Tanjung Kait, Jakarta. Pada Minggu 27 Oktober 2019, komunitas para Misionaris Claretian (para imam, diakon dan frater CMF) yang berdomisili di Cluster Catalina-Gading Serpong, bekerjasama dengan paguyuban Flobamora Paroki St. Laurensius Alam Sutera, mengunjungi dan merayakan Ekaristi bersama umat katolik di Kapela St. Mikael Tanjung Kait—Paroki St. Gregorius Kota Bumi Keuskupan Agung Jakarta. Kunjungan ini merupakan puncak perayaan mengenang 149 tahun wafatnya Pendiri Kongregasi Para Misionaris Claretian, St. Antonius Maria Claret (yang sebenarnya terjadi pada 24 Oktober) sekaligus penutupan bulan misi Claretian dan syukuran tahbisan diakon dari Dkn. Metodius Manek, CMF dan Dkn. Yeremias Nardin, CMF. Ketiga tema perayaan ini dirangkum dalam tema utama panggilan hidup seorang Kristiani, “Dibabtis dan Diutus”. Tema ini dipilih untuk menyadarkan kembali bahwa di dalam diri setiap orang yang dibabtis selalu terdapat misi, yakni diutus untuk menjadi saksi dan pembawa pesan sukacita Injil.
Rm. Yohanes Krisostomus Jaya Jawa, CMF, selaku pimpinan komunitas Claretian Catalina-Gading Serpong dan Selebran dalam perayaan syukur ini, mengatakan bahwa kunjungan ini merupakan cara sederhana tetapi sangat mendasar bagaimana memahami misi zaman sekarang. Bermisi tidak lain menurut Rm. Kris, adalah berbagi dari kemurahan hati. Dalam renungannya dia menegaskan, “Bermisi dalam arti yang mudah adalah saling mengunjungi dan berbagi sukacita iman agar saling meneguhkan dan bertekun dalam panggilan hidup sebagai pengikut Kristus”. Tindakan ini harus muncul dari kelimpahahan hati (ex abundantia cordis), yaitu hati yang meluap-luap dengan kebaikan dan hati yang mendesak seseorang berbagi kebaikan kepada sesama, terutama mereka yang berada pada tapal batas kehidupan dan kemanusiaan. “Sebagai orang-orang yang telah dibabtis, kita semua diutus untuk berbagi kasih dan kebaikan dari kelimpahan hati kita masing-masing. Dengan cara itulah kita semua menjadi misionaris, yakni saksi-saksi dan pembawa pesan sukacita Injil di manapun kita berada”, demikian pesan misionaris yang lama berkarya di Timor Leste ini.
Kunjungan ini sangat berkesan bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya. Bpk. Agus, ketua Kapela St. Mikael Tanjung Kait, sangat antusias dengan kehadiran para Claretian dan paguyuban Flobara ini. “Kami sangat senang karena dikunjungi seperti ini. Besar harapan kami, kunjungan ini akan terus berlanjut di masa mendatang”. Selain itu, ibu Grace Njo, ketua paguyuban Flobamora Paroki Alam Sutera, juga mengungkapkan kegembiraan dan rasa syukur atas partisipasi paguyuban yang dipimpinnya dalam kunjungan ini. “Sebagai paguyuban, kami sangat senang bisa berpartisipasi dalam kegiatan seperti ini. Semoga kegiatan hari ini membakar semangat pelayanan kita semua sesuai dengan panggilan hidup kita masing-masing, dan kerjasama dengan para Claretian kiranya dapat berlanjut dalam kegiatan-kegiatan selanjutnya”.
Semoga sukacita iman dalam kunjungan ini berkanjang dan menjadi kekuatan untuk menghadapi tantangan hidup sehari-hari. (Dkn. Yeremias Nardin, CMF – CH Catalina, Gading Serpong – Jakarta)
Seminari Hati Maria, Kupang – Indonesia. Delegasi Independent Indonesia-Timor Leste sedang berbahagia. Sabtu, 19 Oktober 2019, enam frater Claretian bersama dua frater Kongregasi Hati Kudus Yesus dan Hati Tak Bernoda Maria, dan satu frater Keuskupan Agung Kupang menyerahkan diri untuk ditahbiskan menjadi diakon.
Adapun tema yang diangkat adalah “Dipanggil Menjadi Saksi dan Pewarta Sukacita Injil.” Tema tersebut diangkat bertautan tugas seorang diakon sebagai pelayan Sabda Allah.
