Tentang hidup, ada banyak petuah dan kebijaksanaan yang bisa diurai ke dalam kisah hidup. Soren Kierkegaard, dalam suatu babak hidupnya pernah berujar demikian, “Life can only be understood by looking back; but it must be lived by looking forward.” (Hidup hanya bisa dimengerti dengan melihat ke belakang; tetapi ia harus dihidupi dengan menatap ke depan). Hidup adalah satu anyaman kisah, entah pendek pun pula panjang, yang aku kisahkan kepada yang lain. Dalam setiap tenunan kisah itu aku belajar bagaimana mengartikan hidup dan bagaimana membuat hidup lebih berarti. Selamat Ulang Tahun.
Seminari Hati Maria Kupang, Indonesia. “Kata Hati” tak pernah habis diurai. Makna hati tak pernah mampu dimuat tuntas memenuhi takaran dan ukuran kata untuk mengulasnya. Hati, bahkan melampui uraian dan untaian kata yang mencoba membahasakannya. Lantaran hati itu bilik terdalam dan terpribadi yang imun dari sekadar menebak, apalagi semata-mata berhenti di titik mencurigai. Hati memang begitu dalam, pun pula luas. Bahkan hati itu keseluruhan pribadi itu sendiri.
Hari ini, 20 Juni 2020 adalah hari yang istimewa untuk para Misionaris Claretian sedunia. Hari para Claretian merayakan “hati Ibu” yang mengadung, melahirkan dan membentuknya menjadi misionaris. Pater General dalam pesannya pada pesta hari ini mengatakan, “Dua Pesta, Hati Kudus Yesus dan Hati Tak Bernoda Maria, mengundang kita untuk merawat hati kita dan menjaganya berpijak di dalam kasih Allah ketika kita berlayar menghadapi aneka badai kehidupan.” Kebeningan dan keheningan Hati Maria tentu tak pernah terpisah dari Hati Terkudus Putra-nya. “Tidak ada hati lain yang mengetahui dan merenungkan misteri inkarnasi yang begitu dekat dan mendalam seperti Maria. Menjadi putera-putera Hatinya bukanlah gelar institusional belaka bagi kita. Itu adalah identitas kita, spiritualitas kita, dan cara kita menjadi saksi sukacita Injil,” demikian lanjut Pater General.
Perayaan Ekaristi merayakan pesta ini dan pelantikan ke-15 Frater menjadi Lektor dan Akolit dipimpin oleh P. Yohanes M.Vianey Lusi Emi, cmf, Superior Delegatus CMF Indonesia-Timor Leste. Dalam homilinya, P. Vianey mengajak semua yang hadir dalam perayaan ini untuk belajar dari Bunda Maria yang memiliki “kata hati” yang dalam sebagai pendengar dan pelaksana Sabda. Maria juga adalah model kebijaksaan profetik yang memiliki mata dan hati mistik untuk melihat bahwa dalam kehancuran dan ke-amburadul-an hidup ada keutuhan ilahi dalam rencana hidupnya.
Hadir juga dalam perayaan ini anggota Komunitas teologat Claretian House, Pra Novisiat Claret, para frater yang baru menyelesaikan program Tahun Orientasi Pastoral, karyawan/karyawati ketiga komunitas. Acara sambung “kata hati” ini dilanjutkan dengan ramah-tamah kekeluargaan di Halte SHM. Sukacita ini dibuka dengan peniupan lilin ulang tahun Komunitas Seminari Hati Maria yang ke-17 tahun yang dipandu oleh P. Valentinus Laga Ola, cmf. Selamat Pesta Hati Maria, proficiat untuk kelima belas frater yang dilantik menjadi lektor dan akolit dan selamat ulang tahun untuk Komunitas Seminari Hati Maria Kupang. Hiduplah dalam Spiritualitas Hati sebagaimana mimpi formatif tenunan narasi komunitas ini.
