekunan yang dikeluarkan oleh Kongregasi untuk Tarekat Hidup Bakti dan Serikat Hidup Kerasulan di Vatikan pada 2 Februari 2020 silam. Diungkapkannya bahwa dokumen tersebut mengutarakan keprihatinanya sekaligus memberi pesan yang kaya bagi kaum hidup bakti. Pesan yang kaya dari dokumen tersebut hendak mengajak kaum hidup bakti agar semakin setia dan bertekun dalam menghidupi panggilan dan komitmen kemuridan yang telah dipilihnya.
Dalam menghidupi panggilan hidup bakti, lanjutnya, kaum hidup bakti justru menemukan begitu banyak ilalang yang memengaruhi proses tumbuh kembang seorang religius untuk setia pada jalan panggilannya. Beberapa hal yang disebutkan adalah pengalaman iman yang memudar; budaya fragmentaris-terpecah-pecah dan sementara; institusi hidup bakti yang kurang terbuka pada gerakan Roh Kudus; kurangnya pengolahan hidup berhadapan dengan individualisme, spiritualisme, hidup dalam dunia sempit, kecanduan, kemapanan dan lain-lain; dan relasi interpersonal dan komuniter yang sulit.
Akan tetapi, kendati ada begitu banyak ilalang yang menggerogoti kehidupan kaum hidup bakti, P. Yoseph Ferdinandus Melo, CMF mengajak para peserta untuk menemukan pijakan tentang karunia kesetaan dan sukacita ketekunan dalam kisah kemuridan sehari-hari. Dengan demikian, kaum hidup bakti diajak untuk berani mengimpikan kesetiaan Sang “Ya” bagi semua janji Allah dan setia-bertekun pada panggilan hidup sehari-hari.
Untuk mewujudkan semua itu, mau tidak mau, setiap kaum hidup bakti harus merawat hidup doa dengan tekun; ber-discerment serta terbuka kepada belas kasih dan kerahiman Allah; menghidupi komunitas dengan baik; melaksanakan pelayanan kerasulan yang kreatif; dan membangun formasi yang solid dan menyentuh hati. Semua hal yang dilakukan itu, bagi P. Yoseph Ferdinandus Melo, CMF, merupakan upaya untuk selalu tinggal dalam kasih Tuhan. Tinggal dalam kasih Tuhan, lanjutnya, merupakan momen menyambut kesetiaan-Nya dan merupakan kekuatan panggilan kaum hidup bakti.
![](https://www.cmfindotiles.org/storage/2025/02/Screenshot-325-1024x576.png)
![](https://www.cmfindotiles.org/storage/2025/02/Screenshot-328-1024x576.png)
![](https://www.cmfindotiles.org/storage/2025/02/Screenshot-344-1024x576.png)
Hari Ketiga
Kemudian pada hari ketiga, para peserta disuguhkan dengan materi yang dibawakan oleh P. Viktor Doddy Sau Sasi, CMF; dan Sr. Rosaria Nur Hardiningsih, CB. Pada kesempatan pertama, P. Viktor Doddy Sau Sasi, CMF membawakan materinya yang berjudul “Karunia Kesetiaan dan Sukacita Ketekunan dalam Perspektif Hukum Gereja”.
Mula-mula, P. Viktor Doddy Sau Sasi, CMF menguraikan materinya dengan mengupas dokumen Karunia Kesetiaan dan Sukacita Ketekunan. Diungkapkannya bahwa dokumen ini dikeluarkan sebagai upaya Vatikan dalam menanggapi tantangan hidup bakti di hadapan dunia yang semakin sekuler. Dihadapan dunia yang semakin sekuler ini, Paus Fransiskus khawatir akan memudarnya kesetiaan dari kaum hidup bakti!
Untuk itu, dari dokumen yang sama, P. Viktor Doddy Sau Sasi, CMF mengajak para peserta untuk menghidupi kembali kesadaran akan panggilan masing-masing. Kesadaran akan panggilan menjadi sarana yang baik bagi kaum hidup bakti untuk menghidupi kembali kesetiaannya akan panggilan dihadapan tawaran dunia sekuler yang semakin menggila.