Perayaan Ekaristi tahbisan diakon dan Pemberkatan Aula Claret, yang dibangun atas bantuan dari Keuskupan Koln (Jerman) dan Dewan Jendral CMF (Roma) ini dipimpin langsung oleh Bapa Uskup Keuskupan Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang. Dalam pesannya kepada para diakon, Bapa Uskup meminta kepada para diakon agar menjalankan tugas mereka sebagai pewarta Sabda. Untuk itu, para diakon dinasihati untuk selalu menyiapkan diri dengan baik sebelum mewartakan Sabda Tuhan, termasuk menyiapkan renungan dalam bentuk tulisan. “Kotbah harus dipersiapkan dalam bentuk tulisan. Tulis, tulis!”, tandas Uskup asal Manado ini.
Bapa Uskup tidak memungkiri akan adanya karya Roh Kudus ketika berkotbah. Namun, bagi Bapa Uskup, seorang pewarta janganlah memaksa Roh Kudus bekerja ketika seorang hendak berkotbah tanpa mempersiapkan diri dengan baik saat mewartakan Sabda Tuhan.
Para frater yang ditahbiskan menjadi diakon adalah Fr. Metodius Manek, CMF; Fr Yeremias Nardin, CMF; Fr. Agustinus Harun Weruin, CMF; Fr. Robertus Payong Pati, CMF; Fr. Apolinaris Vinsensius Tarut, CMF; Fr. Patrisius Weka Bakior, CMF. Dua orang frater dari Kongregasi Hati Kudus Yesus dan Hati Tak Bernoda Maria: Fr. Bernardus Uskono, MSSCC dan Fr. Marsianus Maximus Leu, MSSCC dan satu orang frater dari Keuskupan Agung Kupang: Fr. Bernardus Robertus Ujan.
Profisiat untuk para diakon yang ditahbiskan. Jadilah pelayan Sabda Allah yang handal. Para diakon dipanggil menjadi saksi dan pewarta sukacita Injil (Mario F. Cole Putra, CMF – TOP-er Novisiat Claret Benlutu)
Mandala, Medan, Indonesia. Kunjungan Kanonik merupakan kunjungan persaudaraan dari pemimpin kepada seluruh anggotanya. Kunjungan ini tentunya memiliki makna untuk merajut tali persaudaraan antara satu dengan yang lainnya. Selain itu, pemimpin juga dapat mengetahui karya dan pelayanan yang dilakukan oleh semua anggota komunitas di tempat misi masing-masing. Pada umumnya kunjungan ini dilakukan untuk mengetahui situasi dan kondisi anggota komunitas, kepemimpinan, hidup komunitas, spiritualitas, kerasulan dan juga ekonomi. Dalam kerangka berpikir inilah maka Dewan Delegasi Indonesia Timor Leste mengadakan kunjungan ke setiap regio, yakni Regio Timor Leste, Regio Indonesia Timur dan Regio Indonesia Barat.
Dalam kunjungan ke Regio Indonesia Barat diwakili oleh Dewan Delegasi Indonesia Timor-Leste yaitu P. Emanuel Lelo Talok, CMF. Kunjungan kanonik ini mencakup komunitas misi dan juga komunitas formasi. Kunjungan Kanonik di Regio Indonesia Barat dimulai tanggal 3-5 Juli 2019 di Komunitas Mandala, 5-7 Juli di Tanjung Balai, 7-9 di Siantar, 9-10 Tomok. Di sela-sela kunjungan ke wilayah Sumatera, P. Emanuel, CMF juga sempat mengunjungi bakal komunitas yang baru yakni Komunitas Binjai. Selain itu juga beliau bertemu dengan Uskup Agung Medan serta menghadiri pelantikan P. Romaldus Nairun, CMF sebagai Vikaris Episcopalis Religiosa. Tanggal 12-14 P. Emanuel melanjutkan perjalanan ke komunitas Palurejo Kalimantan. Kunjungan Kanonik ke komunitas Jogjakarta dilanjutkan tanggal 15-20 Agustus 2019, dan tanggal 20-22 Agustus di Komunitas Catalina Jakarta, dan diakhiri dengan kegiatan mini asembli tanggal 23-25 di Jakarta.
Dalam kunjungan kanonik di Regio Indonesia Timor Barat, ada kesan umum yaitu setiap anggota komunitas begitu antusias menyambut kedatangan dewan delegasi. P. Emanuel, CMF menilai bahwa selama dalam kunjungan tersebut ada rasa persaudaraan yang begitu tinggi dan sangat membahagiakan. Selain itu, dalam dialog bersama dengan setiap anggota, dirasakan ada keterbukaan dan penyampaiannya dilakukan dengan penuh kebebasan.
