oleh Putra Mario | Feb 23, 2025 | Amanat
PESAN PEMIMPIN UMUM
PERAYAAN YUBILEUM CLARETIAN 2025
“Roh Tuhan ada pada-Ku…
untuk mewartakan tahun rahmat Tuhan” (Luk 4:18-19)
Saudara-saudara terkasih,
Semoga Tahun Yubileum 2025 memberi berkat dan rahmat bagi kita semua!
Menyusul pengalaman Yubileum Kongregasi kita yang penuh rahmat tahun lalu, Yubileum Gereja tahun 2025 menawarkan kepada kita kesempatan baru untuk menjaga api Roh tetap hidup di dalam diri kita dan menyebarkan apinya ke mana pun kita pergi (Bdk. Kons. 9). Sebagai Kongregasi peziarah, kita dipanggil untuk berjalan dengan penuh pengharapan, percaya bahwa Tuhan yang telah membimbing kita sepanjang sejarah terus berjalan bersama kita. Harapan ini sangat penting dalam dunia di mana keputusasaan, perpecahan dan ketidakpastian mengancam untuk memadamkan api misioner di dalam diri kita. Yohanes Paulus II hingga Paus Fransiskus, secara konsisten menyoroti krisis harapan yang mempengaruhi generasi baru dan bahkan para pewarta Injil (bdk. Evangelii Gaudium, 84). Dalam Yubileum ini, kita diundang untuk memperbaharui dasar-dasar pengharapan kita yang berakar pada kesetiaan Allah yang tak tergoyahkan dan kerahiman-Nya yang tak terbatas.
Tahun Yubileum ditandai dengan ritual melewati Pintu Suci basilika di seluruh dunia. Namun, tindakan ini lebih dari sekadar ritual – ini adalah undangan mendalam untuk melintasi dua ambang pintu suci yang membentuk perjalanan iman kita. Yang pertama adalah pintu batin, di mana kita berjumpa dengan Tuhan yang berdiam di dalam hati (bdk. Yoh. 15:4; Rm. 8:9) dan membiarkan detak jantung-Nya beresonansi di dalam diri kita, membuka diri kita terhadap cinta, rekonsiliasi, dan persekutuan yang lebih dalam dengan orang lain. Yang kedua adalah pintu mistik Injil, yang membawa kita ke cakrawala transenden Kerajaan Allah, di mana mata kita terbuka untuk melihat semua orang sebagai anak Allah (fratelli tutti). Dengan dijiwai oleh kesadaran akan Kristus, kita mengakui martabat setiap orang dan merayakan persekutuan persaudaraan melalui tindakan nyata dalam kasih dan pelayanan. Yubileum ini juga merupakan momen istimewa untuk menemukan kembali karunia Rekonsiliasi, baik secara pribadi maupun komunal – sebuah masa penuh rahmat untuk mendorong pengampunan, penyembuhan, dan pembaruan dalam diri kita sendiri, komunitas kita, dan pelayanan kita.
Konsep Yubileum dalam Alkitab (bdk. Imamat 25) – waktu pembebasan, pemulihan, dan pembaharuan – beresonansi secara mendalam dengan kharisma Claretian kita sebagai pelayan Sabda dan misionaris pengharapan dan transformasi. Sebagai sebuah Kongregasi yang dipanggil untuk misi kenabian, kita diundang untuk mewujudkan semangat Yubileum dengan cara-cara yang nyata dengan mempromosikan keadilan, perdamaian, rekonsiliasi, dan kepedulian terhadap ciptaan. Saya mendorong setiap komunitas untuk merenungkan dengan penuh doa bagaimana kita dapat mewujudkan semangat ini dalam konteks ktia masing-masing. Melalui kebijaksanaan bersama, pertimbangkanlah langkah-langkah konkret yang dapat kalian ambil untuk mengimplementasikan beberapa saran berikut ini.
1. Pembaruan Internal: Menghayati Yubileum dalam Kehidupan Claretian
Semangat Yubileum menyerukan pembaruan di dalam Kongregasi, khususnya dalam cara kita berhubungan satu sama lain, menghayati kaul-kaul kita, dan mewujudkan pemuridan misioner. Pembaruan ini harus didasarkan pada menghidupkan kembali semangat misioner kita karena tanpa semangat ini, kita tidak dapat menjadi pembawa harapan.
a) Rekonsiliasi Persaudaraan dan Kehidupan Komunitas
- Mendorong proses pengampunan, penyembuhan dan rekonsiliasi dalam komunitas-komunitas di mana hubungan telah tegang karena kesalahpahaman, konflik, atau luka masa lalu.
