Lasiana, Kupang. Sesuai dengan Surat Keputusan dari Delegasi, para fratres Tahun Orientasi Misi (TOM) menyelesaikan masa prakteknya pada tanggal 10 Juni. Setelah menjalani masa Tahun Oritentasi Misi di tempat misi yang ditangani para Claretian, para frater TOM berkumpul di Kupang untuk mengadakan pertemuan dan evaluasi seputar menjalani masa TOM.
Pertemuan dan evaluasi ini membahas tentang situasi hidup di tempat misi, pelayanan dan yang telah dilaksanakan oleh para fratres, kehidupan berkomunitas, dan sebagainya. Pertemuan dan evaluasi ini dikemas dalam bentuk presentasi dan sharing yang saling membangun. Pertemuan dan evaluasi ini sangat berguna bagi perkembangan hidup misioner dari para fratres dan bagi komunitas tempat para fratres menjalani masa TOM.
Para fratres yang baru saja menyelesaikan masa TOM dan ikut dalam pertemuan dan evaluasi adalah Frs. Rego, Andre Seran, Karol Guru, Paskal Tiwu, Erik Bheo, Theo Woi, Dius Tahu, Falen Nderi, Ceis Amaral, Domi Lanang, dan Ram Busa, CMFF.
Pertemuan dan evaluasi para fratres ini dilaksanakan di Komunitas Claretian House, Kupang, pada 12-14 Juni 2023. Mereka didampingi oleh P. Valens Agino, CMF; P. Yohanes Darisalib Jeramu, CMF, dan P. Yoseph Ferdinandus Melo, CMF. Selain itu, pertemuan ini juga dihadiri secara online oleh beberapa pater formator dari beberapa komunitas.
Persiapan Pelantikan Lektor Akolit
Selain itu, para fratres tingkat IV SHM juga mengadakan pertemuan. Pertemuan yang dibuat adalah persiapan untuk pelantikan lektor dan akolit. Pertemuan ini diadakan di Aula SHM, pada 13-15 Juni 2023.
Para fratres tingkat IV didampingi oleh para formator yang ada di Komunitas SHM. Dalam pertemuan ini, para pemateri memberikan pemahaman tentang tugas dan pelayanan seorang lektor dan akolit dalam liturgi Gereja. Adapun juga para fratres diingatkan untuk mencontohi Yesus Kristus, Sang Guru dan teladan ihwal menjadi pelayan yang setia.
Adapun juga materi yang disampaikan kepada para calon lektor dan akolit adalah tentang pelayanan yang dibicarakan oleh dokumen Gereja, seperti Motu Proprio Ministeria Quedam, dan pembahasan tentang lektor-akolit dari perspektif Claretian yang dapat ditemukan dalam Konstitus, Autobiografi Claret dan General Plan of Formation (GPF).
Para fratres tingkat IV yang akan dilantik menjadi lektor dan akolit berjumlah delapan orang. Mereka adalah Frs. Ado de Deus, Arman da Costa, Roy Baruk, Ferdi Naibobe, Dewa Panggo, Tan Erson, Rinto Gela, dan Yandre Berek, CMFF.
Roma, Italia. Pada Rabu (1/3/2023), P. Viktor Doddy Sau Sasi, CMF mengikuti ujian Doktoral di Aula Paulus VI Universitas Kepausan Lateran, Roma. Pada kesempatan tersebut, P. Doddy Sasi mempertahankan tesisnya yang berjudul “La Responsabilità del Superiore Provinciale Sui Beni Temporali alla Luce del Canone 636 e La Sua Applicazione al Diritto Propio della Congregazione dei Missionari Clarettiani” (Tanggunggjawab Superior Provinsial Terhadap Harta Benda Gereja dalam Terang Kanon 636 dan Aplikasinya pada Hukum Khusus dari Kongregasi Misionaris Claretian).
Tesis yang dikembangkan oleh imam kelahiran Umatoos, Besikama ini terdiri atas empat konsep besar. Konsep yang pertama berbicara tentang tanggungjawab, kemudian diikuti dengan penjelasan konsep kedua tentang harta benda Gereja dan harta benda religius. Pada konsep yang ketiga, P. Doddy Sasi membedah kanon Hukum Gereja nomor 636 secara eksegetis. Tesis tersebut ditutup dengan bagian keempat tentang kontribusi atau aplikasinya bagi hukum khusus Kongregasi Misionaris Claretian.
Menurut P. Doddy Sasi, tujuan dari penulisan tesis ini adalah untuk memberikan kontribusi kepada Kongregasi. Diharapkannya bahwa tesis ini bisa memberi andil bagi para superior provinsi agar lebih mudah dalam mengelola harta benda Gereja dan harta benda religius. P. Doddy mengharapkan agar tesisnya bisa berkontribusi dalam melahirkan suatu guideline bagi para superior dalam mengelola harta benda.
