Lasiana, Kupang. Komunitas SEPEKita kembali menggelar kegiatan khusus dalam pertemuan rutin bulanan pada Rabu (15/02/2023) kemarin, bertempat di Aula Claret. Dalam pertemuan tersebut, Komunitas SEPEKita mengundang kelompok tani Claret dan kelompok Anak Muda Claretian (AMC).
Pertemuan rutin bulanan tersebut memiliki tiga agenda besar, yakni pembuatan pupuk organik NPK cair oleh tim ekologi SEPEkita, sosialisasi rencana kerja SEPEKita pada tahun kalender 2023 kepada para anggota dan para peserta undangan, dan pembicaraan mengenai kolaborasi antara Komunitas SEPEKita bersama kelompok tani Claret dan kelompok AMC dalam kegiatan-kegiatan nantinya.
Pelatihan membuat pupuk organik NPK cair ini berbahan dasar eco enzyme. Pupuk ini sangat ramah lingkungan dan efektif untuk mengambalikan kesuburan tanah. Promosi pembuatan pupuk tersebut sangat diharapkan menjadi jawaban bagi para petani yang mengalami kelangkaan pupuk dan sekaligus menjadi salah satu jawaban atas kepedulian kita bersama pada pelestarian alam ciptaan. Dalam kegiatan ini dihasilkan 145 liter pupuk organik NPK cair.
Selain pelatihan pembuatan pupuk organik NPK cair, Komunitas SEPEKita juga mensosialisasikan salah satu program fokusnya di tahun ini yakni pengambilbagian dalam penanganan tengkes (stunting) di NTT. Aksi ini akan berfokus pada pemberian makanan tambahan untuk anak, ibu hamil (bumil) dan ibu menyusui (busui). Makanan tambahan ini berupa olahan pangan lokal yang kaya gizi yang merupakan hasil racikan komunitas SEPEKita.
Tujuan dari komunitas SEPEKita mengundang kelompok tani Claret dan kelompok AMC adalah agar ketiganya bisa berkolaborasi dalam membangun misi bersama dari kerasulan Para Misionaris Claretian. Tiga kelompok yang berada di bawah payung kerasulan CMF Indonesia-Timor Leste tersebut mencoba untuk bekerja sama dalam menjawab tantangan zaman yang kian berubah.
Pertemuan rutin bulanan komunitas SEPEKita dihadiri oleh anggota-anggota Komunitas SEPEKita sendiri, kelompok tani Claret berjumlah 3 orang, dan AMC berjumlah 7 orang.
Lasiana, Kupang. Komunitas Seminari Hati Maria (SHM) kembali mengadakan kursus untuk para frater. Kali ini, materi kursusnya adalah membahas tokoh-tokoh seputar teologi. Dalam kursus yang diadakan pada 12-13 Januari 2023 di Aula SHM itu, komunitas membahas dua tokoh penting abad ini, yakni Joseph Alois Ratzinger dan Jon Sobrino.
Kedua teolog ini dibahas oleh para teologan tingkat V dan VI komunitas SHM. Teolog Joseph Ratzinger dibahas oleh Frs. Jondry Siki, Tony Wea dan Edward Ghabo, CMFF, sedangkan teolog Jon Sobrino dibahas oleh Frs. Ebith Lonek, Vicente Siki, dan Mario Putra, CMFF.
Dalam pembahasan mengenai Joseph Ratzinger atau yang dikenal sebagai Paus Benediktus XVI, para frater mempresentasikan biografi hidup dan beberapa pokok pikiran dari Paus asal Jerman ini. Sebagai seorang penjaga pintu iman, Joseph Ratzinger sangat berpegang teguh pada prinsip untuk menjaga kemurnian ajaran iman Kristiani. Untuk itulah maka, sebelum menjabat sebagai paus, Joseph Ratzinger terpilih sebagai pemimpin Kongregasi untuk Ajaran Iman dan mendapat julukan sebagai “Anjing Pelacak”.