Kelima belas frater CMF Komunitas SHM Kupang yang dilantik menjadi Lektor & Akolit
Kupang, Indonesia. The yearly Delegation Assembly of the Claretian Indonesia Timor Leste 2019 started with a recollection given by the Archbishop of Kupang, Msgr Petrus Turang, who led the missionaries into the reflection on “The Humble Servants: called by God to walk, accompany and to adore.” The reflection centered on the experience of God as a source of transformation in order to serve others and creation. The transformation will clearly result in fidelity and zeal guided by the constitution and by the Charism of the congregation and under the light of the signs of the times. Similar to what the Bishop said, Fr. Yohanes Maria Vianey Lusi Emi, CMF (Delegate Superior) in his opening reflection paved an inward journey to meet the essence of our missionary call.
It was followed by the reports of the commissions: Prefect of Apostolate (Fr Frederikus Jampur, CMF): it underlines the understanding of mission as sending (MS 57). Mission endeavors so that God may be known, loved, served and glorified. The mission employs social media in the service of the Word.
Commission of Youth Apostolate and Promotion of Vocation (Fr. Yohanes Darisalib Jeramu, CMF and team): it highlighted moments of encounter with the young people. This commission presented its program as going forth encountering the youth in the human level and leading them to encounter Jesus as a source of transformation. The commission also realized many challenges both internal and external such as lacked of teamwork and experience. There is a real need to work closely with the missionaries in the parishes.
Report of the Econome (Fr Francisco JB. Baeza, CMF): the main highlight of the report is the imbalance between income and expenses. There is a wide gap between the income and expenses. The members of the delegation were encouraged share more their resources to augment the income under the religious value of sharing of goods in solidarity.
Prefect of Formation (Fr. Nikolaus Ilan, CMF): many challenges and solutions were presented in order to facilitate a transformative formation. Prefect of Spirituality (Fr. Emanuel Lelo Talok, CMF): the prefecture strived to promote programs to keep the zeal of the missionaries burning through spiritual exercises and group study or updates.
Tanjung Kait, Jakarta. Pada Minggu 27 Oktober 2019, komunitas para Misionaris Claretian (para imam, diakon dan frater CMF) yang berdomisili di Cluster Catalina-Gading Serpong, bekerjasama dengan paguyuban Flobamora Paroki St. Laurensius Alam Sutera, mengunjungi dan merayakan Ekaristi bersama umat katolik di Kapela St. Mikael Tanjung Kait—Paroki St. Gregorius Kota Bumi Keuskupan Agung Jakarta. Kunjungan ini merupakan puncak perayaan mengenang 149 tahun wafatnya Pendiri Kongregasi Para Misionaris Claretian, St. Antonius Maria Claret (yang sebenarnya terjadi pada 24 Oktober) sekaligus penutupan bulan misi Claretian dan syukuran tahbisan diakon dari Dkn. Metodius Manek, CMF dan Dkn. Yeremias Nardin, CMF. Ketiga tema perayaan ini dirangkum dalam tema utama panggilan hidup seorang Kristiani, “Dibabtis dan Diutus”. Tema ini dipilih untuk menyadarkan kembali bahwa di dalam diri setiap orang yang dibabtis selalu terdapat misi, yakni diutus untuk menjadi saksi dan pembawa pesan sukacita Injil.
Rm. Yohanes Krisostomus Jaya Jawa, CMF, selaku pimpinan komunitas Claretian Catalina-Gading Serpong dan Selebran dalam perayaan syukur ini, mengatakan bahwa kunjungan ini merupakan cara sederhana tetapi sangat mendasar bagaimana memahami misi zaman sekarang. Bermisi tidak lain menurut Rm. Kris, adalah berbagi dari kemurahan hati. Dalam renungannya dia menegaskan, “Bermisi dalam arti yang mudah adalah saling mengunjungi dan berbagi sukacita iman agar saling meneguhkan dan bertekun dalam panggilan hidup sebagai pengikut Kristus”. Tindakan ini harus muncul dari kelimpahahan hati (ex abundantia cordis), yaitu hati yang meluap-luap dengan kebaikan dan hati yang mendesak seseorang berbagi kebaikan kepada sesama, terutama mereka yang berada pada tapal batas kehidupan dan kemanusiaan. “Sebagai orang-orang yang telah dibabtis, kita semua diutus untuk berbagi kasih dan kebaikan dari kelimpahan hati kita masing-masing. Dengan cara itulah kita semua menjadi misionaris, yakni saksi-saksi dan pembawa pesan sukacita Injil di manapun kita berada”, demikian pesan misionaris yang lama berkarya di Timor Leste ini.