- Membina persaudaraan yang otentik, memastikan bahwa setiap anggota mempunyai rasa memiliki dan dukungan, dan tidak ada yang merasa ditinggalkan atau terpinggirkan.
- Mempromosikan budaya mendengarkan dan sinodalitas, di mana semua suara dihargai dalam pengambilan keputusan.
b) Keadilan Ekonomi dan Penggunaan Sumber Daya
- Menerapkan prinsip ekonomi Yubileum dengan mengelola sumber daya komunitas dalam semangat solidaritas dan kesederhanaan.
- Memperkuat manajemen keuangan yang bertanggung jawab dan berbagi barang, memastikan bahwa harta benda kita melayani misi dan kebutuhan orang miskin.
- Berkomitmen pada transparansi dan akuntabilitas ekonomi, menjadikan sumber daya keuangan sebagai sarana persekutuan dan bukan perpecahan.
- Terlibat secara aktif dalam inisiatif-inisiatif yang memerangi kemiskinan dan marjinalisasi.
c) Merawat Kesehatan Para Misionaris Secara Menyeluruh
- Membina program-program pembaharuan secara teratur untuk memelihara kesehatan rohani, emosional, dan fisik para anggota.
- Mendukung mereka yang telah melayani dalam misi-misi yang penuh tantangan dengan memberikan kesempatan untuk beristirahat, pembinaan yang berkelanjutan, dan peremajaan rohani.
- Mendorong setiap misionaris untuk merawat kesehatan dan kejujuran moralnya secara menyeluruh dengan memberikan dukungan untuk penyembuhan dari luka-luka dan mengatasi pola-pola hidup yang tidak sehat.
2. Komitmen Misioner: Membawa Yubileum kepada Dunia
Sebagai seorang Claretian, panggilan misioner kita mendorong kita untuk menjadi nabi keadilan, rekonsiliasi, dan kepedulian terhadap ciptaan. Semangat Yubileum dapat membentuk pelayanan kita dengan cara-cara yang kuat.
a) Komitmen terhadap Keadilan dan Kaum Miskin
- Memperkuat pelayanan-pelayanan yang mengangkat martabat kaum miskin, khususnya dalam komunitas-komunitas yang terpinggirkan dengan memberikan perhatian khusus pada orang sakit, orang lanjut usia dan para narapidana.
- Mengadvokasi hak-hak para migran, pengungsi, dan orang-orang terlantar, menghidupi prinsip Yubileum alkitabiah untuk menyambut orang asing.
- Mendukung inisiatif-inisiatif yang menyediakan akses ke pendidikan, perawatan kesehatan, dan pemberdayaan bagi populasi yang rentan.
- Berdiri teguh untuk kebenaran, keadilan, dan belas kasihan, bahkan ketika itu harus mengorbankan diri sendiri, dan mendukung mereka yang dengan berani mengejar nilai-nilai ini.
- Terlibat dalam advokasi untuk pembebasan hutang dan keadilan ekonomi, memperkuat suara kaum miskin.
b) Pembangunan Perdamaian dan Rekonsiliasi
- Terlibat secara aktif dalam upaya pembangunan perdamaian, mendorong rekonsiliasi di wilayah-wilayah yang dilanda perpecahan dan kekerasan.
- Mempromosikan dialog antaragama dan antarbudaya, memperkuat saling pengertian di dunia yang sering kali ditandai oleh fragmentasi.
- Memfasilitasi proses pemulihan bagi individu dan komunitas yang terkena dampak perang, diskriminasi, dan ketidakadilan sejarah.
c) Integritas Ciptaan dan Tanggung Jawab Ekologis
- Menerapkan praktek-praktek lingkungan yang berkelanjutan di rumah-rumah dan lembaga-lembaga Claretian, dengan mengintegrasikan Laudato Si’ ke dalam cara hidup kita.
- Mempromosikan proyek-proyek ramah lingkungan, seperti penghijauan, pertanian organik, dan energi terbarukan, terutama di wilayah misi.
