Nemi, Italia, 19 Agustus 2021. Setelah Ekaristi, yang kami rayakan di pagi hari dalam bahasa Prancis, Inggris, dan Spanyol, kami menghabiskan sisa pagi itu dengan meninjau kembali materi, dengan bantuan Pater Joseba Kamiruaga, Sekretaris Jenderal dalam lima tahun terakhir, materi yang kami bahas mengenai data global Kongregasi dan statistik paling relevan tentang hidup dan misi kita. Semua kelompok menyoroti ketelitian dan kerja baik yang dilakukan dalam penyusunan laporan dan menjelaskan di ruang kapitel tentang aspek-aspek yang paling mencolok atau yang memerlukan klarifikasi lebih lanjut. Juga, kerja sama dan tanggung jawab komisi lain dalam Kapitel sudah dikonfigurasi, oleh: Pater Rosendo Urrabazo (AS-Kanada) Pater Pedro Belderrain (Santiago), Pater José Cristo Rey García Paredes (Santiago), Pater Carlos Sánchez Miranda (CESC), Pater Jude Thaddeus Langeh (Kamerun) dan Pater Michael Plamparambil (Bangalore); Komisi Ekonomi, dengan perwakilan dari setiap konferensi, yaitu Pater Josué Gonzalez Jaramillo (MICLA), Pater Daniel Onyeayana (ACLA), Pater Alberto Rossa (ASCLA East), Pater Antonio Bellella (ECLA) dan Pater Jose Thempillil (ASCLA West); Komisi Revisi Berita Acara yang dibentuk oleh Pater Antonio Bellella (Santiago), Pater Mario Gutiérrez (San José del Sur) dan P. Pedro Cabrera (Fátima), dan Komisi Urusan Lain-lain, dengan Pater Elias Jr Ayuban (Filipina), Pater Teodoro Bahillo (Santiago) dan Pater Alejandro Cerón (Mexico) mereka akan berkolaborasi. Kami berterima kasih kepada mereka atas kontribusi mereka dengan murah hati untuk kelancaran Kapitel Umum kita.
Dengan pandangan yang lebih luas dan lebih terinformasi pada situasi kami saat ini, Sidang Kapitel kami dimulai pada sore hari untuk meninjau garis besar proyek misionaris yang telah kami kembangkan. Kapitel Umum 2015 memutuskan untuk mengusulkan kepada setiap Claretian dan setiap komunitas rencana pertobatan melalui tiga proses transformasi: hari ini kita berhenti untuk mempertimbangkan yang pertama, yang mendesak kita untuk semakin intens menjadi “Misionaris yang keluar ” (Misionari Sumus 66-68). Ini bukan tantangan baru, tetapi ini adalah tantangan yang mendesak di zaman kita: dalam menghadapi sikap akomodatif dan referensi diri, Tuhan memanggil kita untuk pergi ke perbatasan/periferi-periferi. Menjadi menjadi misionaris pewarta yang unggul, maka kerasulan kita tidak menolak untuk menjangkau periferi-periferi dari segala jenis; agar benar-benar berbuah, supaya pengalaman panggilan kita tidak dapat dibatasi pada diri kita sendiri, tetapi kita harus menemani dan mendorong pengalaman orang-orang muda di sekitar kita. Sejauh mana proses transformasi ini menghasilkan kehidupan di antara kita? Apa buah kita dalam usaha besar pertama ini? Apa yang menjauhkan kita dari mimpi misioner Claret untuk semua orang, yang membakarnya dengan sepenuh hati?
Dia yang memanggil kita untuk mengambil bungkusan, dan pergi ke persimpangan jalan, lalu di pintu rumah, Dia menunggu kita dengan kelembutan-Nya ketika kita lelah dan terbebani, dan Dia mendorong kita dengan kekuatan-Nya dalam pergumulan misi. Tuhan inilah kami yang setia percaya pada Sabda-Mu. (Ringkasan Kronik Kapitel Umum XXVI oleh Frs. Floren, cs)
Nemi, Italia, 18 Agustus 2021. Hari ketiga sekaligus sesi terakhir retret Kapitel Umum XXVI dalam edisi Rabu, 18 Agustus 2021 dimulai pukul 07:30 pagi. Kapitel dibuka dengan sebuah doa pujian yang dibawakan oleh Pater Provinsial USA-CANADA.