Kunjungan ini sangat berkesan bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya. Bpk. Agus, ketua Kapela St. Mikael Tanjung Kait, sangat antusias dengan kehadiran para Claretian dan paguyuban Flobara ini. “Kami sangat senang karena dikunjungi seperti ini. Besar harapan kami, kunjungan ini akan terus berlanjut di masa mendatang”. Selain itu, ibu Grace Njo, ketua paguyuban Flobamora Paroki Alam Sutera, juga mengungkapkan kegembiraan dan rasa syukur atas partisipasi paguyuban yang dipimpinnya dalam kunjungan ini. “Sebagai paguyuban, kami sangat senang bisa berpartisipasi dalam kegiatan seperti ini. Semoga kegiatan hari ini membakar semangat pelayanan kita semua sesuai dengan panggilan hidup kita masing-masing, dan kerjasama dengan para Claretian kiranya dapat berlanjut dalam kegiatan-kegiatan selanjutnya”.
Semoga sukacita iman dalam kunjungan ini berkanjang dan menjadi kekuatan untuk menghadapi tantangan hidup sehari-hari. (Dkn. Yeremias Nardin, CMF – CH Catalina, Gading Serpong – Jakarta)
Seminari Hati Maria, Kupang – Indonesia. Delegasi Independent Indonesia-Timor Leste sedang berbahagia. Sabtu, 19 Oktober 2019, enam frater Claretian bersama dua frater Kongregasi Hati Kudus Yesus dan Hati Tak Bernoda Maria, dan satu frater Keuskupan Agung Kupang menyerahkan diri untuk ditahbiskan menjadi diakon.
Adapun tema yang diangkat adalah “Dipanggil Menjadi Saksi dan Pewarta Sukacita Injil.” Tema tersebut diangkat bertautan tugas seorang diakon sebagai pelayan Sabda Allah.
Perayaan Ekaristi tahbisan diakon dan Pemberkatan Aula Claret, yang dibangun atas bantuan dari Keuskupan Koln (Jerman) dan Dewan Jendral CMF (Roma) ini dipimpin langsung oleh Bapa Uskup Keuskupan Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang. Dalam pesannya kepada para diakon, Bapa Uskup meminta kepada para diakon agar menjalankan tugas mereka sebagai pewarta Sabda. Untuk itu, para diakon dinasihati untuk selalu menyiapkan diri dengan baik sebelum mewartakan Sabda Tuhan, termasuk menyiapkan renungan dalam bentuk tulisan. “Kotbah harus dipersiapkan dalam bentuk tulisan. Tulis, tulis!”, tandas Uskup asal Manado ini.
Bapa Uskup tidak memungkiri akan adanya karya Roh Kudus ketika berkotbah. Namun, bagi Bapa Uskup, seorang pewarta janganlah memaksa Roh Kudus bekerja ketika seorang hendak berkotbah tanpa mempersiapkan diri dengan baik saat mewartakan Sabda Tuhan.
Para frater yang ditahbiskan menjadi diakon adalah Fr. Metodius Manek, CMF; Fr Yeremias Nardin, CMF; Fr. Agustinus Harun Weruin, CMF; Fr. Robertus Payong Pati, CMF; Fr. Apolinaris Vinsensius Tarut, CMF; Fr. Patrisius Weka Bakior, CMF. Dua orang frater dari Kongregasi Hati Kudus Yesus dan Hati Tak Bernoda Maria: Fr. Bernardus Uskono, MSSCC dan Fr. Marsianus Maximus Leu, MSSCC dan satu orang frater dari Keuskupan Agung Kupang: Fr. Bernardus Robertus Ujan.
Profisiat untuk para diakon yang ditahbiskan. Jadilah pelayan Sabda Allah yang handal. Para diakon dipanggil menjadi saksi dan pewarta sukacita Injil (Mario F. Cole Putra, CMF – TOP-er Novisiat Claret Benlutu)