Salah satu hal menarik dari sosok Joseph Ratzinger yang barus saja berpulang kepada Allah Bapa di surga pada 31 Desember 2022 ini adalah selain sebagai seorang pekerja keras yang tekun menjaga kemurnian ajaran iman Kristiani, beliau juga terkenal sebagai seorang yang menyukai keheningan. Gaya hidup inilah yang mengantar Joseph Ratzinger untuk mengambil nama ‘Benediktus’ sebagai nama regnal-nya. Santo Benediktus inilah yang terkenal dengan semboyan “Ora et Labora”.
Para teologan juga mempresentasikan sosok teolog lain, yakni Jon Sobrino. Kristolog kelahiran Basque, Spanyol, ini merupakan seorang pemikir teologi pembebasan yang sangat menaruh perhatiannya pada realitas hidup orang El Salvador. Jon Sobrino sendiri terkenal dengan pemikirannya tentang orang-orang yang tersalib (el pueblo crucificado).
Teologi pembebasan menjadi salah satu gerakan paling signifikan dalam teologi Kristen. Selama beberapa dekade, teologi pembebasan mendominasi cakrawala intelektual para teolog di Universitas dan Seminari di seluruh dunia. Teologi pembebasan muncul di Amerika Latin, di mana pengalaman penindasan, kemiskinan, kerentanan atau marginalisasi memicu refleksi berkelanjutan pada tradisi kristen. Perhatian terhadap kesejahteraan dan keselamatan manusia (thesalvation andhuman well-being) dan misi Gereja untuk memerdekakan manusia merangkul para teolog untuk mengejawantakan komitmen praktis-teologis kekristenan.
Dalam presentasi, para teologan menuturkan bahwa alur pikiran teologis Jon Sobrino berangkat dari realitas penindasan yang dialami oleh orang-orang El Salvador. Dari situasi tersebut, Sobrino lalu menggunakan teks Hamba Yahwe yang menderita yang tertera dalam Kitab Yesaya. Sobrino juga menghubungkan Hamba Yahwe sebagai sosok Yesus Kristus. Alur berpikir inilah yang kemudian melahirkan pernyataan bahwa masyarakat El Salvador sebagai masyarakat tersalib.
Para teologan juga mengatakan Sobrino juga menggunakan teks Matius 25 tentang penghakiman terakhir. Teks tersebut kemudian yang menjadi inspirasi bagi Sobrino untuk mengatakan bahwa di luar orang miskin tidak ada keselamatan. Para teologan berpesan bahwa teologi pembebasan memungkinkan kita untuk menaruh perhatian pada dunia yang penuh penderitaan, kemiskinan, tragedi dan ketidakadilan. Sebab pada hakekatnya, kita hadir untuk orang miskin dan turut membantu mereka keluar dari penderitaan dan menggapai keselamatan. (Laporan Ecko Setiawan, CMF)
Seminari Hati Maria, Kupang. Dalam rangka mewujudkan komitmen bersama untuk menjalankan tugas kepemimpinan yang sinodal, memupuk kerja sama dalam tim, membangun sikap dan semangat tanggung jawab bersama serta selalu berupaya untuk menghargai perbedaan sebagaimana amanat Kapitel Umum XXVI (cf. QC. 57b), Dewan Delegasi mengadakan Formasi Bersama secara daring dengan para superior komunitas lokal yang baru pada tanggal 12-13 Januari 2023.
Tema-tema yang dibahas dalam studi bersama selama dua hari ini antara lain, tentang Dewan Komunitas Lokal Menurut Direktori CMF no. 417-435, yang dibawakan oleh P. Yoseph Ferdinandus Melo, cmf; Persekutuan Hidup Persaudaraan: Sinodalitas dan Power Abuse; Kolegialitas dan Klerikalisme; Correctio fraternal dan Dinamika Praktis Hidup Berkomunitas, yang uraikan oleh P. Valens Agino, cmf dan tema tentang Pengelolaan Harta Benda Kongregasi dalam Komunitas, yang dipaparkan oleh P. Eugenius P. Madoni, cmf. Adapun dinamika pertemuan ini tidak hanya bersifat monolog, tetapi kepada para partisipan diberi ruang dan kesempatan untuk sharing, bertanya atau pun menyampaikan insight untuk semakin mendalami tema yang dibicarakan.