P. Doddy Sasi menuturkan bahwa dirinya sempat cemas dan khawatir sebelum mengikuti ujian doktoral. Namun, dengan tenang pastor yang ditahbiskan pada tahun 2014 silam ini bisa mengadakan presentasi dan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan para penguji dengan baik. Bahkan P. Doddy Sasi sempat merasa “biasa saja” saat ujian sedang berlangsung. Setelah itu, P. Doddy Sasi merasa sangat bersukacita bisa menyelesaikan ujian tersebut, terlebih setelah mendengar hasil yang dibacakan penguji.
Ujian yang berlangsung hampir selama satu jam tersebut diawali dengan presentasi tesis dari P. Doddy Sasi, kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dari tiga penguji. Ujian tersebut diakhiri dengan pengumuman hasil ujian di mana P. Doddy Sasi berhasil meraih predikat “Summa cum Laude” dan berhak menyandang status Doktor Hukum Gereja.
Ujian doktoral dari P. Doddy Sasi ini dilangsungkan secara terbuka. Dengan demikian, hadir dalam ujian tersebut adalah Lina Yanti (perwakilan Kedutaan Republik Indonesia untuk Tahta Suci Vatikan), rekan-rekan Misionaris Claretian dan para sahabat kenalan yang sedang bermisi di Roma.
Sebagai informasi, secara keseluruhan, P. Doddy Sasi menyelesaikan perutusan dari Delegasi Independen Indonesia-Timor Leste untuk studi di Kota Abadi Roma dalam tempo lima tahun. Rinciannya, studi lisensiat (S2) diselesaikan dalam tempo tiga tahun, dan studi doktoral (S3) diselesaikan dalam tempo dua tahun empat bulan.
Profisiat untuk P. Doddy Sasi, CMF yang telah menyelesaikan studi Hukum Gereja di Universitas Kepausan Lateran, Roma dengan hasil yang sangat luar biasa!
Bogor, Jawa Barat. Prefektur Kaum Muda dan Aksi Panggilan bersama tim menggelar Pelatihan Pengembangan Pastoral Kaum Muda di Wisma Lestari Cikanyere, Bogor, pada 20-24 Februari 2023.
Pelatihan tersebut diikuti oleh P. Krisantus E. Nurak, CMF; P. Paul Jeraman, CMF; Br. Hieronimus Ngampu, CMF; P. Kristoforus Landur, CMF; dan P. Edvan Andreas Ru’u, CMF. Pelatihan tersebut difasilitasi oleh Para Suster Sang Timur (PIJ). Para suster PIJ sendiri sudah malang melintang dalam memberikan pelatihan untuk pastoral anak-anak dan kaum muda.
Dalam pelatihan yang digelar di Wisma Lestari milik para Suster PIJ ini, P. Isto dan kawan-kawan diberikan salah satu metode dalam berpastoral dengan anak-anak dan kaum muda. Metode yang mereka berikan sederhana tetapi sangat kekinian dan menyentuh dunia anak-anak dan kaum muda.
P. Isto selaku prefektur Kaum Muda dan Aksi Panggilan mengutarakan pendapatnya terkait dengan pelatihan tersebut. Menurutnya, pelatihan ini memberikan banyak inspirasi bagi para peserta dalam mengembangkan kerasulan bagi anak-anak dan kaum muda. Senada dengan P. Isto, Br. Hiron mengatakan bahwa pelatihan ini bukan hanya menambah khazanah berpastoral tetapi juga memberikan nilai-nilai yang sangat berguna bagi kami. “Pelatihan ini serasa retret”, imbuhnya.
Sr. Veronica, PIJ selaku fasilitator pelatihan ini sangat senang dengan antusiasme para misionaris Claretian yang mengikuti pelatihan ini. Baginya, selain memberikan pengalaman kepada para Claretian, pelatihan ini juga memperkaya dirinya sebagai seorang suster Sang Timur.
Pelatihan bersama para suster PIJ berakhir pada Rabu (22/2/2023). Selanjutnya, pada 23-24 Februari 2023, Tim Kaum Muda menyusun Program Pastoral Kaum jangka panjang untuk misi kaum muda dalam Delegasi ke depannya. P. Valens Agino, CMF yang memimpin pertemuan tersebut.
Semoga kegiatan ini memberikan inspirasi baru dalam menghidupkan dan mengembangkan pastoral kita untuk anak-anak dan kaum muda.
Salam In Corde Matris dari Wisma Lestari Cikanyere Bogor.
Lasiana, Kupang. Komunitas SEPEKita kembali menggelar kegiatan khusus dalam pertemuan rutin bulanan pada Rabu (15/02/2023) kemarin, bertempat di Aula Claret. Dalam pertemuan tersebut, Komunitas SEPEKita mengundang kelompok tani Claret dan kelompok Anak Muda Claretian (AMC).
