Melata, Kalimantan Tengah. Pada Hari Raya Penampakan Tuhan dan Hari Minggu Misioner Sedunia, Minggu (8/1/2023), Komunitas Paroki Mater Dei Melata mengadakan pelantikan dan serah terima jabatan pastor paroki dan pengukuhan pastor rekan dan dewan pastoral periode 2023-2025. Misa yang penuh rahmat itu dipimpin oleh P. Pankratius Rehi Kandelu, CMF.
Peristiwa berahmat tersebut merupakan penyerahan jabatan pastor paroki dari P. Pankratius Rehi Kandelu, CMF, selaku pastor paroki yang lama, kepada P. Jeffryanus Ulu, CMF, selaku pastor paroki yang baru. Penyerahan serah terima jabatan tersebut disaksikan oleh P. Yohanes Maharsono, MSF (Sekretaris Keuskupan Palangka Raya), P. Eugenius Paul Madoni, CMF (Perwakilan Dewan Delegasi Indonesia-Timor Leste), P. Aleksius Kedi, CMF, P. Edvan Andreas Ru’u, CMF, dan segenap umat yang hadir.
Upacara Pelantikan dan Serah Terima Jabatan Pastor Paroki diawali dengan Pembacaan Surat Keputusan tentang Pembebastugasan Pastor Paroki Lama dan Pengangkatan Pastor Paroki Baru oleh P. Yohanes Maharsono, MSF sebagai Perwakilan Pimpinan Keuskupan Palangka Raya, yang dilanjutkan dengan pernyataan kesediaan dan janji dari Pastor Paroki baru, pengucapan doa dan pelantikan P. Jefry, CMF sebagai Pastor Paroki baru, perayaan simbolis serah terima jabatan dan berkas-berkas paroki oleh P. Pankras, CMF kepada P. Jefry, CMF, dan pembacaan Berita Acara Pelantikan dan Serah Terima Jabatan. Setelah itu, ada pula Upacara Pengukuhan Pastor Rekan P. Alexius Kedi, CMF dan P. Edvan Andreas Ru’u CMF serta Pengukuhan Dewan Pastoral Paroki Mater Dei Melata periode 2023-2025.
Dalam sambutan, P. Doni, CMF dan P. Yohanes, MSF sama-sama mengucapkan rasa terima kasih kepada P. Pankras, CMF yang telah mengabdikan diri dalam di Paroki Mater Dei Melata, sembari mendoakan yang terbaik untuk P. Pankras, CMF di tempat misi yang baru. Keduanya juga mengucapkan profisiat kepada P. Jefry, CMF yang telah memberi diri untuk memimpin umat Allah di Paroki Mater Dei Melata. Tak lupa pula, P. Doni, CMF mengingatkan para misionaris yang berkarya di Paroki Mater Dei Melata untuk senantiasa mengakarkan diri pada Allah dan berani keluar untuk bermisi di tengah umat.
Perayaan tersebut ditutup dengan acara ramah tamah dan perpisahan dengan P. Pankras yang dirangkai dalam adat Dayak, yakni Koba Tongan.
Lasiana,Kupang. Sebelum menutup kalender tahun 2022, Komunitas Seminari Hati Maria (SHM) mengadakan pertemuan dan evaluasi akhir tahun, pada Kamis (29/12/2022), bertempat di aula SHM. Tujuan dari pertemuan dan evaluasi ini adalah untuk melihat kembali semua kegiatan yang telah dilaksanakan, untuk melihat kekurangan dari setiap kegiatan yang telah dilaksanakan, dan untuk menjadi momentum membangun komitmen baru di masa mendatang.
Pertemuan dan evaluasi komunitas SHM dibuka dengan sebuah rekoleksi mini yang dibawakan oleh P. Kristoforus Landur, CMF. Terinspirasi dari teks 2 Kor 5:11-21, P. Kristo, CMF membagikan tiga kata kunci yang menjadi bahan permenungannya yakni anugerah, meninggalkan, dan belas kasih.
Dari tiga kata kunci itu, P. Kristo, CMF mengajak komunitas untuk menyadari bahwa misi yang diemban komunitas merupakan anugerah dari Allah, sehingga yang dikerjakan dalam kehidupan komunitas adalah kepentingan Allah. Selanjutnya, pastor ekonom komunitas SHM ini juga mengajak komunitas untuk berani bangkit dari kejatuhan sebagai momen untuk meninggalkan cara hidup yang lama. Akhirnya, komunitas diajak untuk terbuka pada belas kasih Allah yang senantiasa tercurah kepada tiap-tiap anggota komunitas.
