Kita disebut Putra-Putra Hati Tak Bernoda Maria, karena kita dikandugnya dan mewarisi jiwa keibuannya yang hangat. Itu menjadi alasan logo ini menempatkan Maria yang sedang mengandung pada sentralnya. Yang dikandungnya ada ikon CMF, itu adalah kita yang dikandungnya (kita dibentuk dalam dirinya). Maria tidak hanya mengandung Kongregasi (kita), tetapi Maria selalu memandang Kongregasi hingga di usia yang saat ini.
Bola bumi yang ada di kepala Bunda Maria menggantikan halo, menggambarkan kita semua yang selalu ada dalam ingatan Bunda Maria, dan karena ia Ratu Surga dan Bumi. Dan dari situ ada hulu dari kelima warna melengkung (pelangi), ini adalah dinamika hidup dan juga tersirat 5 benua yang terarah ke Salib (terarah pada Kristus), serta gambaran pluralitas keanggotaan kita (diri kita yang berbeda-beda dalam kesatuan persaudaraan Kongregasi Claretian).
Pada bagian hilir lengkungan warna-warni disambut dengan Salib. Salib unik dan penuh misteri. Salib yang ujungnya ada jari-jari, gambaran spirit Salib yang hendaknya juga ada di jari jemari kita sebagai misionaris Dia yang pernah bergantung di sana. Salib Kristus menekankan dimensi kemartiran kita. Lalu warna hitam pada Salib menyiratkan sesuatu yang bisa membuat kita berpikir positif dengan gelapnya warna hitam.
Hitam adalah warna yang pas di hampir semua desain. Ia membuat warna lain lebih menonjol. Hitam adalah warna yang tersembunyi, misterius dan tidak diketahui. Warna ini menciptakan rasa misteri dan menjaga segala sesuatunya pada dirinya sendiri, tersembunyi dari seluruh dunia. Salib dengan warna hitam menjadikan kita, yang diwakili warna pelangi itu, lebih menonjol atau lebih berarti. Pada saat yang sama Misteri Salib Kristus (warna hitam) tetap menjadi misteri bagi kita. Menarik kita untuk terus menyelidiki Dia.
Terakhir ada gambaran waktu dan nama tempat. Tentang Waktu (tanggal) itu berkaitan dengan hari jadi dan perkembangannya. Menariknya adalah di samping tahun 2021 ada nama Komunitas (Wisma Skolastikat Claretian Yogyakarta), itu menjadi gambaran tentang perkembangan, serta momen kelahiran baru. Angka 172 adalah usia kita yang baru, CMF adalah kita semua. Akhirnya bersama dengan tema perayaan kita, “Beriman dan Beramin – 172”, logo ini hendaknya memberi warna dan mendorong refleksi kita semakin dalam.
Wisma Skolastikat Claretian Yogyakarta. Every cloud has silver lining; setiap gumpalan awan memiliki pendar cahaya. Demikian pepatah klasik Inggris yang mengisyaratkan bahwa tak ada yang abadi dari sebuah tragedi, selalu ada akhir. Keterasingan dari wabah Covid-19 yang membuat semua terasa mencekam mesti dibungkam. Siapa dan kapan? Claret yang selalu memiliki api cinta kasih telah memberikan kita waktu. Tanggal 16 Juli merupakan momen kongreagasi yang tanpa rasa takut untuk siap mewartakan kabar sukacita. Momen ini pun tidak disia-siakan oleh penerus darah Claret.
Dalam suasana mencekam ini, Para misionaris muda Claretian Yogyakarta mewarnainya dengan kisah-kasih dalam suasana persaudaraan. Salah satunya ialah dengan menyelenggarakan mini tournament menyongsong Hari Ulang Tahun Kongregasi ke-172 sekaligus pembaruan kaul dari ke-23 frater yang akan membarui kaul-kaul kebiaraan mereka pada 16 Juli mendatang. Jenis-jenis tournament dibagi dalam dua bagian yakni indoor dan outdoor. Kegiatan-kegiatan indoor meliputi pertandingan tenis meja, biliar karambol, catur dan juga ular tangga. Sedangkan outdoor meliputi pertandingan futsal, voly dan badminton. Semua anggota komunitas terlibat aktif dalam kegiatan ini.