Formasi para superior komunitas lokal kali ini diikuti oleh empat superior komunitas lokal yang baru diangkat untuk menjalankan tugas pelayanan ini. Mereka adalah, P. Aloysius Etwino Ganti, cmf (Superior Komunitas CMF Mandala), P. Justino Galvao, cmf (Superior Komunitas CMF Palurejo), P. Alexius Kedi, cmf (Superior Komunitas CMF Melata), P. Frederikus Seda, cmf (Superior Komunitas CH Catalina, Gading Serpong). Keempatnya menyampaikan terima kasih atas program formatif ini yang tentu akan membantu mereka dalam menjalankan tugas animasi kehidupan misioner bersama saudara-saudara di komunitasnya masing-masing. Jauh di atas semuanya itu adalah panggilan pelayanan di tengah saudara dan bagi saudara sekomunitas serta misi yang khas dari komunitas yang bersangkutan.
Tentu akhirnya tempat satu-satunya bagi kita untuk belajar memimpin adalah pribadi Yesus, Sang Guru. Dia memberikan teladan kepada para murid-Nya model kepemimpinan melayani (servant leadership model). Esensi kepemimpinan dalam model kepemimpinan ini adalah pelayanan. Dalam model kepemimpinan ini, orang yang memegang jabatan kepemimpinan atau autoritas, adalah seorang pelayan yang memimpin, bukan seorang pemimpin yang melayani.Selamat menjalankan tugas sebagai pelayan yang memimpin.
Seminari Hati Maria – Kupang. Para Misionaris post novisiat yang sedang menjalankan Tahun Orientasi Misioner (TOM) Angkatan 2022/2023, mengadakan evaluasi pertengahan masa orientasi misioner pada tanggal 9-10 Januari 2023. Evaluasi tersebut dilaksanakan secara daring, mengingat hampir semua anggota angkatan TOM tahun ini tersebar di sebagian wilayah misi Misionaris Claretian seperti Sumatra, Timor Barat dan Timor Leste; selain itu tentu demi efisiensi waktu dan biaya untuk pelaksanaan kegiatan ini.
Pertemuan para misionaris TOM ini dibuka dengan mendengarkan input dan insight yang disampaikan oleh Superior Delegatus CMF Indonesia-Timor Leste, P. Valens Agino, cmf. P. Valens, demikian sapaan akrabnya, mengundang para misionaris muda untuk membuka diri dalam seluruh dinamika formasi kemuridan dengan membiasakan diri untuk berdialog dengan superior komunitas dan saudara-saudara sekomunitas. Selain itu agar mereka juga terlibat dalam perjalanan bersama untuk mewujudkan impian Allah bagi Kongregasi, Delegasi, komunitas kita saat ini dalam terang mandat Kapitel Umum XXVI.
Dinamika evaluasi yang naratif dan apresiatif, membantu para-TOM-ers untuk memahami kisah kemuridan sebagai sebuah perjalanan bersama (sinodal) sesuai dengan konteks komunitas di mana mereka diutus. Demikan sasaran yang hendak dicapai sebagaimana dirancang oleh team pendamping: P. Yohanes DS Jeramu, cmf (Prefek Formasi Delegasi), P. Damasus Sumardi, cmf (Superior dan Formator Skolastikat Claretian Yogyakarta), dan P. Yoseph Ferdinandus Melo, cmf (Superior dan Formator Komunitas Seminari Hati Maria Kupang).
Ada sembilan misionaris post-novisiat yang menjalankan Tahun Orientasi Misioner kali ini: Fr. Agostinho Do Rego, cmf (Paroki San Jose Aimutin, Dili), Fr. Andreas E.S. Nahak, cmf (Paroki St. Maria Fatima Lolotoe – Timor Leste), Fr. Karolus K. Guru, cmf (Paroki St. Antonius Ma. Claret Salele – Timor Leste), Fr. Dominikus D.D. Lanang, cmf (Paroki Hati Tak Bernoda Maria Fohorem – Timor Leste), Fr. Yoh. Raimundus B. Paga, cmf (Paroki St. Maria Fatima Nurobo), Fr. Petrus K. Bheo, cmf (Paroki St. Antonius Ma. Claret Oenopu), Fr. Cesar Agostinho Amaral, cmf (Paroki St. Theresia dari Kanak-Kanak Yesus Panite), Fr. Falenrius Nderi, cmf (Quasi Paroki St. Paskalis Diski), dan Fr. Fridolin Marcen Putra, cmf (Paroki St. Mikhael Tanjung Balai). Melalui narasi kemuridan dengan macam-macam peluang dan tantangan yang mereka hadapi di komunitas perutusan mereka masing serta input dan insight formatif yang diberikan oleh para pendamping, menjadikan mereka untuk tetap bersemangat menekuni masa orientasi ini dengan baik. Demikian pengakuan TOM-er Lolotoe, Fr. Andreas E.S. Nahak, “bahwa masa orientasi misioner ini membantu saya untuk menghidupi jatidiri saya sebagai misionaris dan “always missionaries.”
