Selamat Ulang Tahun Tahbisan Imam kepada para misionaris kita: P. Pankratius R. Kandelu, cmf (2003), P. Emanuel L. Talok, cmf (2003), P. Yohanes M. Vianey Lusi Emi, cmf (2003), P. Titus G. Tae, cmf (2003), P. Petrus Taneo, cmf (2003), P. Yohanes Benjito Bareto, cmf (2013), P. Dionisius P. A. Nandut, cmf (2013). Berkat Tuhan melimpah dalam tugas dan pelayanan sehari-hari. Congratulations!
Situasi virus corona mendesak semua orang untuk tinggal di rumah saja, bahkan tidak ada misa di paroki-paroki. Umat separoki Santo Antonius Maria Claret, Oenopu pun mengalami hal yang sama. Karena berbagai keterbatasan situasi umat dan keadaan paroki, kami tidak bisa mengadakan misa live streaming. Kami coba melakukan misa dengan menyediakan toa, pengeras suara dan meletakkannya di menara gereja. Hasilnya sangat efektif, banyak umat disekitar gereja paroki senang dan bisa mngikuti misa dari rumah saja.
Setelah melewati satu bulan tinggal di rumah saja, banyak orang mulai jenuh dan bahkan muncul berbagai kesulitan, banyak orang kehilangan pekerjaan yang mengakibatkan kekurangan makanan. Dalam situasi seperti ini, muncul pikiran dari kami para pastor dan beberapa anggota DPP: Bagaimana dan apa yang kita bisa buat. Banyak umat rindu untuk mengikuti perayaan Ekaristi, tetapi takut untuk berkumpul di gereja. Bahkan pasar sebagai pusat perekonomian di paroki Oenopu pun lumpuh total. Menjelang Pekan Suci, kami coba mendekati umat dengan berdoa rosario, membawa Sakramen Maha Kudus dan salib serta memberkati umat dan daun palma dari rumah ke rumah. Menjelang akhir masa Paskah kami pun melakukan hal yang sama, disertai dengan membawa Lilin Paskah dari rumah ke rumah.
Kegiatan pastoral di masa pandemi covid 19 ini, sangat mengesankan bagi saya, banyak umat yang menunggu di rumahnya masing-masing dan partisipasi dalam devosi ini. Bagi saya, inilah cara pastoral yang cocok di saat pandemi Covid 19. Tuhan mengunjungi umat-Nya, saya sebagai imam mengunjungi mereka dan berdoa bersama mereka, sebagai gembala tetap mendekati umat dan menyapa mereka secara lebih dekat. Mereka merasakan sudah lama tidak ke gereja dan merasa haus dan kosong, karena tidak merayakan Perayaan Ekaristi bersama. Disebabkan ketakutan terhadap wabah pandemi covid 19 mereka merasa dipinggirkan, yang diambang batas kekurangan (batas luar), yang terlantar, yang terlupakan, yang miskin, secara rohani. Mereka semua disebut periferi: batas luar lingkaran kehidupan normal manusia.
Selain kegiatan rohani seperti di atas, saya berusaha mencari jalan keluar menghadapi kekurangan sembilan bahan pokok (sembako) dalam keluarga. Aksi peduli Covid-19 di Paroki Santo Antonius Maria Claret Oenopu, merupakan hasil kerjasama: SMGM, CMF, SSV (Serikat Santo Vinsensius Cabang Kupang, para donatur dan umat yang mampu. Kami dapat membagikan 80 paket sembako. Kami juga membagikan pakaian yang layak pakai. Kami mendapatkan sumbangan Sembako dari berbagai pihak, baik dari umat di paroki, anggota SMGM cabang Paroki Oenopu, dari SSV, dari tokoh umat dan dari SMGM pusat. Dengan sebuah prinsip, melayani sesama dengan sepenuh hati dan total, kami meminta dan memberi kepada sesama dengan sukacita. Kami juga membuat laporan kepada penyumbang dengan cara mengirimkan foto saat membagi sembako dan menuliskan refleksi singkat. Rencana “Aksi Peduli Covid-19” ini, masih akan berkelanjutan. Saat ini kami masih mengumpulkan sembako dan menunggu seleksi penerima bantuan sembako.