Kegiatan ini dipayungi tema sederhana, “Beriman dan ‘Ber’-Amin.” Kedua kata ini mewakili suasana batin dan harapan dari setiap anggota komunitas dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang sampai saat ini masih terus menyebar. Atau kalau boleh dikatakan bahwa pandemi Covid-19 ini membawa kita pada sebuah situasi yang tidak baik-baik saja. Walaupun demikian, resiliensi iman hendaknya tetap terawat agar tetap awet.
Hal ini mengindikasikan bahwa ketersituasian kita di tengah pandemi ini menimbulkan daya bagi keberlangsungan hidup komunitas. Daya yang timbul dari kenyataan “patologis” virus corona ini, tidak hanya memberi efek bagi personalitas individu tetapi juga berdimensi komunal. Dalam komunalitas itulah, daya itu semakin membara dan mengkristal. Dimensi tersebutlah yang sebetulnya hendak didramatisasi melalui kegiatan tersebut di atas. Dan lebih dari itu, kegiatan ini sesungguhnya adalah “orkestrasi sederhana” yang hendak mengingatkan kita bahwa di balik setiap negativitas masih terselubung harapan. Namun sekali lagi harapan itu selalu dikokohkan dengan iman. Agar iman dan harapan itu dapat diamini. (Rofinus Hadu, cmf)
Seminari Hati Maria – Kupang. Iman tidak hanya diungkapkan dan dirayakan dalam perayaan-perayaan liturgis, tetapi juga harus berbuah nyata dalam tindakan-tindakan karitatif konkret. Demikian kurang lebih bacaan sudut pandang lain dari tema Aksi Puasa Pembangunan (APP) 2021, “Semakin Beriman, Semakin Solider.”
Dalam ikhtiar mewujudkan cita-cita APP 2021 tersebut, Komunitas Seminar Hati Maria Kupang menggagas kegiatan untuk menjawab panggilan Gereja lokal untuk menjadi semakin beriman dan semakin solider dengan sesama di tengah hempasan badai Covid-19 yang belum mengujung ini. Adapun kegiatan untuk memberi makna kemuridan formatif selama masa Prapaskah ini adalah, katekese virtual melalui zoom untuk tiga kategori berbeda: Sekami/Misdinar pada tanggal 13 Maret 2021; Orang Muda Katolik pada tanggal 20 Maret 2021 dan kategori Orang Dewasa pada tanggal 27 Maret 2021. Kegiatan katekese ini ditutup dengan aksi solidaritas berbagi dengan beberapa keluarga yang sangat membutuhkan di tengah hempasan badai pandemi pada Sabtu, 27 Maret 2021.
Keluarga-keluarga yang mendapat bantuan sembako murah dari Komunitas Seminari Hati Maria dalam kegiatan APP tahun ini adalah keluarga-keluarga yang paling membutuhkan di tiga tempat kerasulan para frater Claretian: Kapela Manuat ada dua keluarga, Kapela Poplae ada dua keluarga dan Kapela Noeltes ada tujuh keluarga. Pada Sabtu, 27 Maret 2021 setelah makan siang, para frater yang sebelum pandemi merebak berkerasulan di kapela-kapela tersebut berangkat untuk membagikan kado Prapaskah sederhana ini ke keluarga-keluarga tersebut. Jauhnya jarak tempuh ke salah satu kapela tersebut karena harus berjalan kaki dan menyusuri sungai, tidak menyurutkan semangat misionaris muda ini untuk berbagi. Fr. Paskalis Tiwu, cmf, sebagai Ketua Umum para Frater SHM mengaku bangga dan senang bisa menjadi rekan seperjalanan dengan saudara-saudara yang paling membutuhkan di tengah badai coronavirus ini. Semoga akhirnya ungkapan iman dan wujud iman, hidup dan menyatu dalam diri setiap murid Kristus.