Condong Catur, Sleman. Komunitas Wisma Skolastikat Claretian mengadakan “Seminar dan Diskusi Interdisipliner dengan Kaum Muda” pada Minggu (8/1/2023). Kegiatan ini merupakan aktualisasi Impian ke-4 dalam Proyek Komunitas WSCY tentang “Kerasulan Kaum Muda dan Promosi Panggilan”, terutama yang tertuang dalam tekad ke-3 yakni “mengadakan diskusi akademik dengan kaum muda”. Sasaran dari kegiatan ini adalah para mahasiswa yang berasal dari luar Jawa atau mahasiswa rantau.
Kemunculan seminar dan diksusi interdisipliner ini berangkat dari sebuah keprihatinan melihat berbagai fenomena mahasiswa rantau yang tidak memaksimalkan kemampuan mereka di bangku perkuliahan. Mahasiswa rantau biasanya mendapat masalah tertentu yang muncul di awal perkuliahannya karena harus beradaptasi dengan kebudayaan yang baru, sistem pendidikan yang baru dan lingkungan sosial yang baru. Hal ini kemudian muncul shifting mentality dari mahasiswa rantau. Kalau kita menelisik lebih dalam sebenarnya mahasiswa rantau memiliki prestasi akademik yang baik di bangku SMA. Bahkan sebagian dari mereka adalah mahasiswa yang mendapatkan beasiswa presetasi tertentu.
Seminar dan diskusi interdisipliner ini mengambil tema Kepemimpinan Diri. Kegiatan tersebut dimoderatori oleh Fr. Yovendi Mali Koli, CMF, dan P. Metodius Manek, CMF, S.S., M.M bertindak sebagai pemateri seminar.
Dalam materinya yang berjudul “Personal Branding sebagai Strategi Manajemen Diri”, P. Todi, CMF mengatakan bahwa personal brand bersifat itu imperatif karena berbagai alasan. Pertama, hal ini membedakan seseorang dari orang lain, terutama saingannya; reputasinya merepresentasikan sebuah keunggulan yang membedakannya dari orang lain. Personal brand membantu orang mengembangkan visibilitasnya, juga sekaligus menampakkan aspek-aspek tertentu yang dimilikinya.
Kedua, personal brand menjadi penanda bagi seseorang sebagai ahli pada bidang yang digelutinya. Sebuah brand yang sukses mempromosikan seseorang sebagai yang terbaik, bukan hanya karena menjadi solusi bagi sebuah persoalan, melainkan juga karena tampil sebagai pilihan terbaik.
P. Todi, CMF juga menekankan bahwa keberadaan media sosial yang masih seperti sekarang ini merupakan instrumen terbaik dan termudah untuk membangun identitas pribadi (personal identity), memelihara reputasi dan menjadi terlihat dalam industri tertentu. Gambaran diri yang muncul lewat media sosial ini bisa berupa identitas sosial (social identity) dan bisa berupa identitas personal (personal identity). Menurut P. Todi, CMF, untuk membangun personal branding lebih terkait kepada bagaimana membangun personal identity ketimbang membangun social identity.
Selanjutnya, P. Todi, CMF memaparkan perihal bagaimana membangun personal identity. Baginya, personal identity itu memiliki tiga dimensi, yakni self-esteem, self-efficacy, dan self-monitoring.