Setelah mengadakan rekoleksi mini, P. Yoseph Ferdinandus Melo, CMF mengajak komunitas untuk melihat sejenak kegiatan Asembli Delegasi Independen Indonesia-Timor Leste yang telah dilaksanakan di rumah retret Wisma Claretian Benlutu pada 6-11 Desember 2022. Kegiatan akbar tahunan delegasi tersebut dihadiri oleh prefek umum formasi kongregasi, P. Joseph Mbungu-Mutu, CMF.
Kemudian, kegiatan dilanjutkan dengan evaluasi dari setiap seksi yang ada dalam komunitas SHM. Di sini, setiap ketua seksi mempresentasikan hasil kerja seksi selama satu semester terakhir. Setelah itu, evaluasi akhir tahun komunitas SHM berlanjut pada pembahasan tujuh impian komunitas sebagaimana tertuang dalam proyek komunitas SHM. Dalam membahas impian-impian tersebut, anggota-anggota komunitas dibagi ke dalam tujuh kelompok. Setiap kelompok diminta untuk mendiskusikan satu impian yang kemudian dipresentasikan dalam pertemuan.
Sebagai penutup, P. Ferdy, CMF, selaku superior komunitas mengucapkan terima kasih kepada komunitas yang telah berdinamika bersama selama setahun. P. Ferdy, CMF juga menyampaikan beberapa pesan penting kepada komunitas, yakni pertama, aspek dasariah formasi komunitas SHM adalah spiritualitas hati; kedua, proyek komunitas merupakan road map, roh, dan prinsip hidup komunitas SHM; ketiga, pentingnya evaluasi proyek komunitas dilaksanakan secara berkala agar semakin mendarahdaging dalam setiap anggota komunitas.
Pertemuan dan evaluasi akhir tahun komunitas SHM diakhiri dengan acara serah terima Dekalog Impian Delegasi Independen Indonesia-Timor Leste.
Lasiana,Kupang. Dalam rangka merayakan hari raya kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus, para frater Seminari Hati Maria (SHM) mendapat perutusan untuk mengadakan asistensi di paroki-paroki dan kapela-kapela. Asistensi Natal tersebut terlaksana pada 23-26 Desember 2022.
Pada kesempatan tersebut, para frater filosofan berkesempatan untuk mengadakan asistensi di kapela-kapela tempat para frater berkerasulan (kapela Matani, kapela Kaniti, kapela Bimopu, kapela Binilaka, kapela Sungkaen, kapela Oepaha, kapela Manuat, kapela Poplae, kapela Noeltes). Sedangkan para frater teologan dan para frater misi universal berkesempatan untuk mengadakan asistensi di paroki-paroki (Paroki Panite, Paroki Benlutu, Paroki Oenopu dan Paroki Nurobo).
Cerita Para Frater SHM
Fr. Bastian Julian, CMF (tingkat III) mengaku sangat berbahagia bisa menjalankan asistensi di Kapela Oepaha. Frater kelahiran Manggarai ini mengisahkan bahwa Natal-nya bersama umat kapela Oepaha harus mendapat tantangan berat dari hujan lebat. Keberadaan hujan yang lebat di malam Natal hampir membuat Fr. Bastian dan umat kapela Oepaha patah semangat.
“Pas momen Natal, hujan begitu lebat, begitu deras. Tetapi bagaimana saya merasakan perjuangan itu ketika saya dan umat-umat di Oepaha itu waktu kami menanggung koor di Oeltua, kami tu berani jalan dengan hujan-hujan”, imbuhnya.
Namun, mereka bisa melalui tantangan itu berkat komitmen kuat untuk merayakan Natal dengan penuh sukacita. Semangat untuk merayakan Natal justru membuat Fr. Bastian dan umat Oepaha memberanikan diri untuk menerobos hujan deras demi bisa merayakan Natal.
“Yang saya mau garisbawahi di sini ialah bagaimana dengan perayaan Natal, momen Natal itu bisa membangkitkan semua umat, khususnya saya secara pribadi, tergerak melawan, khususnya melawan mau cuaca kah atau mau apa, tetapi dengan semangat itu kami bisa bekerja sama, berjuang sama-sama dari Oepaha sampai di Oeltua”, katanya sambil bersyukur dengan momen tersebut.