Pra Novisiat Claret Kupang, INDONESIA. Para toper dari Delegasi Independen Indonesia-Timor Leste baru saja menyelesaikan masa TOP mereka untuk tahun ajaran 2019/2020. Masa TOP yang dimulai pada 19 Juli 2019 telah berakhir pada 9 Juni 2020 lalu.
Pertemuan itu berlangsung selama lima hari, yakni 16-20 Juni 2020, bertempat di Komunitas Pra Novisiat Claret, Matani, Kupang. Para toper berkumpul untuk mengadakan evaluasi akhir masa TOP sembari merajut kembali narasi-narasi masa TOP untuk menjadi satu kisah yang hidup.
Ada 9 TOP-er yang hadir pada kesempatan itu, antara lain, Fr. Makarius Sungga, CMF (Paroki St. Antonius Maria Claret Salele); Fr. Patris Urbat, CMF (Paroki Hati Tak Bernoda Maria Fohorem); Fr. Martinus Dhey, CMF (Paroki Sta. Maria Fatima Nurobo); Fr. Mario Fredrikus Cole Putra, CMF (Novisiat Claretian Benlutu); Fr. Kristoforus Lahur, CMF (Paroki Sta. Theresia Kanak-kanak Yesus Panite); Fr. Anggalius Yoseph Usfal (Pra Novisiat Claret Kupang); Fr. Yulianus Nai Kiik (Seminari Menengah Pius XII Kisol); Fr. Robertus Darvino Karno, CMF (Paroki St. Hubertus Sok); dan Fr. Edvan Andreas Ruu (Komunitas Claretian House, Catalina dan Karya Sosial Atmabrata, Cilincing, Jakarta Utara).
Pertemuan ini didampingi oleh P. Yohanes Dari Salib Jeramu, CMF dan P. Yoseph Ferdinandus Melo, CMF. Evaluasi dibuka dengan rekoleksi sehari yang dibawakan oleh P. John Jeramu, CMF. Pada kesempatan itu, P. John mengajak para TOP-er untuk melihat kembali diri para TOP-er masing-masing sambil merefleksikan dan mendeteksi virus-virus spiritual yang sering membelenggu kehidupan spiritual seorang misionaris.
Tidak berhenti sampai di situ. P. John lalu menawarkan anti virus yang sekiranya bisa menangkal virus-virus tersebut. Beberapa di antaranya adalah discernment, kebajikan-kebajikan P. Claret sebagaimana dituangkan dalam Autobiografinya, dan berpikir secara holistic setiap kejadian yang ada.
Adapun juga P. John mengajak para TOP-er untuk merefleksikan kehidupan panggilan misionaris mereka sambil melihat kisah hidup P. Claret. Pengalaman Patris Mei P. Claret senantiasa berada dalam kuasa Penyelenggaraan Ilahi. Keterhindaran P. Claret dari bahaya-bahaya merupakan buah kasih Allah yang selalu menaungi P. Claret.
Setelah rekoleksi, para TOP-er diminta untuk menarasikan kisah-kisah yang mereka alami selama menjalani masa tahun orientasi pastoral di tempat TOP masing-masing. Kisah-kisah seputar kehidupan berkomunitas, misi, kerasulan, dan pastoral menjadi tema yang amat menonjol. Terutama di tengah ancaman pandemi covid-19 menjadi tantangan tersendiri bagi para TOP-er untuk berdinamika bersama komunitas dan umat setempat. Karena covid-19 muncul dalam masa TOP, para TOP-er angkatan 2019-2020 mendapat julukan “TOP-er Angkatan Corona”.
Kesempatan evaluasi ini juga diisi dengan sharing dari P. Yohanes Maria Vianey Lusi Emi, CMF. P. Vian mengajak para TOP-er untuk sadar akan situasi sekarang ini, yang mana ada kemunculan spirit baru dalam membicarakan kebenaran. Dunia hari ini mengklaim kebenaran secara berbeda. Kebenaran tidak lagi menjadi milik satu dua pihak yang berkuasa, namun semua orang memiliki kebenarannya sendiri-sendiri. Tiap orang adalah produsen kebenaran. Dunia memperlihatkan bahwa masing-masing orang memiliki narasi-narasinya sendiri, dan menganggap narasinya itu adalah benar. Credo ini muncul dari pengalaman masing-masing orang. Dunia manusia hari ini adalah locus baru dari revelasi.