Bagi saya inilah wujud nyata dari pewartaan sukacita Injil kepada kaum KMTL (Kecil, Miskin, Terpinggirkan dan Lemah). Aksi “Peduli Covid-19” merupakan bentuk pelayanan solider dengan sesama yang berkekurangan. Kebanyakkan penerima sembako adalah para lansia, janda, duda, cacat dan bahkan mereka kebanyakan tinggal di rumah sendiri (lemah dan miskin).
Sungguh, inilah semangat Gereja yang bersolider, saling melengkapi, mewartakan cinta kasih, degan perbuatan nyata. Aksi Peduli Covid 19 adalah bagian dari Gereja yang mengambil bagian dalam kecemasan dan harapan umat KMTL (kecil, miskin, tersingkir dan lemah). Melalui Aksi Peduli Covid 19 kami sudah menjadi “Jembatan Emas” yang menghubungkan antara yang berkecukupan dan mempunyai hati untuk memberi dengan orang yang menyadari kekurangannya dan mau menerima apa yang kita berikan. Bukan soal banyaknya sembako yang kami berikan dan banyaknya orang yang menerima sembako kami, tetapi kami semua mencoba menyerupai Yesus, Claret, Mgr Gabriel Manek, para Kudus, atau Bapa-Bapa Gereja yang mempunyai semangat yang sama untuk berbagai dan mau bersolider dengan sesama. Tidak semua orang yang berkelimpahan mau berbagi dan tidak semua juga orang yang berkekurangan mau menerima apa yang kita berikan, apa lagi untuk bersyukur kepada Tuhan atas rezeki yang diterimanya. Ada juga kisah bahwa kadang ada orang menolak sembako yang kami bagikan. Ada juga yang marah, curiga, iri, dan bahkan bertanya mengapa hanya mereka yang menerima dan mengapa kami tidak mendapat jatah. Masih banyak litani yang lain yang kita jumpai. Semua pengalaman itu, mengajarkan kepada saya, bahwa kalau saya mau berbuat baik dan tulus iklas melayani sesama, selalu melewati “jalan yang sesak dan pintu yang sempit”. Jika saya setia dan bertahan dalam perkara aksi peduli covid 19 ini, maka saya pasti selamat dan mengalami sukacita yang luar biasa.
Sebelum mengalami Covid-19, banyak orang yang gengsi, mempertahankan harga diri dan sangat sombong. Mereka sangat sulit untuk menerima bantuan dan meminta sesuatu kepada sesama demi sesama. Bahkan ada orang yang berkelimpahan sulit memberi kepada sesama dan ada orang miskin yang sulit menerima. Tetapi saat virus corona melanda semua pengalaman itu berubah total, dipatahkan dan kalah. Karena semuanya sama-sama mengakui dan menyadari dirinya punya kekurangan dan sangat terbatas. Selain itu, orang yang biasa memberi karena menyadari bahwa apa yang dia punya datang dari Tuhan, maka tanpa ragu-ragu dia mau memberi dan peduli dengan sesama.
Syukur kepada Allah, kami semua yang tergabung dalam Aksi Peduli Covid-19, Paroki Santo Antonius Maria Claret Oenopu, telah mnjadi “jembatan emas” bagi sesama. dan lebih bersyukur lagi karena para donatur percaya kepada si “jembatan emas,” walaupun tidak berhadapan langsung dengan mereka yang menerima bantuan sembako. Pertanyaan untuk kita semua renungkan saat ini adalah, “Bertahankah kita semua untuk tetap menjadi “jembatan emas” itu dalam pelayanan kepada sesama dengan segenap hati dan total? Mari kita renungkan dan menemukannya dalam pelayanan kita sebagai seorang Misionaris Claretian, yang menggunakan semua sarana yang mungkin untuk mencapai keselamatan. Semoga Roh Tuhan yang ada pada kita dan telah mengurapi kita, terus menjiwai, mendampingi dan bertindak bersama kita. (P. Silverius P. Homa, cmf & P. Konstantinus Lakat, cmf).
Tentang hidup, ada banyak petuah dan kebijaksanaan yang bisa diurai ke dalam kisah hidup. Soren Kierkegaard, dalam suatu babak hidupnya pernah berujar demikian, “Life can only be understood by looking back; but it must be lived by looking forward.” (Hidup hanya bisa dimengerti dengan melihat ke belakang; tetapi ia harus dihidupi dengan menatap ke depan). Hidup adalah satu anyaman kisah, entah pendek pun pula panjang, yang aku kisahkan kepada yang lain. Dalam setiap tenunan kisah itu aku belajar bagaimana mengartikan hidup dan bagaimana membuat hidup lebih berarti. Selamat Ulang Tahun.