Fr. Bastian merefleksikan bahwa momen hujan lebat di hari Natal merupakan bagian yang terindah dalam hidupnya. Dia menyebutkan bahwa momen tersebut adalah sebuah hadiah Natal.
Kebahagiaan juga dirasakan oleh Fr. Jondry Siki, CMF (tingkat VI) yang berasistensi di paroki Benlutu, khususnya di kapela Koa. Fr. Jondry menuturkan bahwa dengan berasistensi di paroki Benlutu, dia bisa bernostalgia lagi dengan orang-orang di sana. Sebab, beberapa waktu yang lalu, paroki Benlutu menjadi tempat di mana frater asal Napan ini bisa belajar berpastoral.
Selain itu, Fr. Jondry juga mengakui bahwa dirinya bahagia bisa berasistensi di kapela Koa lantaran mendapat kepercayaan dari RD. Hilers, Pr (pastor paroki Benlutu) untuk mengatur semua liturgi parayaan Natal. Hal ini memberi kesempatan bagi Fr. Jondry untuk bisa belajar mengatur liturgi.
“Orangnya [RD. Hilers, Pr] sangat memberikan ruang untuk kita bisa menyampaikan sesuatu, melaksanakan sesuatu di tempat asistensi. Apalagi saya dengan romo di Koa, dan dia memberikan saya keluasan untuk mengatur liturgi”, katanya.
Selama berada di kapela Koa, Fr. Jondry banyak membuat kegiatan, yakni melatih ajuda, membantu membuat kandang Natal, melatih jawaban-jawaban liturgi berdasarkan TPE versi terbaru, mengadakan pijat refleksi, dan sharing dengan umat.
Pengakuan Komunitas Tempat Berasistensi
Fr. Ceis Amaral, CMF (tom-er komunitas paroki Panite) berbahagia dengan kehadiran para frater yang berasistensi di wilayah paroki Panite. Frater asal Fohoren ini menuturkan bahwa kehadiran para frater yang berasistensi di paroki Panite memberikan banyak inspirasi dan semangat baru dalam bermisi.
“Kami sangat senang dengan kehadiran mereka. Kami senang karena mereka datang dengan semangat yang baru, yang menginspirasi kami juga untuk terus bersemangat dalam melakukan pelayanan di tempat misi”, tuturnya.
Tidak hanya itu, tom-er Ceis, CMF juga mengaku bahwa kehadiran para frater SHM yang berasistensi bisa membantu komunitas paroki Panite dalam mempersiapkan segala sesuatu menyangkut Perayaan Ekaristi Natal. Salah satu bentuk pelayanan yang diberikan adalah mengiringi koor dengan musik.
“Kehadiran mereka membantu banyak hal dalam pelayanan. Misalnya bisa bermain musik, sehingga orang bisa mengikuti perayaan dengan baik”, katanya.
Nada kebahagiaan yang sama juga diungkapkan oleh Fr. Erik Bheo, CMF (tom-er komunitas paroki Oenopu). Beliau menuturkan bahwa keberadaan frater-frater yang berasistensi di paroki Oenopu mendatangkan sukacita bagi komunitasnya.
“Secara komunitas, kami bersukacita, pertama karena perjumpaan, yang kedua karena persaudaraan yang kami hidupi dalam kebersamaan kami, dan yang ketiga juga karena kesuksesan dalam karya misi di tempat ini terutama pelayanan Natal”, katanya.
Tom-er Erik, CMF menjelaskan bahwa selama para frater berada di paroki Oenopu untuk berasistensi, ada banyak hal yang mereka laksanakan, di antaranya pelayanan sakramen, membantu menyukseskan persiapan Natal, turut serta dalam mendekorasi gereja dengan pernak-pernik Natal dan ikut mengunjungi rumah umat untuk menyampaikan sukacita Natal.
Lasiana, Kupang. Menutup kalender kerja 2022, Delegasi Independen Indonesia-Timor Leste mengadakan asembli tahunan pada 6-11 Desember 2022 di rumah retret Wisma Claretian, Benlutu. Pada kesempatan itu, P. Joseph Mbungu-Mutu, CMF selaku prefek umum Formasi hadir dalam asembli tersebut.
