Terhitung selama enam hari, para frater yang sedang menjalani Tahun Orientasi Pastoral (atau kerap disapa TOP-er) Delegasi Independen Indonesia-Timor Leste berkumpul dan menepi diri di Bukit Nunuh Amasat, Benlutu. Tujuan dari kegiatan ini adalah melihat kembali semangat hidup seorang TOP-er selama enam bulan masa TOP untuk kemudian dievaluasi sembari menimba kekuatan spiritual untuk melanjutkan kembali enam bulan tersisa dari masa TOP-nya.
Para TOP-er yang hadir antara lain, Fr. Makarius Sungga, CMF (Paroki St. Antonius Maria Claret Salele); Fr. Patris Urbat, CMF (Paroki Hati Tak Bernoda Maria Fohorem); Fr. Marthinus Dhey, CMF (Paroki Sta. Maria Fatima Nurobo); Fr. Augusto Almeida da Silva, CMF (Paroki St. Antonius Maria Claret Oenopu); Fr. Mario Fredrikus Cole Putra, CMF (Novisiat Claretian Benlutu); Fr. Kristoforus Lahur, CMF (Paroki Sta. Theresia Kanak-kanak Yesus Panite); Fr. Anggalius Yoseph Usfal (Pra Novisiat Claret Kupang); Fr. Yulianus Nai Kiik (Seminari Menengah Pius XII Kisol); Fr. Robertus Darvino Karno, CMF (Paroki St. Hubertus Sok).
Pertemuan tersebut berlangsung pada Senin-Sabtu, 6-11 Januari 2020 di Rumah Retret Novisiat Claretian Benlutu. Pertemuan dibuka dengan rekoleksi bersama yang dibawakan oleh P. Pankratius Rehi Kandelu, CMF. Pastor yang kini bertugas sebagai rektor Komunitas Wisma Skolastikat Claretian Jogjakarta ini membawa tema, “Ketenangan Batin: Suatu Misi Senyap Menapaki Panggilan Misionaris Claretian yang Hebat dan Tangguh”. Melalui tema ini, P. Pankras berharap agar para TOP-er senantiasa berpikir dengan tenang agar tindakan yang diambil merupakan tindakan yang tenang, yang berasal dari dalam diri.
Pada hari kedua rekoleksi, P. Pankras mencoba membahas tokoh inti Kongregasi, yakni St. Antonius Maria Claret. Melalui Claret, P. Pankras menelurkan tema, “Antonius Maria Claret: Kerendahan Hati, Kemiskinan, Kelembutan Hati, Kesopanan, Mati Raga, Ketaatan, Kasih”. Tema ini sesungguhnya diambil dari buku kebajikan Claret sebagaimana tertuang dalam Autobiografi-nya.
Pada kesempatan evaluasi ini, para TOP-er diajak untuk mempresentasikan proyek pribadi yang dihidupi selama satu semester melaksanakan masa TOP. Tentu ada begitu banyak cerita yang muncul dalam setiap implementasi atas proyek pribadi yang telah dibuat.
Pada sesi tanggapan dan masukan, P. Yoseph Ferdinandus Melo, CMF, atau kerap disapa P. Ferdi, menasihati agar setiap proyek pribadi yang dijalankan masih dalam spirit yang sama dengan spirit kongregasi, delegasi dan komunitas. “Proyek pribadi yang dibuat masih hanya untuk pribadi. Proyek pribadi mengikuti semangat kongregasi yang diturunkan kepada delegasi, komunitas, dan anggota”, tandasnya. Dalam kesempatan itu pula, P. Fredi mengingatkan para TOP-er agar proyek pribadi yang dibuat juga menggunakan inspirasi “Berjalan, Menemani, Menyembah”. Hal itu diharapkan agar semangat asembli tidak sekadar bergema di sekitar Curia Kupang, tetapi juga memiliki gema yang kuat di komunitas-komunitas.
Pada sesi yang sama pula, P. Nikolaus Ilan, CMF memberikan apresiasi kepada para TOP-er yang telah membuat proyek pribadi dan kemudian menjalankannya. P. Niko sendiri mengingatkan bahwa proyek pribadi yang telah dibuat itu sebenarnya tidak mudah untuk dijalankan. Namun, perlu usaha ekstra keras untuk tetap pada komitmen menjalankan proyek pribadi itu. Untuk menjalankan proyek pribadi tersebut, senada dengan P. Ferdi , para TOP-er diingatkan agar senantiasa mengkontekstualisasikan proyek pribadi dengan konteks komunitas. Bila TOP-er ditempatkan di misi paroki, proyek pribadi hendaknya mengikuti arah gerak paroki. Demikian pula dengan misi formasi dan kategorial. Hal ini akan sangat membantu seorang TOP-er dalam mengembangkan diri di tempat ia diutus.
Selain itu, para TOP-er juga dibekali dengan beberapa materi. P. Emanuel Lelo Talok, CMF turut memberikan materi dengan tema “Dekalog Spiritualitas Kita”. Dekalog spiritualitas kongregasi kita menurut P. Nuel, CMF adalah Roh Kudus, Hati Maria, P. Claret, Para Claretian masa lalu dan masa kini, Proses, Berpartisipasi dalam Misi Gerejawi, Spiritualitas Misionaris, Definisi Seorang Misionaris dari Kontitusi nomor 9, Kolaborator Sederhana, dan Punya Mimpi. Materi ini dibawakan oleh P. Niko, berhubung P. Nuel tidak berkesempatan untuk hadir, karena satu, dua alasan tertenu.
Selain itu juga, para frater mendapat input mengenai Tahun Claretian sebagaimana diumumkan oleh Kongregasi bahwa Tahun 2020 adalah Tahun Claretian. Tahun Claretian sudah berlangsung sejak 1 Januari 2020. Dalam presentasi ini, sebagaimana diingatkan dalam buku terbaru kongregasi tentang Claret, P. Ferdi menjelaskan agar para Claretian muda jangan melupakan tradisi warisan Claretian. Dalam merayakan tahun Claretian ini, akan diadakan Claret Day yang dirayakan setiap tanggal 24 dalam bulan di tahun 2020, menerbitkan buku, memberikan informasi melalui website (www.itercmf.org), dan melalui aplikasi Año Claretiano. Hal tersebut dilakukan agar para Claretian menimba kekayaan dan kekuatan spiritual dari sumur karismatis kita sendiri.
Dalam evaluasi tersebut, ada sesi di mana pra TOP-er diajak untuk merenungkan Sabda Tuhan melalui Lectio Divina dan sharing pengalaman selama menjalani masa TOP. Lectio Divina dan sharing dipimpin oleh P. Niko, CMF. Materi lain yang diberikan adalah Seruan Apostolik Paus Fransiskus, yakni Christus Vivit (Kristus Hidup) yang dibawakan oleh P. Niko, CMF dan Refleksi Etis atas Kaul Kemurnian oleh P. Yohanes Darisalib Jeramu, CMF.
Pada misa penutup evaluasi semester I masa TOP ini, P. Niko mengingatkan kepada para TOP-er untuk senantiasa mengalami kehidupan komunitas di mana para TOP-er diutus. Hal yang paling penting adalah para TOP-er senantiasa mengalami sekaligus mendalami pengalaman akan Allah di tempat misinya. (Mario F. C. Putra, cmf)