Di sela-sela waktu permenungan para bapa kapitel akan Sabda Tuhan, terselip juga rasa syukur atas kehadiran tiga anggota Provinsi Brasil yang baru tiba di rumah kapitel, yakni di Nemi, Italia. Juga pada ibadat sore, P. Juan Carlos Bartra (Provinsial Peru-Bolivia) turut mengambil bagian setelah menjalani tiga hari masa karantina. Sebelumnya juga, P. Armando Valencia (Provinsial Kolombia- Venezuela) telah tiba dari Medellin. Dengan demikian, kehadiran mereka menambah jumlah Kapitular terkecuali, saudara-saudara kita dari India dan Sri Lanka.
Di pagi hari, para bapa kapitel dibagi ke dalam kelompok Emaus-Yerusalem dengan cita-cita menemukan Tuhan yang sedang berjalan bersama mereka sambil memecahkan roti. Peristiwa Emaus ini, mendorong para bapa kapitel untuk kembali ke komunitas sambil mewartakan kemuliaan Tuhan yang telah bangkit mulia dan membuka jalan kemuridan kita yang baru.
Benih Sabda Tuhan yang ditaburkan dalam setiap hati kita ini sarat dengan mimpi dan revolusi bagi Komunitas, Gereja dan Dunia. Artinya, kita semua dipanggil menjadi tanda nyata kasih persaudaraan Misionaris dan satu dalam misi.
Di sesi kerja sore, dibawah pimpinan Sr. Jolanta dan P. Paulson (Fasilitator), para peserta kapitel dibagi lagi ke dalam tim untuk membuat resolusi dari pengalaman spiritual tiga hari pertama yang akan menjadi titik fokus kegiatan besok. Dan sebagai penutup dari sesi ini, semua anggota kelompok berkumpul lagi dan memilih sebuah objek yang bisa mengungkapkan kerinduan hati mereka yang tidak terungkap melalui mulut.
Tanggal 19 Agustus 2021
Pada hari ketiga dan terakhir retret, Komunitas Kapitel melanjutkan jalanya kapitel yang dijiwai oleh Sr. Jolanta RMI dan P. Paulson Veliyannoor,CMF sebagai fasilitatar. Kehadiran kedua fasilitator ini membawa warna baru dalam sejarah kapitel umum kita. Selain memimpin retret mereka juga menemani jalanya kapitel dalam waktu yang berbeda. Bersama mereka pula kapitel berterima kasih kepada keempat penerjemah yakni dua dari spanyol ke Inggris P. Efren Limpo Lo (Provinsi Filipina) dan P. Anthony Igbokwe (Povinsi Santiago) dan dua dari Inggris ke Spanyol: P. Fermin Rodriguez (Provinsi Fatima) dan P. Fransico San Martin (Provinsi San Jose del Sur). Kesulitan dalam hal bahasa khususnya dalam pertanyaan-pertanyaan membantu kami untuk saling mengenal satu sama lain secara mendalam. Hal ini ditunjukkan melalui dinamika doa pada hari pertama yakni ditandai dengan pertemuan kelompok, dialog berpasangan, dan berbagi tentang apa yang kita jalani. Secara khusus melalui Ekaristi.
Trudum rohani akan segera berakhir ketujuh puluh delapan anggota kapitel membawa dalam hati kita kegembiraan dan harapan, serta kesedihan dari tiga ribuan Claretian yang tersebar di seluruh dunia. Hal ini membantu kita siap untuk membangun jalan bagi mereka yang berkehendak baik. Dengan kerendahan hati kami percaya bahwa Tuhan mamanggil kami untuk berbagi kepada semua, berbicara dengan semua, menderita dengan semua, dan melayani dengan semua, serta berjuang dengan semua. Hal ini dibangun atas keinginan Claret kepada misionarisnya agar terus membara dalam berdoa, bekerja, dan menderita hanya demi kemuliaan Allah yang lebih besar dan keselamatan umat-Nya.
