Pertemuan Pengurus Tim SOMI Lama dan Tim SOMI Baru

Kupang, NTT. Tim Solidaritas dan Misi (SOMI) mengadakan pertemuan orientasi bagi pengurus baru pada 11-12 Januari 2024. Pertemuan yang diadakan secara online via zoom ini bertujuan membekali para pengurus baru dengan pengetahuan dan pengalaman tentang SOMI.

Kegiatan tersebut tentunya diikuti oleh para pengurus yang lama dan para pengurus yang baru. Tidak ada materi khusus yang diberikan kepada para peserta pertemuan selain berbagi pengalaman dari pengurus yang lama terkait pelayanan mereka selama terlibat dalam kerasulan bersama tim SOMI.

Dinamika yang terjadi selama pertemuan ini sangat positif. Para pengurus baru sangat antusias mengikuti pertemuan dan mendengarkan dengan sungguh pengalaman yang dibagikan oleh para pengurus yang lama. Sharing pengalaman tersebut sangat bermanfaat bagi para pengurus baru untuk mendapatkan gambaran tentang bagaimana pelayanan SOMI selanjutnya.

SOMI merupakan akronim dari Solidaritas dan Misi. Tim ini terdiri dari beberapa bidang misi, seperti prokura misi, PBB, dan JPIC. Tim ini berfokus pada pelayanan terhadap masyarakat luas.

Komunitas SEPEKita Bagi-bagi Sembako di Kapela St. Maria Noeltes

Noeltes, Kupang. Pada Minggu (15/10/2023), Komunitas SEPEKita mengadakan kegiatan bagi-bagi sembako di Kapela St. Maria Lordes, Noeltes. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya Komunitas SEPEKita dalam membantu masyarakat, terutama dalam mengatasi kesulitan ekonomi yang semakin meningkat.

Kegiatan bagi-bagi sembako ini dimulai dengan Perayaan Ekaristi Kudus. P. Selestinus Panggara, CMF selaku pemimpin rombongan berkesempatan memimpin perayaan syukur tersebut. Dengan diinspirasi bacaan liturgi hari Minggu Biasa XXVIII, bagi P. Seles, CMF, pertemuan antara umat Noeltes dengan Komunitas SEPEKita semata-mata karena kedua kelompok ini menerima undangan Tuhan untuk berkumpul di sekitar altar Tuhan.

Selepas Misa, umat Noeltes berkumpul di depan Kapela St. Maria Lordes untuk menerima bantuan yang telah disediakan. Masing-masing keluarga menerima satu bingkisan sembako yang isinya berupa kebutuhan hidup harian. Adapun juga anak-anak sekami menerima bingkisan kecil.

Umat Allah yang mendapat bantuan sembako ini tidak terbatas pada umat Katolik saja. Pada kesempatan berahmat itu, umat non-Katolik juga berkesempatan untuk menerima bantuan sembako.

Kegiatan bagi-bagi sembako dari Komunitas SEPEKita ini merupakan bagian dari perayaan Pesta Claret 2023. Melalui Komunitas SEPEKita, para Misionaris Claretian hendak membagi-bagikan rahmat Tuhan kepada umat Allah yang tidak mampu. Selain itu, kegiatan yang sama pula bertujuan untuk memeriahkan hari Pangan Sedunia.

Galeri Foto

Relawan SOMI Claret “Menginvasi” Sampah di Pantai Sulamanda

Mata Air, Kupang. Bumi tempat kita berdiam saat ini darurat sampah. Sampah berserakan di mana-mana baik di pinggir jalan, hutan, sungai dan laut. Keadaan ini telah menjadikan bumi kita ibarat tempat sampah besar (LG 21).

Sebagai bagian dari solidaritas dengan alam, maka Relawan SOMI (Solidaritas dan Misi) Claret bergegas menuju Pantai Sulamanda pada Jumat (6/5/2022) untuk melakukan pembersihan pantai dengan memungut sampah plastik di sepanjang bibir pantai.

Setiap Relawan membawa masing-masing karung untuk menampung sampah yang telah dipunggut. Adapun sampah yang dipilih adalah gelas kemasan air mineral dan aneka plastik lainnya. Kegiatan ini merupakan bagian dari kecintaan kepada alam.