Pertemuan rutin bulanan tersebut memiliki tiga agenda besar, yakni pembuatan pupuk organik NPK cair oleh tim ekologi SEPEkita, sosialisasi rencana kerja SEPEKita pada tahun kalender 2023 kepada para anggota dan para peserta undangan, dan pembicaraan mengenai kolaborasi antara Komunitas SEPEKita bersama kelompok tani Claret dan kelompok AMC dalam kegiatan-kegiatan nantinya.
Pelatihan membuat pupuk organik NPK cair ini berbahan dasar eco enzyme. Pupuk ini sangat ramah lingkungan dan efektif untuk mengambalikan kesuburan tanah. Promosi pembuatan pupuk tersebut sangat diharapkan menjadi jawaban bagi para petani yang mengalami kelangkaan pupuk dan sekaligus menjadi salah satu jawaban atas kepedulian kita bersama pada pelestarian alam ciptaan. Dalam kegiatan ini dihasilkan 145 liter pupuk organik NPK cair.
Selain pelatihan pembuatan pupuk organik NPK cair, Komunitas SEPEKita juga mensosialisasikan salah satu program fokusnya di tahun ini yakni pengambilbagian dalam penanganan tengkes (stunting) di NTT. Aksi ini akan berfokus pada pemberian makanan tambahan untuk anak, ibu hamil (bumil) dan ibu menyusui (busui). Makanan tambahan ini berupa olahan pangan lokal yang kaya gizi yang merupakan hasil racikan komunitas SEPEKita.
Tujuan dari komunitas SEPEKita mengundang kelompok tani Claret dan kelompok AMC adalah agar ketiganya bisa berkolaborasi dalam membangun misi bersama dari kerasulan Para Misionaris Claretian. Tiga kelompok yang berada di bawah payung kerasulan CMF Indonesia-Timor Leste tersebut mencoba untuk bekerja sama dalam menjawab tantangan zaman yang kian berubah.
Pertemuan rutin bulanan komunitas SEPEKita dihadiri oleh anggota-anggota Komunitas SEPEKita sendiri, kelompok tani Claret berjumlah 3 orang, dan AMC berjumlah 7 orang.
Lasiana, Kupang. Komunitas Seminari Hati Maria (SHM) kembali mengadakan kursus untuk para frater. Kali ini, materi kursusnya adalah membahas tokoh-tokoh seputar teologi. Dalam kursus yang diadakan pada 12-13 Januari 2023 di Aula SHM itu, komunitas membahas dua tokoh penting abad ini, yakni Joseph Alois Ratzinger dan Jon Sobrino.
Kedua teolog ini dibahas oleh para teologan tingkat V dan VI komunitas SHM. Teolog Joseph Ratzinger dibahas oleh Frs. Jondry Siki, Tony Wea dan Edward Ghabo, CMFF, sedangkan teolog Jon Sobrino dibahas oleh Frs. Ebith Lonek, Vicente Siki, dan Mario Putra, CMFF.
Dalam pembahasan mengenai Joseph Ratzinger atau yang dikenal sebagai Paus Benediktus XVI, para frater mempresentasikan biografi hidup dan beberapa pokok pikiran dari Paus asal Jerman ini. Sebagai seorang penjaga pintu iman, Joseph Ratzinger sangat berpegang teguh pada prinsip untuk menjaga kemurnian ajaran iman Kristiani. Untuk itulah maka, sebelum menjabat sebagai paus, Joseph Ratzinger terpilih sebagai pemimpin Kongregasi untuk Ajaran Iman dan mendapat julukan sebagai “Anjing Pelacak”.
Salah satu hal menarik dari sosok Joseph Ratzinger yang barus saja berpulang kepada Allah Bapa di surga pada 31 Desember 2022 ini adalah selain sebagai seorang pekerja keras yang tekun menjaga kemurnian ajaran iman Kristiani, beliau juga terkenal sebagai seorang yang menyukai keheningan. Gaya hidup inilah yang mengantar Joseph Ratzinger untuk mengambil nama ‘Benediktus’ sebagai nama regnal-nya. Santo Benediktus inilah yang terkenal dengan semboyan “Ora et Labora”.
Para teologan juga mempresentasikan sosok teolog lain, yakni Jon Sobrino. Kristolog kelahiran Basque, Spanyol, ini merupakan seorang pemikir teologi pembebasan yang sangat menaruh perhatiannya pada realitas hidup orang El Salvador. Jon Sobrino sendiri terkenal dengan pemikirannya tentang orang-orang yang tersalib (el pueblo crucificado).