Sekelompok yang dibentuk oleh beberapa Claretian yang berasal dari India, Sri Lnka, Kongo, Brasil, Peru-Bolivia, dan Kolombia-Venezuela, yang tidak sempat hadir di Roma karena pandemi telah memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam ruang kapitel, berkat informasi yang disampaikan demi tujuan dan sesuai dengan apa yang dikeluarkan oleh Taktha Suci. Kami berharap pada akhirnya mereka semua dapat bergabung bersama para bapa kapitel lainnya. (Ringkasan Kronik Kapitel Umum XXVI oleh Frs. Martin Enfein, cs)
Nemi, Italia. Kala sore menghilang dan malam menjelang; pada pertengahan perayaan pertobatan, di hari pertama retreat, dari mulut Pater Superior General – kami mendengarkan ungkapan pengampunan atas nama Kongregasi:
“Tuhan Yesus..,
Engkau menghendaki pendirian Kongregasi ini, untuk mewartakan Sabda hidup dan kasih-Mu kepada umat manusia. Engkau juga menganugerahi kami St. Antonius Maria Claret, sebagai bapa pendiri – yang memiliki kesaksian dan suri teladan akan karisma misioner sebagai Putera Hati Maria. Dia mengajarkan bahwa: satu-satunya perhatian kami adalah – bagaimana mengikuti-Mu dan meneladani-Mu dalam segala hal – dan senantiasa berjuang, hanya demi kemuliaan Allah yang besar dan keselamatan umat manusia.
Engkau juga telah menanamkan dalam karisma misioner kami, kelembutan hati seperti bunda-Mu, Perawan Maria – yang senantiasa mengalir kepada mereka yang lemah dan tak berdaya di masayarakat. Namun, kami telah gagal dalam menjaga dan melindungi mereka yang dipercayakan kepada kami, supaya tidak menjadi mangsa nafsu dari saudara-saudara kami yang jahat. Kami telah gagal menjaga hati kami untuk tetap lembut mendengarkan tangisan anak-anak belia pun yang dewasa, yang tak berdaya – dan yang hidupnya hancur oleh ulah beberapa dari antara kami yang menyalahgunakan kekuasaan dan kepercayaan sebagai murid-Mu. Kami menyadari, penyalahgunaan seperti itu, menodai kesucian sesama dan merendahkan panggilan kami sendiri, sebagai misionaris.
Sebagai Kongregasi, kami belum berbuat banyak dalam mencegah terjadinya penyalahgunaan seperti itu, karena kami terlalu menekankan privasi dan kebebasan individu; gagal menerapkan langkah-langkah ketat dalam penerimaan dan pembentukan anggota; ragu memberikan koreksi persaudaraan yang jujur; serta tidak berani mengambil tindakan tegas terhadap anggota yang bersalah.
Sebagai Kongregasi, kami mengharap ampun-Mu, Tuhan; karena gagal menjaga kepercayaan-Mu terhadap kami; karena tidak merangkul mereka yang lemah dengan kasih-Mu yang lembut. Kami mohon sentuhan-Mu yang menyembuhkan – bagi mereka yang menjadi korban pelecehan, dan juga untuk kami, komunitas kami serta Kongregasi kami. Berilah rahmat dan kekuatan supaya kami senantiasa setia pada panggilan kami sebagai misionaris. .
Engkau yang hidup dengan Bapa dan Roh Kudus, satu Allah untuk selama-lamanya. Amin.”
Mathew Vattamattam, CMF
16 Agustus, 2021.
(Ringkasan Kronik Kapitel Umum XXVI – oleh Frs. Ponsy Ladung, cs)
Nemi, Italia. Pater General dalam pidato pembukaan Kapitel, mengundang kita para Misionaris Claretian untuk berjalan bersama Yesus seperti dua murid ke Emaus. Hendaknya kita juga harus berjalan ke depan dalam Kapitel Umum XXVI ini. Lebih lanjut, Pater General menjelaskan bahwa badai pandemi global telah mengejutkan kita dan menjadi kekelaman, kecemasan dan ketidakpastian yang menghantui kita. Namun dalam perspektif iman, itu menjadi kesempatan untuk bergerak ke depan meski dalam kekelaman dan kita yakin tangan Tuhan menuntun kita. Seperti cinta seorang ayah yang menuntun anaknya menyebrangi jalan yang berbahaya.