Menurutnya, karunia kesetiaan termanifestasikan dalam sukacita ketekunan. Dan sukacita itu bersinar di wajah mereka yang membaktikan hidupnya secara total kepada Allah. Mengutip Paus Fransiskus, sukacita menjadi kebutuhan dan landasan hidup manusia. Demikian pula kaum hidup bakti mesti selalu menghidupkan sukacita panggilan mereka dalam hidup sehari-hari, karena seorang hidup bakti telah menanggapi panggilan Tuhan, memilih kasihNya dan untuk memberikan kesaksian tentang InjilNya dalam pelayanan Gereja.
Pada bagian lain dari presentasinya, P. Viktor Doddy Sau Sasi, CMF memaparkan materi tentang keterpisahan anggota hidup bakti dari tarekatnya yang dilihat dari kacamata Hukum Gereja sebagaimana tertuang dalam Kitab Hukum Kanonik. Dua hal yang dibagikan terkait hal ini adalah perpindahan ke tarekat lain dan tentang keluar dari tarekat. Kedua hal ini dibicarakan menurut hukum yang berlaku sah dalam Gereja.
![](https://www.cmfindotiles.org/storage/2025/02/Screenshot-360-1024x576.png)
![](https://www.cmfindotiles.org/storage/2025/02/Screenshot-363-1024x576.png)
![](https://www.cmfindotiles.org/storage/2025/02/Screenshot-364-1024x576.png)
Kemudian, materi hari ketiga dilanjutkan dengan presentasi materi dari Sr. Rosaria Nur Hardiningsih, CB. Dalam pemaparannya, Sr. Rosaria Nur Hardiningsih, CB mempresentasikan materinya dengan judul “Kesaksian dan Kesetiaan Elisabeth Gruyters dalam Menghayati Hidup Bakti”.
Dalam kesaksiannya terkait hidup dari Elisabeth Gruyters, Sr. Rosaria Nur Hardiningsih, CB menuturkan bahwa Elisabeth Gruyters adalah seorang yang sungguh hidup dekat dengan Allah. Kesetiaan Elisabeth Gruyters adalah tanda kedekatannya dengan Allah. Bagi Elisabeth Gruyters, hidup bakti berarti menjadikan Allah sebagai pemimpin utama dalam hidup. Di hadapan Allah, yang dapat dilakukannya hanyalah menyerahkan diri seutuhnya kepada kehendak-Nya dan tetap bertekun dalam doa. Kedekatan dengan Allah menjadi sarana utama bagi Elisabeth Gruyters untuk menjaga panggilan hidup baktinya. Seperti kata Pemazmur, hanya dekat Allah saja aku tenang (Maz 62:2).
![](https://www.cmfindotiles.org/storage/2025/02/Screenshot-367-1024x576.png)
![](https://www.cmfindotiles.org/storage/2025/02/Screenshot-377-1024x576.png)
![](https://www.cmfindotiles.org/storage/2025/02/WhatsApp-Image-2025-02-01-at-21.36.57-1024x576.jpeg)
PHB XV 2025 kali ini diadakan secara online via aplikasi zoom yang berlangsung selama tiga hari, yakni pada 30 Januari 2025 sampai 1 Februari 2025. PHB XV 2025 ini diikuti oleh kaum hidup bakti dari berbagai Kongregasi atau Tarekat hidup bakti baik laki-laki maupun perempuan yang tersebar di seluruh Indonesia. Para peserta PHB XV 2025 diikuti oleh semua tingkatan, mulai dari aspiran, postulan, novis, yang berkaul sementara, yang berkaul kekal, hingga imam.
Galeri Foto
![](https://www.cmfindotiles.org/storage/2025/02/Screenshot-386-1024x576.png)
![](https://www.cmfindotiles.org/storage/2025/02/Screenshot-388-1024x576.png)
![](https://www.cmfindotiles.org/storage/2025/02/Screenshot-397-1024x576.png)
![](https://www.cmfindotiles.org/storage/2025/02/Screenshot-399-1024x576.png)
![](https://www.cmfindotiles.org/storage/2025/02/Screenshot-402-1024x576.png)
![](https://www.cmfindotiles.org/storage/2025/02/Screenshot-405-1024x576.png)
![](https://www.cmfindotiles.org/storage/2025/02/WhatsApp-Image-2025-02-01-at-21.36.58-1024x576.jpeg)
![](https://www.cmfindotiles.org/storage/2025/02/WhatsApp-Image-2025-02-01-at-21.36.59-1-1024x576.jpeg)
![](https://www.cmfindotiles.org/storage/2025/02/WhatsApp-Image-2025-02-01-at-21.37.04-1024x576.jpeg)