- Mendidik dan meningkatkan kesadaran akan keadilan iklim, dengan melibatkan kaum muda dan komunitas lokal.
- Mengembangkan retret dan program pembinaan eko-spiritualitas, yang menghubungkan kepedulian terhadap ciptaan dengan spiritualitas Claretian.
3. Sebuah Pendekatan Yubileum terhadap Kepemimpinan dan Pemerintahan (Governance)
a) Kepemimpinan yang Melayani dan Sinodalitas
- Mendorong kepemimpinan yang melayani dan partisipasi sinodal, memastikan bahwa kepemimpinan bersifat inklusif dan konsultatif.
- Memperkuat proses pengambilan keputusan yang berbasis kebijaksanaan di semua struktur yang mendorong tanggung jawab, akuntabilitas dan transparansi di semua tingkatan.
- Memperdalam rasa misi bersama di setiap tingkat, dengan mengakui bahwa kita semua berpartisipasi dalam Missio Dei melalui keragaman panggilan, karisma, dan pelayanan
b) Pembinaan Spiritualitas Yubileum Misionaris
- Mengintegrasikan tema-tema Yubileum ke dalam pembinaan para Claretian, memastikan bahwa para misionaris kita mengembangkan visi keadilan, rekonsiliasi, dan kepedulian terhadap ciptaan.
- Memberikan pelatihan khusus dalam keadilan sosial, pembangunan perdamaian, dan penatalayanan ekologi bagi mereka yang terlibat dalam pelayanan sosial.
- Mendorong program-program pembinaan yang berkelanjutan yang memupuk pembaharuan pribadi, dialog antar budaya, dan identitas Claretian yang lebih mendalam.
Saudara-saudara terkasih, sebagai putra-putra Hati Maria, kita menjaga hati kita tetap bernyala dengan kasih Allah, berbagi dalam belas kasih dan harapan yang teguh bagi dunia yang menderita, dan berkolaborasi dengan Roh Kudus dalam mewujudkan Impian Allah bagi umat manusia. Dalam peziarahan kita, Maria berjalan bersama kita, membimbing kita dengan harapan dan rahmat.
P. Mathew Vattamattam, CMF
Pemimpin Umum
Pada Pesta Tahta St. Petrus
Roma, 22 Februari 2025
oleh Putra Mario | Des 31, 2024 | Amanat
Saudara-saudara terkasih,
Selamat Natal untuk semuanya!
Marilah kita menyambut Natal 2024 sebagai peziarah harapan dan memasuki tahun yubileum 2025 melalui Kristus, “pintu” (Yoh 10:9) untuk masuk ke dalam kedalaman Kasih Allah. Yubileum Pendirian Kongregasi telah menjadi Kairos bagi Kongregasi untuk menyegarkan kembali semangat karismatik dan panggilan kita untuk menjadi “misionaris mistik” dalam Gereja saat ini. Tuhan mengundang kita untuk diperbaharui dalam pengharapan melalui “perjumpaan pribadi yang sungguh-sungguh dengan Kristus Yesus, pengharapan kita” (1 Tim 1:1).
Tradisi merayakan Yubileum, yang diprakarsai oleh Paus Bonifasius VIII pada tahun 1300, secara konsisten menjadi undangan untuk melakukan penebusan dosa, pengampunan, dan pembaharuan hidup Kristiani. Dengan indulgensi yang dikaitkan dengan ziarah Yubileum, tahun-tahun ini menjadi momen khusus untuk mendapatkan rahmat dan pertumbuhan rohani. Paus Paulus II kemudian melembagakan interval 25 tahun untuk konsisten merayakan Yubileum pada tahun 1470.
Kita tentu masih ingat Yubileum besar inkarnasi pada tahun 2000 dengan tema “Kristus Kemarin, Hari Ini, dan Selamanya” yang menyoroti karunia belas kasih dan cinta Tuhan serta perlunya komitmen baru untuk evangelisasi. Tahun Yubileum Kerahiman yang luar biasa pada tahun 2015 merupakan momen yang indah untuk menerima kerahiman Allah dan menjadi pribadi-pribadi yang berbelaskasih dalam konteks global dan hubungan yang penuh luka di antara sesama manusia dan dengan alam.