Pater General juga menegaskan bahwa Kongregasi kita adalah pemberian Roh Kudus untuk membagi misinya melalui karisma Bapa Pendiri kita. Lebih lanjut, Pater General juga mengatakan bahwa keberadaan kita sebagai Claretian dalam Gereja hanya dalam ditemukan dalam kesetiaan kita kepada karisma dan itu merupakan pembaharuan berkelanjutan dan pembaharuan di dalam masa yang berbeda.
Enam tahun yang lalu, Tuhan meminta kita untuk memulai petualangan transformatif kita agar relevan dengan masa kita saat ini. Pater General mengundang kita untuk merenungkan kembali tiga kata kunci Paus Fransiskus : Menyembah, berjalan dan menemani. Bahwa selama 6 tahun kita memusatkan perhatian kita pada tiga proses transformasi: menjadi Kongregasi yang pergi keluar, menjadi komunitas saksi dan pembawa pesan dan menjadi pribadi yang menyembah Allah dalam Roh.
Pater General juga bersyukur kepada tiga Superior terdahulu Mgr. Jose M. Abella, cmf, Kardinar Aquilono Bocos dan P. Gustavo Alonso, cmf yang turut mewarnai perjalanan Kongregasi. Setiap Claretian merupakan pemberian berharga untuk karisma Komunitas kita. Pater General juga menyinggung peran orang tua dalam misi Kongregasi dan gereja dengan mempersembahkan kita karena cinta mereka untuk Allah dan Gereja. Pater General mengundang kita untuk membara dengan cinta dan kita boleh tinggal di dalam cinta seperti yang dilakukan oleh Yesus. Kita juga diundang untuk memperkaya Kapitel umum dengan keaktifan, partisipasi dan tanggung jawab memlalui percakapan yang jujur.
Pater General meminta agar kita membuka hati kepada Roh Kudus agar setelah Kapitel Umum, kita boleh mengalami transformasi seperti para murid yang berjalan ke Emaus. Kapitel umum XXVI merupakan sukacita dan rekonsiliasi untuk memulai petualangan kemuridan. Kapitel Umum ke-26 mengantar kita untuk masuk dalam waktu Roh, terang Tuhan dan belaskasihan Bapa.
Ada dua animator Kapitel dalam membimbing tiga hari retret yakni Sr. Jolanta Kafka, rmi dan P. Paulson Velyannoor, cmf. Pada pagi hari waktu Italia, para Bapa Kapitel merenungkan Peristiwa Rosario Gembira yang membawa kehidupan bagi misi Claretian dan mengomunikasikan dalam kelompok-kelompok kecil sukacita panggilan yang, dalam kebaikan-Nya, telah dicurahkan Tuhan kepada kita.
Sukacita yang diterima dengan tidak selayaknya dan dengan rendah hati melapangkan hati: Allah mengisinya dengan rasa syukur dan mendorong kita untuk menyembah. Pater Joseph Mbungu-Mutu, cmf, yang mengundang kami untuk kembali ke akar panggilan dan sejarah kita sebagai sumber sukacita dan keselamatan yang abadi.
Dalam sharing sore, kata kunci misteri yang menyakitkan, menuntun para bapa Kapitel berjalan berdua-dua, seperti para murid yang diutus oleh Yesus untuk mewartakan Kabar Baik melalui luka dan penderitaan mereka, dengan keyakinan bahwa “Tuhan tidak akan pernah membawa kita ke tempat di mana kita tidak dapat ditopang oleh kasih karunia-Nya,” kata P. Paulson, cmf
Para bapa kapitel menyadari bahwa setiap doa akan diangkat ke surga saat matahari terbenam melalui sakramen tobat yang tenang dan sepenuh hati, di mana kita mengakui dosa-dosa kita sebagai umat Allah di hadapan api penyucian dan berlutut di hadapan Yesus roti hidup dan anggur baru yang diberikan untuk pendamaian kita.
Pada tanggal 16 Agustus 2021 kemarin menjadi hari yang padat namun juga menyenangkan. Dan restoratif. Tuhan telah memberikan kasih yang besar kepada kita, seperti selalu Ia berikan kepada Claret, semua orang yang mendekati-Nya dengan hati yang tulus.