Bumi kita adalah ibu yang jelita yang telah melahirkan tumbuh-tumbuhan hijau, udara yang segar dan air yang sejuk. Namun, dengan kemajuan teknologi yang pesat saat ini, wajah ibu kita yang jelita dilumuri dengan sampah yang berserakan di mana-mana.

“Sampah plastik baru bisa terurai dalam 200 tahun, itupun jika terpapar langsung sinar ultraviolet dari matahari. Jika tenggelam di laut maka akan bertahan selama-lamanya”, ucap P. Seles, CMF selaku koordinator SOMI Claret.

Selain itu, P. Seles juga menegaskan bahwa menyelamatkan bumi dari sampah adalah upaya untuk menjaganya demi masa depan anak cucu. Jika bumi tidak dijaga maka segalanya akan tercemar dan kita hanya mewariskan air mata dan bukan mata air kepada generasi mendatang.

Para Relawan SOMI berisi sekumpulan orang-orang muda yang memiliki semangat kepedulian terhadap alam dan sesama. Kelompok ini terbentuk pada 8 Mei 2021 silam tanggap darurat atas bencana badai Siklon Tropis Seroja yang menimpa NTT, 4-5 April 2021.

Sebagai kaum muda, Relawan SOMI turut berpartisipasi dalam melawan penyebaran sampah demi ke keutuhan ciptaan dan kelestarian alam agar tidak tercemar oleh sampah yang berserakan.

“Keselamatan alam itu penting karena alam adalah bank yang paling kaya”, ucap Yestin Imo, salah satu relawan yang sedang mengenyam pendidikan di Prodi Teknologi Pakan Ternak, Politani Kupang.

“Karena yang bumi butuhkan saat ini adalah tindakan nyata, bukan sekedar berkata-kata”, ungkap Honorata Etralia Mardin Prodi Ilmu Hukum Semester 2 Universitas Nusa Cendana

“Kegiatan hari ini sangat bermanfaat dan menyenangkan, membersihkan pantai Sulamanda dari sampah plastik, yang dibuang pengunjung dan kami sebagai pengunjung yang baik memungutnya kembali dan membuang sampah-sampah tersebut pada tempatnya, demi terjaganya kebersihan lingkungan pantai dan juga ekosistem laut”, ungkap Felixa Yuki Levinda Mahasiswi semester 2 prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat, UNDANA.

Para relawan sangat bersyukur bisa turut mengurangi volume sampah di wilayah Kota Kupang agar wajah Kota Kupang terbebas dari sampah dan predikat “Kota Terkotor” tidak lagi disematkan kepada Kota Kupang.

Laporan Fr. Yohanes Adrianus Siki, CMF


Galeri

“…memasuki pekerjaan-pekerjaan”

Jumat, 19 Maret 2021, di bawah terik matahari yang memanggang kulit, P. Eugenius Paul Madoni, cmf (Ekonom Delegasi), ditemani P. Siprianus Asa, cmf dan P. Selestinus Panggarra, cmf, pergi mengunjungi lahan persawahan Tarus-Noelbaki. Panasnya kota karang tak mengurungkan niat ketiga misionaris ini untuk menyusuri hamparan padi yang menghijau. Maklum, dari kedua tempat ini pasokan beras untuk ketiga dapur rumah formasi di Kupang didatangkan. Tak hanya itu, sebagai Claretian, memasuki pekerjaan-pekerjaan adalah panggilan yang inheren dalam diri seorang Claretian sebagaimana diuraikan dalam Pola Misionaris (Cf. Konst. No. 9).

Beberapa bidang lahan persawahan ini dikelolah oleh Misionaris Claretian bekerja sama dengan beberapa penggarap yang sudah beberapa tahun bekerja bersama para Claretian. Bapak Marianus Raya, salah seorang penggarap sekaligus karyawan dan koordinator lapangan, mengaku senang dan menikmati pekerjaan yang digelutinya sejak beberapa tahun lalu ini. Musim tanam tahun 2020 hampir semua hamparan sawah di Tarus dan Noelbaki mengalami gagal panen, lantaran kemerau panjang dan debit air yang kecil. Semoga musim tanam tahun 2021 ini memberi harapan bagi para petani dan penggarap untuk hasil yang memuaskan.