Sekarang di tahun 2025, kita ditawari kesempatan untuk berjalan bersama dengan Kristus sebagai pusat peziarah harapan di dunia. Pada hari Natal, Sabda menjadi manusia dan tinggal di antara kita, memberikan harapan bagi kerinduan manusia akan makna dan jalan yang pasti untuk ziarah kita di bumi. Dalam misteri Paskah Tuhan kita, kita menemukan alasan untuk hidup dan mati sebagai anak-anak Allah yang menatap ke depan melampaui persinggahan di dunia ini.
Di tengah-tengah berbagai bentuk kematian dan penderitaan yang mengelilingi kita yang merampas keindahan dan martabat hidup manusia, kita membutuhkan cahaya harapan yang muncul dari iman dan kasih untuk bertahan. Kemajuan teknologi telah membuat hidup menjadi lebih mudah, tetapi tidak membuat hidup menjadi lebih menyenangkan dan bermakna. Ciptaan telah membayar harga yang mahal untuk keserakahan manusia yang tidak terkendali. Skandal dan kesaksian balik dari anak-anak Gereja yang terpercaya telah mempertanyakan kredibilitasnya. Skenario kontemporer kita adalah tempat lahirnya harapan bagi umat manusia dalam penjelmaan kehidupan dan cinta dalam bentuk yang nyata, Sabda yang menjadi manusia dalam kehidupan manusia.
Saudara-saudara yang terkasih, Bapa Pendiri kita senang merenungkan Kristus yang berkhotbah, berdoa, menderita dan wafat bagi kita. Marilah kita arahkan pandangan kita pada wajah Sabda yang menjelma menjadi manusia di buaian di Betlehem, pada Yesus dari Nazaret yang mewartakan Kabar Gembira, menderita, wafat dan Bangkit. Ketika wajah-Nya yang penuh belas kasihan menyinari kita, kita akan diperbaharui dalam belas kasihan dan kasih-Nya dan dengan wajah kita memancarkan harapan kepada orang lain ke mana pun kita diutus dalam perutusan.
Pada masa suci ini, marilah kita menemukan tempat kita yang dekat dengan Hati Bunda Maria, yang menyambut dan membelai Putera Allah yang lahir bagi kita. Semoga perantaraan keibuannya menginspirasi kita untuk menerima panggilan kita sebagai murid-murid misionaris dan terlibat dalam Tahun Yubileum 2025 untuk menghasilkan musim semi baru kehidupan sebagai peziarah harapan.
Selamat Natal 2024!
Pater Mathew Vattamattam, CMF
Pemimpin Umum
Roma, 25 Desember 2024
oleh Putra Mario | Okt 23, 2024 | Amanat
Saudara-saudaraku terkasih,
Saya berharap surat ini sampai kepada kalian dalam keadaan baik dan dipenuhi dengan Roh Kudus. Saya menulis surat ini dengan penuh sukacita karena kita akan merayakan pesta Bapa Pendiri kita tercinta, Santo Antonius Maria Claret, sebuah kesempatan yang tepat untuk berefleksi, dan sebuah perayaan bagi seluruh Keluarga Besar Claretian. Pada tanggal 24 Oktober ini, Tahun Yubelium ditutup dengan perayaan 175 tahun kehadiran Santo Antonius Maria Claret di Kepulauan Kanarias.
Setiap tahun, perayaan ini memberikan kita kesempatan berharga untuk memperbarui komitmen kita terhadap karisma dan spiritualitas yang kita warisi dari Claret. Saya mengundang kita sekalian untuk meluangkan waktu dalam beberapa hari ke depan ini untuk merefleksikan kehidupan Bapa Pendiri kita dan bagaimana teladannya dapat menginspirasi kita saat ini.
Mari kita ingat bahwa kita memiliki hak istimewa untuk mengenal Claret tidak hanya melalui foto-fotonya, yang bagaikan jendela ke dalam jiwanya, tetapi juga melalui Autobiografinya, “swafoto spiritual” yang mengungkapkan hati yang bernyala-nyala. Apa yang paling menggerakkan saya tentang Claret, dan saya harap juga kalian semua, adalah semangat misioner yang dimilikinya. Dia adalah seorang rasul yang membara dengan cinta kasih kepada Kristus dan jiwa-jiwa, menjalani misinya dengan gagah berani (audaciously) hingga akhir hidupnya.