Seminari Hati Maria Kupang, Indonesia. “Kata Hati” tak pernah habis diurai. Makna hati tak pernah mampu dimuat tuntas memenuhi takaran dan ukuran kata untuk mengulasnya. Hati, bahkan melampui uraian dan untaian kata yang mencoba membahasakannya. Lantaran hati itu bilik terdalam dan terpribadi yang imun dari sekadar menebak, apalagi semata-mata berhenti di titik mencurigai. Hati memang begitu dalam, pun pula luas. Bahkan hati itu keseluruhan pribadi itu sendiri.
Hari ini, 20 Juni 2020 adalah hari yang istimewa untuk para Misionaris Claretian sedunia. Hari para Claretian merayakan “hati Ibu” yang mengadung, melahirkan dan membentuknya menjadi misionaris. Pater General dalam pesannya pada pesta hari ini mengatakan, “Dua Pesta, Hati Kudus Yesus dan Hati Tak Bernoda Maria, mengundang kita untuk merawat hati kita dan menjaganya berpijak di dalam kasih Allah ketika kita berlayar menghadapi aneka badai kehidupan.” Kebeningan dan keheningan Hati Maria tentu tak pernah terpisah dari Hati Terkudus Putra-nya. “Tidak ada hati lain yang mengetahui dan merenungkan misteri inkarnasi yang begitu dekat dan mendalam seperti Maria. Menjadi putera-putera Hatinya bukanlah gelar institusional belaka bagi kita. Itu adalah identitas kita, spiritualitas kita, dan cara kita menjadi saksi sukacita Injil,” demikian lanjut Pater General.
Perayaan Ekaristi merayakan pesta ini dan pelantikan ke-15 Frater menjadi Lektor dan Akolit dipimpin oleh P. Yohanes M.Vianey Lusi Emi, cmf, Superior Delegatus CMF Indonesia-Timor Leste. Dalam homilinya, P. Vianey mengajak semua yang hadir dalam perayaan ini untuk belajar dari Bunda Maria yang memiliki “kata hati” yang dalam sebagai pendengar dan pelaksana Sabda. Maria juga adalah model kebijaksaan profetik yang memiliki mata dan hati mistik untuk melihat bahwa dalam kehancuran dan ke-amburadul-an hidup ada keutuhan ilahi dalam rencana hidupnya.
Hadir juga dalam perayaan ini anggota Komunitas teologat Claretian House, Pra Novisiat Claret, para frater yang baru menyelesaikan program Tahun Orientasi Pastoral, karyawan/karyawati ketiga komunitas. Acara sambung “kata hati” ini dilanjutkan dengan ramah-tamah kekeluargaan di Halte SHM. Sukacita ini dibuka dengan peniupan lilin ulang tahun Komunitas Seminari Hati Maria yang ke-17 tahun yang dipandu oleh P. Valentinus Laga Ola, cmf. Selamat Pesta Hati Maria, proficiat untuk kelima belas frater yang dilantik menjadi lektor dan akolit dan selamat ulang tahun untuk Komunitas Seminari Hati Maria Kupang. Hiduplah dalam Spiritualitas Hati sebagaimana mimpi formatif tenunan narasi komunitas ini.
Kelima belas frater CMF Komunitas SHM Kupang yang dilantik menjadi Lektor & Akolit
Pra Novisiat Claret Kupang, INDONESIA. Para toper dari Delegasi Independen Indonesia-Timor Leste baru saja menyelesaikan masa TOP mereka untuk tahun ajaran 2019/2020. Masa TOP yang dimulai pada 19 Juli 2019 telah berakhir pada 9 Juni 2020 lalu.
Pertemuan itu berlangsung selama lima hari, yakni 16-20 Juni 2020, bertempat di Komunitas Pra Novisiat Claret, Matani, Kupang. Para toper berkumpul untuk mengadakan evaluasi akhir masa TOP sembari merajut kembali narasi-narasi masa TOP untuk menjadi satu kisah yang hidup.