Selain hadir dalam rangka asembli, P. Joseph juga mengadakan pertemuan dengan para formator se-delegasi di tempat yang sama pada Senin (12/12/22). Tentunya P. Joseph memberi banyak insight seputar kehidupan delegasi dan kehidupan formasi dalam delegasi.
Selepas asembli, P. Joseph mengadakan kunjungan ke rumah-rumah formasi yang ada dalam delegasi pada 13-23 Desember 2022. Kunjungan tersebut dimulai dari Komunitas Novisiat Claretian Benlutu, lalu berlanjut ke Komunitas Seminari Hati Maria Kupang dan Komunitas Pra-Novisiat Claret Kupang. Setelah itu, P. Joseph mengunjungi Komunitas Wisma Skolastikat Claretian Jogjakarta. Kunjungan itu berakhir di Komunitas Santo Antonius Maria Claret Sinaksak. Dalam kunjungan ke rumah-rumah formasi tersebut, P. Joseph ditemani P. John Jeramu, CMF selaku prefek formasi delegasi.
Kunjungan ini sangat berarti baik bagi P. Joseph sendiri maupun para frater dalam rumah-rumah formasi. Kedua pihak bisa saling sharing dan mendengarkan masukan dan evaluasi serta mendengarkan impian dan harapan untuk kehidupan formasi yang lebih baik.
CMFIndoTiles – Rekoleksi Sehari Ikatan Religius Keuskupan Agung Kupang (IRKAK)
Lasiana, Kupang. Dalam rangka mengisi masa Adven dengan refleksi-refleksi rohani untuk menantikan kedatangan Kristus Sang Penyelamat, Ikatan Religius Keuskupan Agung Kupang (IRKAK) mengadakan rekoleksi bersama di Aula Claret, pada Rabu (21/12/2022). Rekoleksi tersebut dipimpin oleh P. Yoseph Ferdinandus Melo, CMF.
Tema yang diangkat dalam rekoleksi itu adalah “Maria: Ikon Sequela Christi yang Sempurna di Tengah Tantangan Budaya Sementara”. Dalam materi tersebut, pertama-tama, para peserta diajak untuk melihat bahwa Hidup Bakti merupakan anugerah dari Tuhan. Menurut P. Ferdy, melalui Hidup Bakti itu sendiri, setiap kaum Hidup Bakti mendapat kesempatan untuk bertemu dengan Tuhan, yang adalah Sang Indah itu sendiri.
Ilalang dalam Kehidupan Kaum Hidup Bakti
Namun, lanjut P. Ferdy, ada begitu banyak ilalang yang tumbuh di dalam kehidupan Kaum Bakti. Beberapa yang dibeberkan adalah pengalaman iman akan Allah dari kaum Hidup Bakti yang memudar; kaum Hidup Bakti terpenjara dalam budaya fragmentari yang terpecah-pecah dan sementara sehingga menggerogoti dan melemahkan komitmen seorang religius dalam mengambil keputusan-keputusan yang bersifat tetap dan permanen; institusi Hidup Bakti kurang terbuka terhadap gerakan pembaharuan yang dibawa oleh Roh Kudus; kurangnya pengolahan atas pengalaman ketidaknyamanan yang disebabkan oleh tingginya impian pribadi sehingga menyebabkan seorang kaum Hidup Bakti kehilangan orientasi hidup; dan kaum Hidup Bakti menemukan kesulitan dalam membangun relasi interpersonal dan komuniter.
Bunda Maria: Ikon Sequela Christi yang Sempurna
Dalam menghadapi momen ilalang ini, P. Ferdy mengajak para peserta untuk belajar dari kemuridan Bunda Maria dalam mengikuti Yesus. Bunda Maria merupakan ibu sekaligus murid dari Yesus Kristus sendiri. Kemuridan Maria ini tidak terlepas dari bagaimana Bunda Maria mendengarkan dengan baik Sabda yang disampaikan Allah melalui Malaikat Gabriel.
Bunda Maria sendiri adalah pribadi yang terbuka pada siapa saja yang datang padanya. Bagi P. Ferdy, ketika mendengarkan siapa saja yang datang untuk menyampaikan keluhannya, Bunda Maria akan mendengerakan. Tetapi, Bunda Maria tidak akan mendengarkan dengan telinga fisiknya saja, tetapi dengan telinga hatinya.