Saya ingin merenungkan secara khusus bagaimana Claret menghayati panggilannya dalam komunitas. Dia tidak pernah sendirian dalam misinya. Baik bersama para misionaris awal di Vic maupun dengan timnya di Kuba, Claret selalu dikelilingi oleh rekan-rekannya yang berdedikasi. Dia menggambarkan saudara-saudara ini dengan kasih dan kekaguman yang patut kita tiru dalam komunitas kita sendiri. Saya mengusulkan sebuah latihan: bayangkan jika Claret mengunjungi komunitas kalian hari ini. Apa yang akan dia tulis tentang kita? Apakah dia akan melihat api yang sama, semangat untuk misi, dan persatuan dalam pelayanan? Ini adalah pertanyaan yang menantang, tetapi perlu untuk pertumbuhan kita selanjutnya. Pada hari raya ini, saya mendorong kalian untuk:
1. Meluangkan waktu sejenak untuk membaca dan merenungkan kehidupan Claret.
2. Membagikan misi kita dengan penuh semangat kepada mereka yang kita layani.
3. Memperkuat ikatan dalam komunitas Anda, terinspirasi oleh teladan Claret dan rekan-rekannya.
Mari kita bersatu dalam doa, meminta kepada Tuhan dan Bunda Maria yang Terberkati untuk mengobarkan dalam diri kita api yang sama, yang membara di hati Claret. Mari kita juga mengenang para Martir Kita, yang pengorbanannya menginspirasi kita untuk menjalani panggilan kita dengan sukacita dan dedikasi yang total.
Semoga perayaan Santo Antonius Maria Claret ini menjadi waktu pembaruan dan anugerah bagi masing-masing kita dan untuk seluruh keluarga spiritual kita.
Dengan kasih persaudaraan dalam hati Maria,
P. Mathew Vattamattam, CMF
Pemimpin Umum Roma, 24 Oktober 2024
Untuk versi bahasa Inggris, Spanyol, dan Prancis, bisa dibaca melalui tautan berikut: A Call to Renew Our Missionary Spirit: Message Of The Superior General on the Feast of Saint Anthony Mary Claret | Claretian Missionaries
oleh Putra Mario | Apr 6, 2024 | Amanat, Solidaritas dan Misi
Semoga Hari Misi Claretian berbuah manis bagi kalian semua, hari yang didedikasikan untuk merefleksikan, berbagi, dan berpartisipasi dalam mandat misioner yang telah kita terima dari Tuhan yang Bangkit.
Kita berada di tahun yubileum peringatan 175 tahun berdirinya Kongregasi kita yang dimulai oleh Pendiri kita, Santo Antonius Maria Claret dengan keyakinan yang jelas bahwa semangat yang dia dan para sahabatnya terima adalah untuk seluruh dunia. Hari ini kita hadir di semua benua dan di banyak daerah pinggiran perjuangan manusia. Marilah kita memperkuat jangkauan misioner kita dengan semangat yang lebih besar.
Paus Fransiskus, dalam pesannya untuk Hari Misi Sedunia 2024, mengingatkan kita, “Janganlah kita lupa bahwa setiap orang Kristen dipanggil untuk mengambil bagian dalam misi universal ini dengan memberikan kesaksiannya tentang Injil dalam setiap konteks sehingga seluruh Gereja dapat terus maju bersama Tuhan dan Gurunya ke “persimpangan jalan” di dunia saat ini.” Marilah kita bersama-sama melihat perjuangan saudara-saudari kita dengan belas kasih Tuhan dan menjadi tangan-Nya yang penuh perhatian.
Tema Hari Misi Claretian adalah “air”, yang merupakan simbol kehidupan. Di hadapan kita terdapat gambaran yang sangat indah tentang sungai kehidupan yang mengalir dari Yerusalem (bdk. Why. 22:1). Air menopang kehidupan. Di banyak misi terpencil, akses terhadap air bersih merupakan tantangan besar. Kita dapat membuat perbedaan bagi saudara-saudari kita di sana melalui partisipasi kita dalam proyek-proyek yang dipresentasikan oleh General Mission Procure.