Pada malam hari, masing-masing menarik diri dalam kesunyian sambil berdoa “Di sinilah kami, Tuhan, untuk melakukan kehendak-Mu” (Ringkasan Kronik Kapitel Umum XXVI – oleh Frs. Jondri Siki, cs)
Nemi, Italia. Para Bapa Kapitel melakukan misa Hari Raya Maria Diangkat ke Surga. Misa dipimpin oleh Pater General, Mathew Vattamattam, CMF dalam bahasa Inggris dan dalam beberapa kesempatan ia menggunakan bahasa Spanyol. Kotbah oleh Prefek Spiritual kita Pater Gonzalo Fernandez, CMFdalam bahasa Spanyol dan diujung kotbahnya ia menggunakan Bahasa Inggris.
Dalam kata pengantar misa, pater jendral mengajak kita untuk membuka diri pada karunia Roh Kudus yang akan menaungi hati kita terutama peserta kapitel. Pada hari raya Maria diangkat ke surga, kita memulai suatu tahap baru untuk melihat kekayaan sejarah kongregasi kita. Kala itu, penyelenggaraan ilahi berkarya atas bapa pendiri kita dalam memilih hati Maria untuk memulai karya besarnya. Sekarang, pada Hari Raya Maria diangkat ke surga ini, ketujuh puluh delapan Misionaris menyatukan hati dari berbagai belahan dunia untuk memulai Kapitel Umum XXVI.
Karisma kita mendorong kita untuk menciptakan kemballi pengalaman Maria yang dipenuhi dengan rahmat Roh Kudus. Kita pada kesempatan ini kita mempercayakan hidup dan misi kita dengan cara diperbaharui oleh Roh Kudus juga. Untuk itu kita membuka diri pada harapan untuk berakar pada panggilan Tuhan serta berani bermisi ditengah dunia saat ini terlebih khusus dalam menghadapi situasi Covid-19.
Kita tidak sendirian. Kita berjalan bersama Kristus. Kita berjalan bersama Maria. Kita berjalan bersama Pater Claret dan kita berjalan bersama keluarga Claretian.
Semoga kita senantiasa terbuka hati seperti Para Rasul yang membuka hati untuk bermisi dan berani mengambil resiko dalam mewartakan Injil. Harapan besar kedepannya ialah semoga jala kita mencapai semua lautan dan semoga kaki kita menjangkau semua jalan-jalan kehidupan ini.
Pater Gonzalo berkotbah menggunakan bahasa Spanyol. Kurang lebih ia berbicara tentang bacaan pertama dari Kitab Wahyu tentang perempuan dan naga. Dimana perempuan dalam kitab Wahyu itu yang sedang menghadapi situasi atau tantangan dan ia berhasil keluar dari yang dihadapinya. Perempuan itu bagaikan kita yang akan melihat kemudian mengeksplorasi tantangan dan situasi di saat ini sekaligus melihat harapan-harapan di dalamnya sembari mempercayakan arah langkah kita pada penyelenggaraan Ilahi. Di akhir kotbahnya ia mengatakan semoga Kapitel Umum ini membantu kita untuk selalu percaya bahwa tiada yang mustahil bagi Allah.
Pada kesempatan misa kali ini juga dihadiri oleh P. Alberto Rosa, CMF yang pada saat itu merayakan 50 tahun imamatnya. Ia adalah misionaris dari Argentina yang berkarya di Delegasi East Asia dan menangani percetakan kita di East Asia. Ia diberikan kesempatan untuk menyampaikan satu dua kata sebelum berkat penutup.