“Personal identity terdiri dari tiga dimensi, yaitu pertama, self-esteem; seseorang merasa penampilan luar yang berharga, selalu bangga dengan diri sendiri dan sadar akan segala sesuatu yang lebih dalam dirinya. Kedua, self-efficacy; seseorang bisa melakukan apapun, mempunyai semangat belajar otodidak dan cepat move on. Ketiga, self-monitoring; seseorang bisa mengatasi persoalan apapun yang dihadapinya, mempunyai semangat bunglon-cepat beradaptasi dengan situasi dan konteks tertentu”, jelasnya.
Setelah mempresentasikan materinya, P. Todi, CMF menyampaikan beberapa pertanyaan penting kepada peserta yang hadir untuk didiskusikan dalam kelompok dan dipresentasikan. Diskusi dan presentasi kelompok merupakan feedback atas materi yang telah disampampaikan sekaligus menjadi tempat bagi para peserta untuk membagikan pengalaman pribadi mereka perihal pengembangan diri mereka di tanah rantau.
Kegiatan ini berlangsung di Komunitas Wisma Skolastikat Claretian, Jogjakarta dan dihadiri oleh 40 mahasiswa rantau. Seminar dan diskusi ini berlangsung selama 3 jam (pukul 16.30-19.30 WIB).
Melata, Kalimantan Tengah. Memperhatikan Surat Keputusan dari P. Valens Agino, CMF, Superior Delegatus, CMF Indonesia – Timor Leste, tertanggal 15 Juli 2022 perihal usulan pengangkatan dan penempatan yang disampaikan kepada Pimpinan Keuskupan Palangka Raya, maka pada tanggal 23 Desember 2022, pimpinan Keuskupan Palangka Raya, Mgr. Aloysius M. Sutrisnaatmaka MSF, mengeluarkan Surat Keputusan Keuskupan yang menetapkan keputusan Mengangkat P. Jefrryanus Ulu, CMF sebagai Pastor Paroki Mater Dei Melata dengan segala kewenangan dan kewajibannya sebagai Pastor Kepala Paroki, terhitung mulai tanggal 1 Januari 2023. Menindaklanjuti Surat Keputusan Uskup Palangka Raya ini, maka pada hari Minggu (8 Januari 2023, pkl. 08.00 WIB), bertepatan dengan Hari Raya Penampakan Tuhan dan Hari Minggu Misioner Sedunia dilaksanakan upacara Pelantikan dan Serah Terima Jabatan Pastor Paroki Mater Dei Melata dari Pastor Paroki lama, P. Pankratius Rehi Kandelu, CMF ke Pastor Paroki baru, P. Jeffryanus Ulu, CMF. Upacara Pelantikan dan Serah Terima Jabatan Pastor Paroki ini disatukan dalam Perayaan Ekaristi Kudus yang dipimpin oleh P. Pankratius Rehi Kandelu, CMF dan Upacara Pelantikan dilakukan setelah Homili oleh Perwakilan Dewan Keuskupan Palangka Raya, P. Yohanes Maharsono MSF dan disaksikan langsung oleh Perwakilan Pimpinan Dewan Kongergasi CMF Delegasi Indonesia – Timor Leste, P. Egenius Paul Madoni CMF.
Upacara Pelantikan dan Serah Terima Jabatan Pastor Paroki diawali dengan Pembacaan Surat Keputusan tentang Pembebastugasan Pastor Paroki lama dan Pengangkatan Pastor Paroki Baru oleh P. Yohanes Marharsono MSF sebagai Perwakilan Pimpinan Keuskupan Palangka raya (Sekretaris Keuskupan), dilanjutkan dengan pernyataan kesediaan dan janji dari Pastor Paroki baru, lalu mengucapkan doa dan melantik P. Jefrryanus Ulu CMF sebagai Pastor Paroki baru. Selanjutnya adalah Upacara simbolis Serah Terima Jabatan dan berkas -berkas Parokial oleh P. Pankratius Rehi Kandelu CMF kepada P. Jeffryanus Ulu CMF disaksikan oleh P. Yohanes (Keuskupan), P. Dony CMF dan seluruh Umat Allah yang hadir dalam perayaan Ekaristi. Setelah Upacara Serah Terima Simbolik jabatan dan berkas – berkas Parokial, selanjutnya diadakan pembacaan Berita Acara Pelantikan dan Serah Terima Jabatan. Upacara hari ini juga dilengkapi dengan Upacara Pengukuhan Pastor Rekan P. Alexius Kedi, CMF dan P. Edvan Andreas Ru’u CMF serta Pengukuhan Dewan Pastoral Paroki Mater Dei Melata periode 2023-2025.