Pater Dony, dalam pesan WhatsApp mengaku optimis melihat pertumbuhan dan perkembangan padi yang ada. “Sawah Kupang, musim pertama 2021 ini cukup menjanjikan,” demikian tulisnya. Semoga demikian agar “asap dapur” ketiga rumah formasi, Pra Novisiat Claret, Seminari Hati Maria dan Claretian House Kupang tetap membumbung

Menenun Narasi Hidup

Situasi virus corona mendesak semua orang untuk tinggal di rumah saja, bahkan tidak ada misa di paroki-paroki. Umat separoki Santo Antonius Maria Claret, Oenopu pun mengalami hal yang sama. Karena berbagai keterbatasan situasi umat dan keadaan paroki, kami tidak bisa mengadakan misa live streaming. Kami coba melakukan misa dengan menyediakan toa, pengeras suara dan meletakkannya di menara gereja. Hasilnya sangat efektif, banyak umat disekitar gereja paroki senang dan bisa mngikuti misa dari rumah saja.

Setelah melewati satu bulan tinggal di rumah saja, banyak orang mulai jenuh dan bahkan muncul berbagai kesulitan, banyak orang kehilangan pekerjaan yang mengakibatkan kekurangan makanan. Dalam situasi seperti ini, muncul pikiran dari kami para pastor dan beberapa anggota DPP: Bagaimana dan apa yang kita bisa buat. Banyak umat rindu untuk mengikuti perayaan Ekaristi, tetapi takut untuk berkumpul di gereja. Bahkan pasar sebagai pusat perekonomian di paroki Oenopu pun lumpuh total. Menjelang Pekan Suci, kami coba mendekati umat dengan berdoa rosario, membawa Sakramen Maha Kudus dan salib serta memberkati umat dan daun palma dari rumah ke rumah. Menjelang akhir masa Paskah kami pun melakukan hal yang sama, disertai dengan membawa Lilin Paskah dari rumah ke rumah.

Kegiatan pastoral di masa pandemi covid 19 ini, sangat mengesankan bagi saya, banyak umat yang menunggu di rumahnya masing-masing dan partisipasi dalam devosi ini. Bagi saya, inilah cara pastoral yang cocok di saat pandemi Covid 19. Tuhan mengunjungi umat-Nya, saya sebagai imam mengunjungi mereka dan berdoa bersama mereka, sebagai gembala tetap mendekati umat dan menyapa mereka secara lebih dekat. Mereka merasakan sudah lama tidak ke gereja dan merasa haus dan kosong, karena tidak merayakan Perayaan Ekaristi bersama. Disebabkan ketakutan terhadap wabah pandemi covid 19 mereka merasa dipinggirkan, yang diambang batas kekurangan (batas luar), yang terlantar, yang terlupakan, yang miskin, secara rohani. Mereka semua disebut periferi: batas luar lingkaran kehidupan normal manusia.

Selain kegiatan rohani seperti di atas, saya berusaha mencari jalan keluar menghadapi kekurangan sembilan bahan pokok (sembako) dalam keluarga. Aksi peduli Covid-19 di Paroki Santo Antonius Maria Claret Oenopu, merupakan hasil kerjasama: SMGM, CMF, SSV (Serikat Santo Vinsensius Cabang Kupang, para donatur dan umat yang mampu. Kami dapat membagikan 80 paket sembako. Kami juga membagikan pakaian yang layak pakai. Kami mendapatkan sumbangan Sembako dari berbagai pihak, baik dari umat di paroki, anggota SMGM cabang Paroki Oenopu, dari SSV, dari tokoh umat dan dari SMGM pusat. Dengan sebuah prinsip, melayani sesama dengan sepenuh hati dan total, kami meminta dan memberi kepada sesama dengan sukacita. Kami juga membuat laporan kepada penyumbang dengan cara mengirimkan foto saat membagi sembako dan menuliskan refleksi singkat. Rencana “Aksi Peduli Covid-19” ini, masih akan berkelanjutan. Saat ini kami masih mengumpulkan sembako dan menunggu seleksi penerima bantuan sembako.