Tuhan telah memberkati rumah kita bersama dengan sumber daya yang berlimpah. Kita mesti mengerjakan bagian kita untuk merawat dan berbagi menurut rancangan Sang Pemberi kehidupan. Kita mempersembahkan inisiatif misioner kita kepada Hati Maria Tak Bernoda, yang mengajarkan seni merawat satu sama lain dan rumah kita bersama dengan kelembutan hati Tuhan.
Tuhan memberkati kalian semua
P. Mathew Vattamattam
Pemimpin Umum
Roma, 5 April 2024
oleh Putra Mario | Okt 23, 2022 | Amanat, Kongregasi
Para saudaraku terkasih:
Semoga kita sekalian merayakan pesta Bapa Pendiri dengan penuh sukacita!
Sejak Kapitel Umum XXVI, kita telah menggunakan istilah “mimpi” untuk merujuk pada design (rancangan) Allah bagi Kongregasi kita saat ini dalam kesetiaan pada karisma Bapa Pendiri kita. Kapitel provinsi dan pertemuan-pertemuan yang diadakan setelah Kapitel Umum membuat “mimpi” itu menjadi milik mereka dan mengundang komunitas-komunitas dan anggota-anggota Kongregasi untuk melihat diri mereka sendiri dan kerasulan mereka dari sudut pandang Allah. Saya, juga dipanggil untuk bertanya diri perihal apa yang menjadi mimpi Tuhan bagi superior jenderal.
Bahkan sebelum pandemi global cukup bisa dikendalikan, baik umat manusia dan bumi, rumah kita bersama, kembali terluka oleh wabah perang dan ketidakstabilan politik global, yang menunjukkan kerapuhan koeksistensi manusia dan kemampuan kita untuk memecahankan masalah bersama. Sekali lagi, menjadi jelas akan betapa pentingnya bagi manusia untuk belajar melakukan perjalanan bersama di planet ini, secara sinodal memahami Mimpi Tuhan bagi dunia.
Kita perlu mempelajari suatu seni yang memiliki tempat terindah dalam hati Bapa Pendiri kita, yang banyak membantunya untuk mewujudkan impian Tuhan, yakni seni menenun. Claret mempelajari seni menenun dari bisnis keluarganya (lih. Auto 31). Yang dia pelajari itu bukan hanya soal keterampilan fisik, tetapi juga seni relasional dan spiritual yang akan banyak membantunya untuk hidup sebagai seorang misionaris apostolik. Claret mampu merajut hubungan yang penuh kasih karunia dengan teman, rekan kerja, atasan, dan bawahannya. Maka, tidak heranlah jika ke mana pun dia pergi, dia menciptakan jaringan relasional untuk melayani pewartaan Injil. Kita tahu bagaimana dia merawat kakeknya ketika dia masih kecil (bdk. Auto 19), bagaimana dia berempati dengan para pekerja mesin tekstil (bdk. Auto 33-34), dan bagaimana dia memupuk hubungan persahabatan dan persekutuan hidup yang langgeng dengan begitu banyak orang sepanjang tahun hidupnya (lih. Auto 60-61). Deskripsinya tentang komunitas di Kuba menggambarkan jalinan hubungan yang ia kembangkan sebagai uskup misionaris (lih. Auto 606-613). Autobiografinya adalah narasi tentang kehidupan seorang misionaris yang terjalin bersama dengan begitu banyak jiwa besar sebagai jaringan relasi penginjilan di masa sulit Gereja di Spanyol dan Kuba.
Kredibilitas kehidupan pribadi kita dan keefektifan komunitas dan pelayanan kita di tingkat lokal, provinsi dan global, sangat bergantung pada kemampuan kita menjalin hubungan kita dengan Tuhan dan sesama yang lain serta bagaimana kita menyatukan sumber daya dan bakat kita untuk membawa/meneruskan misi yang dipercayakan. Penawar untuk banyak penyakit yang menimpa para penginjil saat ini (seperti klerikalisme, individualisme, dan keduniawian) adalah memberdayakan hubungan dalam komunitas dan dalam pelayanan. Bayangkan, betapa banyak kehidupan terpancar dari komunitas misionaris ketika para anggotanya mampu menjalin hubungan dan mengubah perbedaan menjadi kekayaan, konflik menjadi momen pertumbuhan, dan menghargai karunia satu sama lain! Salah satu kemampuan utama yang harus kita pelajari dari Bapa Pendiri kita adalah menjalin hubungan yang membangun komunitas misionaris, tim dan dewan pastoral dan pendidikan, dan jaringan yang mempromosikan “transformasi dunia menurut rencana Allah” (lih. QC 43).