Sebelum Berkat Penutup Perayaan Ekaristi, diadakan sambutan-sambutan. Sambutan pertama oleh Pastor Yohanes (Perwakilan Dewan Keuskupan). Dalam sambutannya Pastor Yohanes mewakili Uskup Palangka Raya menyampaikan ucapan Terima Kasih atas pelayanan dan pengabdian P. Pankras CMF selama menjadi Pastor Paroki Mater Dei Melata dibawah payung Pelayanan Keuskupan Palangka Raya. Selamat bertugas di tempat misi yang baru, buah kasihmu yang manis akan selalu dikenang, teruslah berbuah kebaikan, jadilah garam dan terang dimanapun engkau diutus Tuhan. Pastor Yohanes juga menyampaikan proficiat atas pengakatan P. Jefry CMF sebagai pastor paroki yang baru. Selamat melayani Keuskupan Palangka Raya dan umat paroki Mater Dei Melata. Semoga Paroki Mater Dei ini dapat berkembang dan selalu memancarkan Kasih Allah di dunia ini, khususnya di bumi Kalimantan Tengah. Sambuatn Kedua, P. Dony mewakili Pimpinan Kongregasi CMF Delegasi Indonesia – Timor Leste. Dalam sambutannya, P. Dony CMF mengucapkan terima kasih kepada Keuskupan Palangka Raya karena telah mempercayakan pelayanan Paroki Mater Dei Melata kepada para Misonaris Claretian (CMF). Untuk Dewan Pastoral dan umat Allah Paroki Mater Dei Melata, P. Dony CMF mengucapkan terima kasih karena telah menerima para Misionaris CMF dengan baik dan telah bekerja sama, saling membantu dan menemani setiap kisah – kisah perjalanan dan pelayanan para misionaris. Ada kisah-kisah yang terdengar bahwa Dewan Pastoral dan Umat Allah Paroki Mater Dei Melata selama ini tidak pernah meninggalkan saudara kami dalam pelayanan dan dalam karya-karya. Semoga kerja sama dan hal-hal baik yang mewarnai karya-karya pastoral selama ini semakin berwarna dan Paroki Mater Dei Melata semakin berkembang dan siap menjadi garam dan terang dunia. P. Dony CMF juga menegaskan bahwa kehadiran DPP dan Umat merupakan bagian dan badan paling penting dari elemen kehidupan Paroki. Selanjutnya P. Dony CMF mengucapkan terima kasih atas kerjsama, pengabdian, dan pelayanan P. Pankras CMF selama menjalankan misi di Paroki Mater Dei Melata. Dan untuk P. Jefry, CMF, P. Alex CMF, dan P. Andre CMF, selamat bertugas dan berkarya, Caritas Christi Urget Nos. Bekerjalah dengan baik, tetap setia pada prinsip “Rooted and Audacious – Berakar dan Berani Keluar”. Sambutan selanjutnya diberikan kepada Ketua DPP, P. Pankras CMF dan P. Jefry CMF. Setelah sambutan, Misa dilanjutkan dengan berkat Penutup. Setelah Misa selesai, kesempatan diberikan oleh Foto Bersama. Setelah Perayaan Misa, atas inisiatif Dewan Pastoral dan umat Allah Paroki Mater Dei Melata diadakan acara Ramah Tamah dan Salaman Perpisahan dengan P. Pankras CMF yang dirangkai secara istimewa dalam ritual adat Dayak yang disebut: Koba Tongan. (Laporan dari P. Alexius Kedi, cmf)
Dari kiri ke kanan: P. Jeffryanus Ulu, cmf, P. Pankratius R. Kandelu, cmf dan Bapa Uskup Palangka Raya, YM. Mgr. Aloysius M. Sutrisnaatmaka, MSFKiri ke kanan: P. Pankratius R. Kandelu, cmf; P. Jeffryanus Ulu, cmf (pastor paroki baru); P. Eugenius Paul Madoni, cmf (Anggota Dewan CMF Indonesia-Timor Leste)Pelantikan Dewan Pastoral Paroki Mater Dei Melata