Bunda Maria adalah gambaran pembaktian diri kepada Allah yang paling sempurna kepada Allah. Di dalam pembaktian diri itu, Bunda Maria menjadi murid yang paling setia dalam mengikuti Yesus. P. Ferdy menjelaskan, dengan mengutip St. Yohanes Paulus II, bahwa di atas jejak kaki Yesus ada jejak kaki Santa Perawan Maria.
Setelah materi rekoleksi di sampaikan, peserta diajak untuk berefleksi sejenak tentang relasi personal diri sendiri dengan Bunda Maria. Kemudian, rekoleksi dilanjutkan dengan Perayaan Ekaristi sekaligus sebagai penutup rekoleksi IRKAK. Dalam rekoleksi itu, peserta yang hadir berasal dari biara-biara yang tinggal di sekitaran Kota Kupang dan Kabupaten Kupang.
Lasiana, Kupang. Pada Selasa (5/4/2022), Delegasi Independen Indonesia-Timor Leste mengadakan sebuah webinar tentang Lectio Divina. Webinar dimoderatori oleh P. Valens Agino, CMF. Dalam kesempatan berahmat itu, Delegasi mengundang P. Henry Omonisaye, CMF sebagai pemberi materi.
Mula-mula P. Henry mengutarakan seputar identitas seorang Misionaris Claretian. Diungkapkannya bahwa identitas seorang Misionaris Claretian yang paling kentara adalah pendengar dan pelayan Sabda Allah. Sebagaimana dalam Kapitel Umum XXVI, ditekankan semangat untuk berakar ke dalam Yesus, berarti menjadi murid-Nya dan mendengarkan Sabda-Nya dengan sungguh.
Dalam semangat kapitel tersebut, setiap Misionaris Claretian diminta untuk semakin mendalami Sabda Tuhan. Salah satu cara yang dipakai untuk mendalami Sabda Tuhan adalah dengan Lectio Divina. Dalam pada itu, Misionaris Claretian asal Delegasi Nigeria Barat ini mengingatkan para peserta untuk ber-lectio divina dengan empat langkah yang diperkenalkan oleh Guido II, seorang biarawan Cartusian, yakni lectio (bacaan), meditatio (meditasi), contemplatio (kontemplasi), dan oratio (doa).
“Carilah dalam bacaan dan Anda akan menemukan dalam meditasi; ketuklah dalam doa maka pintu akan dibukakan bagimu dalam kontemplasi”, ungkap P. Henry sembari mengutip kata-kata dari Guido II.
Bagi P. Henry, sebuah lectio divina bukanlah sebuah pembacaan biasa atas Sabda Tuhan yang tertulis dalam Kitab Suci. Lectio divina pada intinya adalah sebuah doa yang mendapat dorongan kekuatan dari Sabda Tuhan yang sedang direnungkan.
“Lectio divina adalah doa yang diilhami, dibantu, dan dipelihara oleh firman Tuhan yang dibaca dalam Kitab Suci”, terang P. Henry yang kini menjabat sebagai Prefek Kerasulan Kitab Suci dan Komunikasi.
Salah satu aspek penting yang dikemukakan oleh P. Henry ketika mengadakan lectio divina adalah dengan menggunakan pendengaran hati. Dengan pendengaran hati tersebut, para peserta yang mengadakan lectio divina diharapkan dapat mendengarkan suara Tuhan yang ada dalam bacaan yang sedang direnungkan.
“Dalam lectio divina, kita berdoa dengan menggunakan telinga hati sehingga Anda bisa mendengarkan Tuhan dalam bacaan Kitab Suci”, ungkapnya.
Di akhir pemaparannya, P. Henry memberikan beberapa masukan perihal praktik lectio divina ini. Ada lima poin yang dibagikannya, yakni mengadakan lectio divina setiap hari, mencurahkan waktu untuk lectio divina dalam komunitas, sharing Sabda Tuhan dengan umat beriman, memperdalam cinta akan Kitab Suci melalui sharing Kitab Suci, dan mengorganisir studi Kitab Suci.
Pada kesempatan itu, para peserta yang hadir adalah semua misionaris yang tergabung dalam Delegasi Independen Indonesia-Timor Leste, mulai dari Aspiran, Postulan, Novis, Frater-Bruder berkaul sementara, hingga yang berkaul kekal.