Ada 9 TOP-er yang hadir pada kesempatan itu, antara lain, Fr. Makarius Sungga, CMF (Paroki St. Antonius Maria Claret Salele); Fr. Patris Urbat, CMF (Paroki Hati Tak Bernoda Maria Fohorem); Fr. Martinus Dhey, CMF (Paroki Sta. Maria Fatima Nurobo); Fr. Mario Fredrikus Cole Putra, CMF (Novisiat Claretian Benlutu); Fr. Kristoforus Lahur, CMF (Paroki Sta. Theresia Kanak-kanak Yesus Panite); Fr. Anggalius Yoseph Usfal (Pra Novisiat Claret Kupang); Fr. Yulianus Nai Kiik (Seminari Menengah Pius XII Kisol); Fr. Robertus Darvino Karno, CMF (Paroki St. Hubertus Sok); dan Fr. Edvan Andreas Ruu (Komunitas Claretian House, Catalina dan Karya Sosial Atmabrata, Cilincing, Jakarta Utara).
Pertemuan ini didampingi oleh P. Yohanes Dari Salib Jeramu, CMF dan P. Yoseph Ferdinandus Melo, CMF. Evaluasi dibuka dengan rekoleksi sehari yang dibawakan oleh P. John Jeramu, CMF. Pada kesempatan itu, P. John mengajak para TOP-er untuk melihat kembali diri para TOP-er masing-masing sambil merefleksikan dan mendeteksi virus-virus spiritual yang sering membelenggu kehidupan spiritual seorang misionaris.
Tidak berhenti sampai di situ. P. John lalu menawarkan anti virus yang sekiranya bisa menangkal virus-virus tersebut. Beberapa di antaranya adalah discernment, kebajikan-kebajikan P. Claret sebagaimana dituangkan dalam Autobiografinya, dan berpikir secara holistic setiap kejadian yang ada.
Adapun juga P. John mengajak para TOP-er untuk merefleksikan kehidupan panggilan misionaris mereka sambil melihat kisah hidup P. Claret. Pengalaman Patris Mei P. Claret senantiasa berada dalam kuasa Penyelenggaraan Ilahi. Keterhindaran P. Claret dari bahaya-bahaya merupakan buah kasih Allah yang selalu menaungi P. Claret.
Setelah rekoleksi, para TOP-er diminta untuk menarasikan kisah-kisah yang mereka alami selama menjalani masa tahun orientasi pastoral di tempat TOP masing-masing. Kisah-kisah seputar kehidupan berkomunitas, misi, kerasulan, dan pastoral menjadi tema yang amat menonjol. Terutama di tengah ancaman pandemi covid-19 menjadi tantangan tersendiri bagi para TOP-er untuk berdinamika bersama komunitas dan umat setempat. Karena covid-19 muncul dalam masa TOP, para TOP-er angkatan 2019-2020 mendapat julukan “TOP-er Angkatan Corona”.
Kesempatan evaluasi ini juga diisi dengan sharing dari P. Yohanes Maria Vianey Lusi Emi, CMF. P. Vian mengajak para TOP-er untuk sadar akan situasi sekarang ini, yang mana ada kemunculan spirit baru dalam membicarakan kebenaran. Dunia hari ini mengklaim kebenaran secara berbeda. Kebenaran tidak lagi menjadi milik satu dua pihak yang berkuasa, namun semua orang memiliki kebenarannya sendiri-sendiri. Tiap orang adalah produsen kebenaran. Dunia memperlihatkan bahwa masing-masing orang memiliki narasi-narasinya sendiri, dan menganggap narasinya itu adalah benar. Credo ini muncul dari pengalaman masing-masing orang. Dunia manusia hari ini adalah locus baru dari revelasi.
Selain itu, para TOP-er diajak untuk hidup menurut semangat para nabi. Para nabi memiliki kemampuan melihat situasi secara beyond. Mereka diberkahi rahmat kebijaksanaan yang bisa mengubah kebekuan situasi agar menjadi semakin fleksibel. Rahmat kebijaksanaan itu melahirkan alternative-alternatif untuk membuka gerbang ketertutupan sekaligus menyajikan jalan keluar dan mengumandangkan apa itu hidup. Karena kebijaksanaan memiliki sifat yang tentram, imajinatif, berdaya cipta, mengubah yang tidak mungkin menjadi mungkin, yang sulit menjadi mudah. (Mario F. Cole Putra, CMF)