Rumah Retret Claret – Benlutu, TTS. Membarui diri dan mengambil komitmen baru dalam hidup adalah bagian dari ziarah kemuridan yang tidak bisa ditampik. Demikian kurang lebih asa yang teranyam dalam diri sebagian Misionaris Claretian yang tergabung dalam kelompok Retret-Assembly NTT 1 yang meliputi beberapa utusan anggota komunitas Claretian di wilayah Timor Barat dan Flores, saat membuka retret-assembly pada Senin, 11 Oktober 2021 di Rumah Retret Claret, Benlutu, TTS. Retret-assembly ini dipandu oleh P. Valens Agino, cmf (Superior Delegatus) dan P. Eugenius Paul Madoni, cmf (Ekonom-Consultor).
Retret-Assembly Tahunan Para Misionaris Claretian Indonesia-Timor Leste kali ini mengambil tema dari Exortasi Kapitel Umum XXVI, “Querida Congregacion: Be Rooted in Christ and Audacious in Mission.” Para peserta dibagi ke dalam enam kelompok menurut wilayah misi masing-masing: NTT 1 & 2 yang meliputi wilayah Timor Barat dan Flores, wilayah Sumatra, wilayah Jawa, wilayah Kalimantan & Sulawesi dan wilayah Timor Leste. Pembagian kelompok dan wilayah seperti ini selain karena pertimbangan pembatasan demi memutuskan rantai penyebaran pandemi Covid-19 dan juga cakupan wilayah Indonesia dan Timor Leste yang begitu luas, tetapi juga ada pertimbangan yang lebih mendalam, agar dinamika retret-assembly bisa diinternalisasi baik sebagai pribadi maupun dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil.
Dalam sapaan pembuka, P. Valens mengatakan bahwa, “retret-assembly ini menjadi momentum untuk mendengar dan berdisermen bersama narasi dan buah-buah Kapitel Umum XXVI dengan panggilannya untuk berakar dalam Kristus dan berani keluar untuk bermisi.” Selain itu retret-assembly ini juga menjadi ruang untuk menenun impian bersama dalam membangun tekad dan komitmen untuk mewujudkan panggilan dan gerakan Roh Kudus melalui Kapitel Umum XXVI untuk konteks misi Claretian di Indonesia dan Timor Leste.
Menggunakan tiga pendekatan mutakir: synodal, narrative and appreciative seperti model pendekatan Kapitel Umum XXVI – Nemi, 15 Agustus – 11 September 2021 kemarin, P. Valens dan P. Dony menghantar para partisipan untuk menyelam masuk dalam teks tetapi juga konteks Indonesia-Timor Leste. Retret-Assembly ini juga menjadi momentum untuk menemukan (to discover), mengimpikan (to dream), merancang (to design) dan berkomitmen (commitment), menjalankan panggilan Gereja dan Kongregasi untuk berakar pada Kristus dan berani keluar untuk bermisi dalam konteks Delegasi Indonesia-Timor Leste. Kelompok-kelompok lain sedang menanti untuk masuk dalam tenunan narasi ini: discovery-dream-design-commitment. Semoga anyaman kisah Nunuh Amasat membuka ruang untuk terus bermimpi dan mewujudkan impian itu dalam panggilan hidup sehari-hari. Selamat merangkai cerita untuk kelompok selanjutnya!
Selamat Ulang Tahun Tahbisan Imam kepada para misionaris kita: P. Pankratius R. Kandelu, cmf (2003), P. Emanuel L. Talok, cmf (2003), P. Yohanes M. Vianey Lusi Emi, cmf (2003), P. Titus G. Tae, cmf (2003), P. Petrus Taneo, cmf (2003), P. Yohanes Benjito Bareto, cmf (2013), P. Dionisius P. A. Nandut, cmf (2013). Berkat Tuhan melimpah dalam tugas dan pelayanan sehari-hari. Congratulations!
Tentang hidup, ada banyak petuah dan kebijaksanaan yang bisa diurai ke dalam kisah hidup. Soren Kierkegaard, dalam suatu babak hidupnya pernah berujar demikian, “Life can only be understood by looking back; but it must be lived by looking forward.” (Hidup hanya bisa dimengerti dengan melihat ke belakang; tetapi ia harus dihidupi dengan menatap ke depan). Hidup adalah satu anyaman kisah, entah pendek pun pula panjang, yang aku kisahkan kepada yang lain. Dalam setiap tenunan kisah itu aku belajar bagaimana mengartikan hidup dan bagaimana membuat hidup lebih berarti. Selamat Ulang Tahun.
Seminari Hati Maria Kupang, Indonesia. “Kata Hati” tak pernah habis diurai. Makna hati tak pernah mampu dimuat tuntas memenuhi takaran dan ukuran kata untuk mengulasnya. Hati, bahkan melampui uraian dan untaian kata yang mencoba membahasakannya. Lantaran hati itu bilik terdalam dan terpribadi yang imun dari sekadar menebak, apalagi semata-mata berhenti di titik mencurigai. Hati memang begitu dalam, pun pula luas. Bahkan hati itu keseluruhan pribadi itu sendiri.