Dalam live streaming di Youtube ada begitu banyak misionaris kita yang turut berdoa dan mengikuti perayaan Ekaristi pembukaan Kapitel ini. Disamping itu juga ada komentar yang berkaitan dengan hal-hal teknis seperti suara yang sering hilang muncul sehingga membuat orang yang mengikuti live streaming kurang menangkap apa yang dibicarakan. (Ringkasan Kronik Kapitel Umum XXVI – oleh Frs. Domi Gultom, cs)
Oleh P. Yohanes DS. Jeramu, cmf (Superior & Formator CH Kupang)
Pengantar: Detak Nadi Sang Misionaris
Darah dan gairah sebagai misionaris adalah sesuatu yang inheren dalam detak nadi hidup dan karya Pater Claret. Sejak menjadi Pastor rekan dan ekonom selama 4 tahun berkarya di Paroki St. Maria Sallent, dia sungguh menyadari bahwa dirinya tidak cukup hanya menjadi seorang imam projo, yang hanya melayani di satu paroki saja. Dia merasa terpanggil untuk melayani melampaui territorial Cataluña, menjadi misionaris universal. Detak nadi misionernya menggerakan dia untuk tidak merasa nyaman dan puas dengan hanya memimpin misa dan melayani sakramen; Claret menyadari bahwa Allah memanggil dan mengutusnya untuk menjadi pewarta Sabda yang meretas batas-batas parokial, membawa sukacita Injil kepada semua orang dan segala bangsa, khususnya pertobatan bagi para pendosa, pembebasan bagi mereka yang tertindas dan kabar baik bagi mereka yang sakit dan miskin (cf. Aut. 110, 111).
Dalam penjelasan tentang perumpamaan talenta, sebagaimana Claret kisahkan dalam Avisos a un sacerdote (apendiks no. 12), ia menunjukan perbedaan antara seorang misionaris dan seorang pastor paroki. Keduanya telah menerima talenta imamat, pastor paroki menerima satu talenta tambahan, yaitu paroki, sementara seorang misionaris telah menerima empat talenta lain, yakni seluruh dunia. Dalam satu surat kepada seorang calon misionaris yang tergoda untuk menjadi seorang canonis ia menulis: “Perlu diingatkan bahwa menjadi seorang misionaris itu lebih dari seorang pastor paroki, lebih dari seorang canonis, lebih dari… Bahaya-bahaya yang ada dalam dua status ini lebih besar dan hasilnya kurang dibandingkan dengan status sebagai misionaris” (Epistolario, surat 886).
Pasion misionarisnya ini berbasiskan pada kecintaanya yang luarbiasa akan Sabda Allah. Bisikan profetis nabi Yesaya dan Yeremia menginspirasi dan mendorongnya untuk menjadi corong Sabda Allah (Aut. 113-120). Claret merasa terpanggil untuk meneladani dan menyerupai Yesus yang mewartakan Sabda Allah dari satu tempat ke tempat yang lain. Mosen Claret menyadari bahwa “kegalauan teologis” akan pengalaman mistiknya ketika masih berumur 5 tahun: selamanya, selamanya, selamanya…penderitaan abadi itu hanya bisa terjawab secara ekslusif melalui pewartaan Sabda; hanya kehangatan dan ketajaman Sabda Allah yang mampu menobatkan dan menyelamatkan manusia dari ancaman derita kekal. Kesadaran soteriologis inilah yang membuat Claret tidak pernah merasa lelah untuk berkotbah dan menobatkan begitu banyak orang. Detak nadi misionaris dan pasión akan Sabda Allah inilah yang menyakinkan pater Claret pada September 1839 meninggalkan spanyol dan pergi ke Roma untuk menyerahkan diri pada Propaganda Fide agar bisa diutus menjadi misionaris ke seluruh penjuru dunia.
Misionaris Apostolik: Identitas Panggilan dan Misi Claret
Pada bulan Juli 1841 Claret menerima gelar “Misionaris Apostolik” dari Tahta Suci. Sebuah gelar yang mengindikasi bahwa seseorang menerima previllage atau hak istimewa secara yuridis yang mengizinkannya untuk berkotbah di mana saja, tanpa terikat pada satu paroki atau keuskupan tertentu. Bagi Claret, gelar ini bukan hanya sebatas suatu kehormatan ataupun sesuatu yang yuridis, melainkan sebuah gelar yang mengkonfirmasi semangat dan gairah misioner yang sudah terpatri dalam dirinya sejak lama. “Misonaris Apostolik” merupakan gambaran yang lebih otentik dan mendalam berkaitan dengan personalitas Pater Claret. Gelar “Misionaris Apostolik” mengekspresikan definisi dirinya yang esensil (Cf. MCT 56). Seluruh dinamika hidup panggilan dan misi Pater Claret senantiasa dijiwai oleh roh misionaris apostolik tersebut. Hidup, panggilan dan misi Claret selalu berdimensi apostolik.