Kunjungan kanonik ini akhirnya ditutup dengan kegiatan mini asembli di Jakarta. Mini assembly ini dilaksanakan untuk melihat kembali seluruh proses selama kunjungan kanonik di Regio Indonesia Barat. Selain itu, mini asembli ini adalah langkah persiapan bagi asembli umum yang akan diadakan tahun 2020. (P. Fredy Y.M. Lana, cmf)
Yogyakarta, Indonesia. Project Management Training for Claretian Independent Delegation of Indonesia-Timor Leste was conducted by the General Mission Procurator, Fr. Lord Winner, CMF at OMI Retreat Centre, Yogyakarta, Indonesia from 27th to 30th of August 2019. The participants of the training were 18 priests, 9 students of Theology and one Sister from the Religious of Mary Immaculate Congregation (Claretian Sisters).
Fr. Francesco Jose Baeza Roca, CMF (Econome and Mission Procurator of the Delegation) on behalf of the Major Superior of the delegation inaugurated the training inviting the participants to work towards self-sufficiency of the delegation through pastoral and social projects. Fr. Lord Winner, CMF explained the objectives of the training as to arrive at a clear understanding about project methodology used by the Congregation and to start preparing project proposals for the needs of the mission.
The training focused on various components of projects, study of the formats of Mission and the General Mission Procure, organizational structure needed to implement projects and how projects need to be designed using the sustainable development goals ( SDGs). The steps needed to be taken by the missionaries to move from charity-based approach to rights-based approach were also explained using the theme ‘not only leading people to Heaven but making Heaven on Earth’. The Trainer dealt in length on the functioning of the Mission Procure and the criteria used by the Congregation for managing projects.
The staff of Caritas Germany working in Indonesia were also invited to share about their project planning process which enlightened the participants with concrete examples. Using the funding guide published by Mission Project Service (USA), the participants made a prospect search to enlist the possible funding agencies for a project proposal they prepared during the training.
The Evaluation done at the end of the Training revealed an increase in confidence among the participants to engage in projects. Many also expressed the need to continuously increase their knowledge and skills so that each community can prepare proposals in consultation with the people and send to the Mission Procure. The participants returned with the promise of sending one or more projects for the next project cycle of the General Procure, whose deadline falls on 31st January 2020. (Reported by: Fr. Paul Madoni, CMF)
Claretian House, Kupang. Formation is a lifelong process. It rises from the very beginning of one’s life within the womb of a mother and ends up to the tomb. It is a long as well as endless journey in one’s life. No one could claim that formation is a single process in one’s life. It takes an entire life.
Responding as well as growing into this process, the Decennium Program of Indonesia – Timor Leste Independent Delegation takes place. Reflecting on the general theme, “Towards a Transformative Missionaries,” the program attempts to bring all the participants to immerse in a profound transformative experience within these ten days program. This year this program is organized in three different regions: Timor Leste Region on May 5-14, 2019; West Indonesia Region on June 1-10, 2019 and East Indonesia Region on June 26 to July 5, 2019. At least 44 young missionaries in these three regions under ten years of their priesthood or perpetual profession for brothers participate in this spiritual-academic renewal.
Councils of the Delegation, under the Prefect of Formation of the Delegation, Fr. Nikolaus Ilan, cmf and the Prefect of Spirituality of the Delegation, Fr. Emanuel L. Talok, cmf, organize this program in a spiritual-academic atmosphere where some Claretian Missionaries among the groups are requested to give input aside from the key note speakers Fr. Jovito do Rego de Jesus for Timor Leste Region and West Indonesia Region and Fr. Oktovianus Naif for East Indonesia Region. All the participants are grateful with this endless transformative process and return to their mission fields, bringing with them big dreams and project of self-renewal.
Malang, Indonesia. Moving on the trifold path of
transformation with the whole Congregation as well as Delegation, the
Claretian Missionaries of Independent Delegation of Indonesia – Timor
Leste held their annual retreat at the St. Mary Magdalene Postel Retreat
House in Malang, East Java.
Reflecting on the main theme, “Being a solider Missionary,”
the participants were divided into three groups with three different
retreat masters. The first group started from November 3 – 10, 2018 and
was guided by Fr. Valens Agino, CMF, who recently finished his doctorate
in Salamanca, Spain. The second group had their turn on November 11 –
17, 2018 with their retreat master, Fr. Yustinus, CM and the last group
on November 18 – 24, 2018 guided by Fr. Sad Budianto, CM.
All the missionaries from the different mission fields of both the two countries under the Organism thank the Delegation for making this renewal program possible. It was a great opportunity for each of the members of the Delegation to immerse once again in this project of transformation both in personal level and at the same time within the Delegation and Congregational level. Eventually, life is an endless path of renewal and transformation and within this trajectory we are called to live a culture of solidarity.