Hari ini, 20 Juni 2020 adalah hari yang istimewa untuk para Misionaris Claretian sedunia. Hari para Claretian merayakan “hati Ibu” yang mengadung, melahirkan dan membentuknya menjadi misionaris. Pater General dalam pesannya pada pesta hari ini mengatakan, “Dua Pesta, Hati Kudus Yesus dan Hati Tak Bernoda Maria, mengundang kita untuk merawat hati kita dan menjaganya berpijak di dalam kasih Allah ketika kita berlayar menghadapi aneka badai kehidupan.” Kebeningan dan keheningan Hati Maria tentu tak pernah terpisah dari Hati Terkudus Putra-nya. “Tidak ada hati lain yang mengetahui dan merenungkan misteri inkarnasi yang begitu dekat dan mendalam seperti Maria. Menjadi putera-putera Hatinya bukanlah gelar institusional belaka bagi kita. Itu adalah identitas kita, spiritualitas kita, dan cara kita menjadi saksi sukacita Injil,” demikian lanjut Pater General.
Perayaan Ekaristi merayakan pesta ini dan pelantikan ke-15 Frater menjadi Lektor dan Akolit dipimpin oleh P. Yohanes M.Vianey Lusi Emi, cmf, Superior Delegatus CMF Indonesia-Timor Leste. Dalam homilinya, P. Vianey mengajak semua yang hadir dalam perayaan ini untuk belajar dari Bunda Maria yang memiliki “kata hati” yang dalam sebagai pendengar dan pelaksana Sabda. Maria juga adalah model kebijaksaan profetik yang memiliki mata dan hati mistik untuk melihat bahwa dalam kehancuran dan ke-amburadul-an hidup ada keutuhan ilahi dalam rencana hidupnya.
Hadir juga dalam perayaan ini anggota Komunitas teologat Claretian House, Pra Novisiat Claret, para frater yang baru menyelesaikan program Tahun Orientasi Pastoral, karyawan/karyawati ketiga komunitas. Acara sambung “kata hati” ini dilanjutkan dengan ramah-tamah kekeluargaan di Halte SHM. Sukacita ini dibuka dengan peniupan lilin ulang tahun Komunitas Seminari Hati Maria yang ke-17 tahun yang dipandu oleh P. Valentinus Laga Ola, cmf. Selamat Pesta Hati Maria, proficiat untuk kelima belas frater yang dilantik menjadi lektor dan akolit dan selamat ulang tahun untuk Komunitas Seminari Hati Maria Kupang. Hiduplah dalam Spiritualitas Hati sebagaimana mimpi formatif tenunan narasi komunitas ini.
Kelima belas frater CMF Komunitas SHM Kupang yang dilantik menjadi Lektor & Akolit
Kupang, Indonesia. The yearly Delegation Assembly of the Claretian Indonesia Timor Leste 2019 started with a recollection given by the Archbishop of Kupang, Msgr Petrus Turang, who led the missionaries into the reflection on “The Humble Servants: called by God to walk, accompany and to adore.” The reflection centered on the experience of God as a source of transformation in order to serve others and creation. The transformation will clearly result in fidelity and zeal guided by the constitution and by the Charism of the congregation and under the light of the signs of the times. Similar to what the Bishop said, Fr. Yohanes Maria Vianey Lusi Emi, CMF (Delegate Superior) in his opening reflection paved an inward journey to meet the essence of our missionary call.
It was followed by the reports of the commissions: Prefect of Apostolate (Fr Frederikus Jampur, CMF): it underlines the understanding of mission as sending (MS 57). Mission endeavors so that God may be known, loved, served and glorified. The mission employs social media in the service of the Word.
Commission of Youth Apostolate and Promotion of Vocation (Fr. Yohanes Darisalib Jeramu, CMF and team): it highlighted moments of encounter with the young people. This commission presented its program as going forth encountering the youth in the human level and leading them to encounter Jesus as a source of transformation. The commission also realized many challenges both internal and external such as lacked of teamwork and experience. There is a real need to work closely with the missionaries in the parishes.
Report of the Econome (Fr Francisco JB. Baeza, CMF): the main highlight of the report is the imbalance between income and expenses. There is a wide gap between the income and expenses. The members of the delegation were encouraged share more their resources to augment the income under the religious value of sharing of goods in solidarity.
Prefect of Formation (Fr. Nikolaus Ilan, CMF): many challenges and solutions were presented in order to facilitate a transformative formation. Prefect of Spirituality (Fr. Emanuel Lelo Talok, CMF): the prefecture strived to promote programs to keep the zeal of the missionaries burning through spiritual exercises and group study or updates.