Claret memahami kata “Misionaris” sebagai karya evangelisasi, mewartakan Sabda Allah, sebagaimana dihidupi oleh para nabi, sembari mengesampingkan struktur-birokrasi pastoral dan sacramental. Baginya, kata misionaris berkaitan erat dengan Pribadi Kristus: Yang Diurap dan Diutus; Yesus Kristus adalah “Cabeza de los misioneros” (Kepala dari para misionaris). Kesadaran kristologis inilah yang terus menggerakan Claret untuk menyerupai Kristus, menyatukan dirinya dengan-Nya, mengikuti dan menderita bersama-Nya demi pewartaan Sabda Allah. Claret merasa terpanggil untuk menyerupai seutuhnya Yesus yang mewartakan Kabar Baik, berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain, dan bahkan berpuncak pada pengorbanan di Salib. Singkatnya, Claret bertekad menyerupai kemisionarisan Yesus sendiri.
Demikianpun, Claret menginterpretasi kata “Apostolik” berkaitan dengan corak hidup dan misi Para Rasul. Mereka terpanggil hidup secara dekat dengan Yesus, dan mereka diutus untuk mewartakan Injil sampai ke ujung dunia. Claret juga memahami kata apostolik sebagai corak hidup yang berpusatkan pada kemiskinan, dan kesiapsediaan untuk diutus kemana saja dalam spirit itinerant yang konstan, serta hidup dalam komunitas dan persaudaraan demi pelayanan akan pewartaan Injil.
Karakter-Karakter Misionaris Apostolik Claret
Totalitas hidup dan karya Pater Claret seutuhnya berfondasikan pada identitasnya sebagai “Misionaris Yesus Kristus” seturut gaya dan corak hidup Para Rasul. Kita dapat menyebutkan beberapa karakter fundamental Misionaris Apostolik Claret:
Pertama, Pasion-Gairah. Pater Claret mendefinisikan “pasion” sebagai kasih yang bernyala-nyala (cf. Aut.381). Dia mengutip kata-kata St. Agustinus: “kasih dikenal melalui pasion. Siapa yg tdk memiliki pasion berarti tak memiliki kasih“. Claret memahami Kasih itu sebagai “ser activo y sufrir” (menjadi aktif dan menderita):memasuki pekerjaan-pekerjaan, berkorban dan menderita demi kemulian Tuhan dan kebaikan sesama (cf. Aut. 382).Bagi Claret, seorang misionaris harus memiliki “gairah apostolik“ dan terdorong selalu oleh kasih Kristus (Caritas Christi Urget Nos). Namun, sebagaimana diyakini Claret, Pasion itu bukanlah produksi dari usaha dan jasa manusia, melainkan sebuah anugerah dari Roh Kudus. Maka, seorang Misionaris Apostolik itu diurapi dan diutus oleh Roh Kudus (Aut.118). Keterbukaan terhadap daya Roh Kudus menjadikan seorang misionaris mencintai dan berpasion-gairah akan pewartaan Sabda Allah.
Kedua, Diutus. Claret memahami semangat misionernya dgn kata-kata: “spiritus Domini super me et evangelizare pauperibus misit me Dominus (Aut. 118; Lk. 4:16-) – Roh Tuhan ada padaku, untuk mewartakan Kabar Baik kepada orang-orang miskin. Claret meghayati pengurapan dan perutusan oleh Roh Kudus untuk mewartakan kabar gembira kepada orang miskin. Dalam seluruh karya misinya, Claret selalu bersedia untuk diutus kemana saja (Aut. 156,161). Dimensi perutusan ini senantiasa dibingkai oleh sikap taat dan setia selalu pada perutusan uskup (Aut. 195), bukan demi “keinginan pribadinya” (Aut.194, 196); Claret senantiasa mengutamakan “perkara-perkara Gereja” (Aut.734, 735). Pater Claret sungguh menyadari bahwa Ketaatan akan perutusan menjadikan kerasulan kita akan menghasilkan buah (Aut. 192).