Selain itu, para TOP-er diajak untuk hidup menurut semangat para nabi. Para nabi memiliki kemampuan melihat situasi secara beyond. Mereka diberkahi rahmat kebijaksanaan yang bisa mengubah kebekuan situasi agar menjadi semakin fleksibel. Rahmat kebijaksanaan itu melahirkan alternative-alternatif untuk membuka gerbang ketertutupan sekaligus menyajikan jalan keluar dan mengumandangkan apa itu hidup. Karena kebijaksanaan memiliki sifat yang tentram, imajinatif, berdaya cipta, mengubah yang tidak mungkin menjadi mungkin, yang sulit menjadi mudah. (Mario F. Cole Putra, CMF)
Benlutu-Soe-TTS-Indonesia. Dalam sukacita Hari Raya Tritunggal Mahakudus, Komunitas Novisiat Claretian Benlutu bersama kelompok solidaritas Benlutu (Paroki, OMK/AMC, Panitia Paska, dan Romo Paroki) berderma untuk masyarakat Benlutu baik yang Katolik maupun non-Katolik dengan membagi setengah ton beras. Kita memberi dari kekurangan, semoga Tuhan melengkapinya dalam kelimpahan berkat dan kasih-Nya. Dari Nunuh Amasat kami ucapkan Selamat Hari Raya Tritunggal Mahakudus untuk kita semua. (Dkn. Ag. H. Weruin, cmf)
Benlutu-Soe-TTS-Indonesia. Dalam rangka menutup Pekan Laudato Si’ Komunitas Novisiat Claretian Benlutu mengadakan acara menanam pohon. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada Minggu (24/5), bertempat di Sumber Mata Air Mamar. Aksi nyata tersebut berangkat dari kesadaran anggota komunitas untuk menjaga kelestarian alam bumi Benlutu. Terlebih untuk menjaga debit air Mamar agar tidak berkurang bila berhadapan dengan perubahan iklim yang tidak menentu ini.
Untuk itu, diselenggarakanlah gerakan reboisasi agar mata air Mamar tetap lestari. Mamar merupakan sumber mata air yang mampu menghidupi beberapa desa di sekitaran Benlutu. Desa-desa tersebut, yakni Benlutu, Lalib, Hane, Fatumetan, Panmolo, Boentuka, bahkan air tersebut bisa menghidupi masyarakat desa Oebobo.
Pohon yang ditanam pada kegiatan tersebut adalah Pohon Mahoni dan Pohon Kelapa. Setiap anggota komunitas diberi satu pohon Mahoni untuk ditanam di sumber air mata Mamar. Sedangkan pohon kelapa ditanam oleh beberapa orang anggota komunitas, sebab jumlah pohon tidak sebanyak jumlah anggota komunitas.
Fr. Adrian Berek, salah seorang anggota komunitas, mengaku bahagia dengan kegiatan ini. Dia mengharapkan agar kegiatan ini dapat menyadarkan semua manusia untuk menjaga dan melindungi bumi. “Saya menaruh harapan agar nanti semua pohon yang kami tanam ini bisa bertumbuh dan berkembang dan menjaga sumber mata air ini”, harapnya. “Ada juga harapan terselubung agar semua orang meniru kegiatan ini. Manusia jangan menjadi makhluk eksploitasi, tetapi manusia mesti menjadi makhluk pemelihara alam. Ini tanah kita, ini ibu kita”, lanjutnya.
Selain menanam pohon, Komunitas Novosiat Benlutu juga mengadakan pembersihan wilayah Mamar. Sebagai sumber mata air, Mamar tidak luput dari sampah plastik yang berserakan. Sampah-sampah tersebut merupakan kotoran-kotoran plastik deterjen dan sabun mandi.
Kegiatan nyata ini sekaligus menjadi cara Komunitas Novisiat Claretian Benlutu memperingati Tahun Claret yang dirayakan setiap tanggal 24 dalam bulan di tahun 2020. (Mario F. Cole Putra, CMF)