Teologi pembebasan menjadi salah satu gerakan paling signifikan dalam teologi Kristen. Selama beberapa dekade, teologi pembebasan mendominasi cakrawala intelektual para teolog di Universitas dan Seminari di seluruh dunia. Teologi pembebasan muncul di Amerika Latin, di mana pengalaman penindasan, kemiskinan, kerentanan atau marginalisasi memicu refleksi berkelanjutan pada tradisi kristen. Perhatian terhadap kesejahteraan dan keselamatan manusia (thesalvation andhuman well-being) dan misi Gereja untuk memerdekakan manusia merangkul para teolog untuk mengejawantakan komitmen praktis-teologis kekristenan.
Dalam presentasi, para teologan menuturkan bahwa alur pikiran teologis Jon Sobrino berangkat dari realitas penindasan yang dialami oleh orang-orang El Salvador. Dari situasi tersebut, Sobrino lalu menggunakan teks Hamba Yahwe yang menderita yang tertera dalam Kitab Yesaya. Sobrino juga menghubungkan Hamba Yahwe sebagai sosok Yesus Kristus. Alur berpikir inilah yang kemudian melahirkan pernyataan bahwa masyarakat El Salvador sebagai masyarakat tersalib.
Para teologan juga mengatakan Sobrino juga menggunakan teks Matius 25 tentang penghakiman terakhir. Teks tersebut kemudian yang menjadi inspirasi bagi Sobrino untuk mengatakan bahwa di luar orang miskin tidak ada keselamatan. Para teologan berpesan bahwa teologi pembebasan memungkinkan kita untuk menaruh perhatian pada dunia yang penuh penderitaan, kemiskinan, tragedi dan ketidakadilan. Sebab pada hakekatnya, kita hadir untuk orang miskin dan turut membantu mereka keluar dari penderitaan dan menggapai keselamatan. (Laporan Ecko Setiawan, CMF)
Seminari Hati Maria, Kupang. Dalam rangka mewujudkan komitmen bersama untuk menjalankan tugas kepemimpinan yang sinodal, memupuk kerja sama dalam tim, membangun sikap dan semangat tanggung jawab bersama serta selalu berupaya untuk menghargai perbedaan sebagaimana amanat Kapitel Umum XXVI (cf. QC. 57b), Dewan Delegasi mengadakan Formasi Bersama secara daring dengan para superior komunitas lokal yang baru pada tanggal 12-13 Januari 2023.
Tema-tema yang dibahas dalam studi bersama selama dua hari ini antara lain, tentang Dewan Komunitas Lokal Menurut Direktori CMF no. 417-435, yang dibawakan oleh P. Yoseph Ferdinandus Melo, cmf; Persekutuan Hidup Persaudaraan: Sinodalitas dan Power Abuse; Kolegialitas dan Klerikalisme; Correctio fraternal dan Dinamika Praktis Hidup Berkomunitas, yang uraikan oleh P. Valens Agino, cmf dan tema tentang Pengelolaan Harta Benda Kongregasi dalam Komunitas, yang dipaparkan oleh P. Eugenius P. Madoni, cmf. Adapun dinamika pertemuan ini tidak hanya bersifat monolog, tetapi kepada para partisipan diberi ruang dan kesempatan untuk sharing, bertanya atau pun menyampaikan insight untuk semakin mendalami tema yang dibicarakan.
Formasi para superior komunitas lokal kali ini diikuti oleh empat superior komunitas lokal yang baru diangkat untuk menjalankan tugas pelayanan ini. Mereka adalah, P. Aloysius Etwino Ganti, cmf (Superior Komunitas CMF Mandala), P. Justino Galvao, cmf (Superior Komunitas CMF Palurejo), P. Alexius Kedi, cmf (Superior Komunitas CMF Melata), P. Frederikus Seda, cmf (Superior Komunitas CH Catalina, Gading Serpong). Keempatnya menyampaikan terima kasih atas program formatif ini yang tentu akan membantu mereka dalam menjalankan tugas animasi kehidupan misioner bersama saudara-saudara di komunitasnya masing-masing. Jauh di atas semuanya itu adalah panggilan pelayanan di tengah saudara dan bagi saudara sekomunitas serta misi yang khas dari komunitas yang bersangkutan.
Tentu akhirnya tempat satu-satunya bagi kita untuk belajar memimpin adalah pribadi Yesus, Sang Guru. Dia memberikan teladan kepada para murid-Nya model kepemimpinan melayani (servant leadership model). Esensi kepemimpinan dalam model kepemimpinan ini adalah pelayanan. Dalam model kepemimpinan ini, orang yang memegang jabatan kepemimpinan atau autoritas, adalah seorang pelayan yang memimpin, bukan seorang pemimpin yang melayani.Selamat menjalankan tugas sebagai pelayan yang memimpin.