Ketiga, Kesaksian. Bagi Claret, seorang misionaris apostolik hendaknya menghayati gaya hidup yang sungguh apostolik dan injili. Seorang misionaris adalah tanda dan saksi akan Kerajaan Allah dan Injil Kristus. Demikian digarisbawahi oleh Claret dalam autobiografinya: “Dengan meneladani Kristus, seorang misionaris harus membuat dan mempraktekan lebih dahulu, barulah mengajar” (Aut. 340). Hal ini selaras dengan pernyataan Dokumen Kapitel Mision Claretian Today: “Kesaksian hidup adalah sarana istimewa bagi evangelisasi. Evangelisasi tanpa kesaksian hidup yang benar maka karya pewartaan kita mustahil bisa dipercayai” (MCT 152).
Keempat, Kerasulan lingkar luar-periferi. Dalam seluruh hidup dan pelayanannya, Claret selalu menunjukan kedekatan,cinta dan kepedulian terhadap mereka yang miskin. Dia merasa dipanggil dan diutus untuk mewartakan Injil dan berpihak terhadap orang-orang kecil dan miskin. Sikap option for the poor bukanlah sebatas pada rasa iba atau belaskasihan, melainkan secara nyata dan total bersolider dan berpihak terhadap orang-orang kecil dan miskin yang dijumpainya dalam ziarah misionernya. Dalam Autbiografinya kita dapat menemukan beberapa contoh kongkrit tindakan bela rasa dan solidaritas Claret terhadap mereka, misalnya: dia merelakan jatah makan siang diberikan kepada seorang janda yang anaknya kelaparan; dia tidak merasa sungkan menerima ajakan seorang pengemis untuk makan bareng sepiring buncis bersama-sama; dia tidak pernah merasa lelah mengunjungi orang sakit baik siang maupun malam; Claret selalu membela keadilan dan martabat kaum negro serta menyediakan lapangan kerja selama menjadi Uskup di Kuba; selama dia menjadi Bapa Pengakuan Ratu dia tidak mau tinggal di dalam kenyamanan dan kemewahan istana, tetapi meminta tinggal di luar istana supaya dapat melayani orang-orang kecil dan miskin…. Masih banyak contoh kongkrit lainnya yang menunjukan betapa besar solidaritas dan keberpihakan Claret terhadap mereka yang kecil dan miskin.
Kelima, Komunitas “Sarang Lebah”. “….rumah kami seperti sarang lebah, yang satu keluar yang lain masuk menurut ketentuan yang saya berikan kepada mereka, dan mereka semua selalu sangat gembira dan bahagia. Maka orang-orang di luar heran akan apa yang mereka lihat, dan memuji Allah” (Aut. 608). Bagi Claret, keteraturan hidup dan persaudaraan dalam komunitas menjadi tanda kesaksian yang efektif dan kekuatan evangelisasi. Hidup persaudaraan komunitas selain menjadi kekuatan demi kesuksesan dalam bermisi, juga saksi nyata akan Kabar Baik dan sukacita Injil bagi sesama. Kasih, keramahtamaan, solidaritas, communio, sehati sejiwa dalam hidup bersama akan menjadikan komunitas kita “sarang lebah”, yang menghasilkan madu sukacita bagi orang-orang di sekitar kita.
Catatan Ahkir
Kongregasi kita telah mencanangkan bulan Oktober 2019 sebagai “Bulan Misi Extraordinary-Luar Biasa”. Sebagai Misionaris Claretian, kita dipanggil untuk belajar dan menyerupai spirit Misionaris Apostolik St. Antonius Maria Claret. Di tengah arus gelombang perubahan zaman now, kita dituntut untuk tetap teguh dan setia pada kharima misioner yang telah diwariskan oleh Bapa Pendiri kita. Kita semua diminta untuk tidak melupakan identitas kita di tengah dunia dan Gereja, yakni sebagai Misionaris-pewarta Sabda Allah. Misionaris adalah ADN kita sebagai Claretian. Missionarii sumus…Somos Misioneros…We are Missionaries…KITA ADALAH MISIONARIS.
Bibliografi:
Jose Maria Viñas dan Jesus Bermejo, San Antonio Maria Claret, Autobiografia, Editoral Claretiana, Barcelona, 2018.
Emilio Vicente Mateu, San Antonio María Claret, Misionero Apostólico, Publicaciones Claretiana, Madrid, 2017.