Bagi saya inilah wujud nyata dari pewartaan sukacita Injil kepada kaum KMTL (Kecil, Miskin, Terpinggirkan dan Lemah). Aksi “Peduli Covid-19” merupakan bentuk pelayanan solider dengan sesama yang berkekurangan. Kebanyakkan penerima sembako adalah para lansia, janda, duda, cacat dan bahkan mereka kebanyakan tinggal di rumah sendiri (lemah dan miskin).

Sungguh, inilah semangat Gereja yang bersolider, saling melengkapi, mewartakan cinta kasih, degan perbuatan nyata. Aksi Peduli Covid 19 adalah bagian dari Gereja yang mengambil bagian dalam kecemasan dan harapan umat KMTL (kecil, miskin, tersingkir dan lemah). Melalui Aksi Peduli Covid 19 kami sudah menjadi “Jembatan Emas” yang menghubungkan antara yang berkecukupan dan mempunyai hati untuk memberi dengan orang yang menyadari kekurangannya dan mau menerima apa yang kita berikan. Bukan soal banyaknya sembako yang kami berikan dan banyaknya orang yang menerima sembako kami, tetapi kami semua mencoba menyerupai Yesus, Claret, Mgr Gabriel Manek, para Kudus, atau Bapa-Bapa Gereja yang mempunyai semangat yang sama untuk berbagai dan mau bersolider dengan sesama. Tidak semua orang yang berkelimpahan mau berbagi dan tidak semua juga orang yang berkekurangan mau menerima apa yang kita berikan, apa lagi untuk bersyukur kepada Tuhan atas rezeki yang diterimanya. Ada juga kisah bahwa kadang ada orang menolak sembako yang kami bagikan. Ada juga yang marah, curiga, iri, dan bahkan bertanya mengapa hanya mereka yang menerima dan mengapa kami tidak mendapat jatah. Masih banyak litani yang lain yang kita jumpai. Semua pengalaman itu, mengajarkan kepada saya, bahwa kalau saya mau berbuat baik dan tulus iklas melayani sesama, selalu melewati “jalan yang sesak dan pintu yang sempit”. Jika saya setia dan bertahan dalam perkara aksi peduli covid 19 ini, maka saya pasti selamat dan mengalami sukacita yang luar biasa.

Sebelum mengalami Covid-19, banyak orang yang gengsi, mempertahankan harga diri dan sangat sombong. Mereka sangat sulit untuk menerima bantuan dan meminta sesuatu kepada sesama demi sesama. Bahkan ada orang yang berkelimpahan sulit memberi kepada sesama dan ada orang miskin yang sulit menerima. Tetapi saat virus corona melanda semua pengalaman itu berubah total, dipatahkan dan kalah. Karena semuanya sama-sama mengakui dan menyadari dirinya punya kekurangan dan sangat terbatas. Selain itu, orang yang biasa memberi karena menyadari bahwa apa yang dia punya datang dari Tuhan, maka tanpa ragu-ragu dia mau memberi dan peduli dengan sesama.

Syukur kepada Allah, kami semua yang tergabung dalam Aksi Peduli Covid-19, Paroki Santo Antonius Maria Claret Oenopu, telah mnjadi “jembatan emas” bagi sesama. dan lebih bersyukur lagi karena para donatur percaya kepada si “jembatan emas,” walaupun tidak berhadapan langsung dengan mereka yang menerima bantuan sembako. Pertanyaan untuk kita semua renungkan saat ini adalah, “Bertahankah kita semua untuk tetap menjadi “jembatan emas” itu dalam pelayanan kepada sesama dengan segenap hati dan total? Mari kita renungkan dan menemukannya dalam pelayanan kita sebagai seorang Misionaris Claretian, yang menggunakan semua sarana yang mungkin untuk mencapai keselamatan. Semoga Roh Tuhan yang ada pada kita dan telah mengurapi kita, terus menjiwai, mendampingi dan bertindak bersama kita. (P. Silverius P. Homa, cmf & P. Konstantinus Lakat, cmf).

Solidaritas Oktober

Kupang, Indonesia. On October 21, 2018, in view of celebrating the Feast of St. Francis of Asisi and St. Anthony Mary Claret, the Claretian Missionaries, the Franciscan Sisters (OSF) of Semarang, and some volunteer Doctors held a joint free medical treatment and nutrition service to the people where our Missionaries serve in Panite in Timor Tengah Selatan.