Pada kesempatan ini, saya mengundang kita sekalian untuk merenungkan dengan saksama dimensi kehidupan Bapa Pendiri kita selama pesta ini sehingga kita dapat merajut jalinan hubungan kongregasional dan dapat memberikan kesaksian akan kasih Tuhan. Pada hari raya ini, marilah kita menjadikan doa Claret sebagai milik kita sendiri:
Oh Allahku dan Bapaku, semoga aku mengenal-Mu dan membuat Engkau dikenal; mencintai-Mu dan membuat Engkau dicintai; melayani-Mu dan membuat Engkau dilayani; memuji-Mu dan membuat Engkau dipuji oleh semua makhluk.
Selamat berpesta!
P. Mathew Vattamattam, CMF
Superior General
24 Oktober 2022
Teks Bahasa Indonesia ini diterjemahkan dari versi Bahasa Inggris (The Message of The Superior General on The Feast of St. Anthony Mary Claret 2022) dengan teks pembanding versi Bahasa Spanyol (Mensaje del Superior General en la Fiesta de San Antonio María Claret 2022)
oleh Putra Mario | Jul 16, 2022 | Amanat
Bermimpi bersama Tuhan untuk Kongregasi yang Berakar ke dalam Kristus dan Berani Bermisi
Para saudara terkasih,
- Kita dua tahun lagi akan merayakan 175 tahun berdirinya Kongregasi tercinta kita. Saat kita dengan penuh syukur mengingat hari pendirian Kongregasi, saya mengundang Anda sekalian untuk menggunakan hadiah imajinatif Anda untuk mendekati keadaan batin Anthonius Maria Claret pada hari bahagia 16 Juli 1849, di Vic, Spanyol. Saya percaya, ini adalah cara yang tepat untuk menangkap semangat Kapitel Umum yang terakhir dan impian Kongregasi di zaman kita. Pada hari ini, saya mengangkat hati kepada Tuhan dalam rasa syukur memikirkan betapa banyak cinta dan kebaikan yang telah Tuhan curahkan ke dunia melalui para konfrater kita di masa lalu dan di masa kini. Memang, semuanya dimulai dengan Mimpi Tuhan yang dibuat oleh Bapa Pendiri kita pada masanya.
Mimpi Tuhan dalam Kehidupan Claret
- Claret muda tumbuh dengan banyak mimpi di mana lingkungan sosial-kulturalnya tertanam dalam dirinya. Kecintaannya pada desain tekstil didukung oleh kenangan masa kecilnya untuk menenun di pabrik milik keluarganya dan impian ayahnya untuk masa depan yang sejahtera dari usaha/bisnis keluarga, membentuk mimpi manusiawinya. Rancangan untuk menggapai mimpi tersebut adalah mempelajari teknik manufaktur di Barcelona dan komitmennya untuk menjadi ahli di dalamnya. Kendati demikian, hal itu hanyalah latihan untuk suatu proyek yang lebih besar yang Tuhan pikirkan untuk Claret. Mimpi kecil seorang Claret muda membuka dirinya untuk mimpi Tuhan yang lebih besar atas dirinya. Kongregasi kita, yang melibatkan kehidupan setiap Claretian saat ini, berakar pada mimpi yang Tuhan tanamkan dalam hati Claret. Kita perlu kembali ke sumber itu setiap kali kita hendak memperbaharui dan menghidupkan kembali karisma Kongregasi di setiap zaman dan di setiap budaya.
- Melalui banyaknya jalinan kehidupan, Tuhan mengungkapkan rencana-Nya bagi umat manusia di dalam sejarah. Untuk itu, Tuhan memilih orang-orang dan menganugerahkan mereka dengan semangat yang sama (karisma) untuk mengejar tujuan bersama (misi). Kelima Ko-Pendiri Kongregasi kita memiliki kepribadian yang unik dengan sejarah hidup yang unik, tetapi mereka menerima semangat yang sama untuk berjalan bersama mengejar mimpi yang sama yang Tuhan telah tanamkan dalam diri Claret. Perziarahan bersama [yang] mereka [hidupi], mengikuti pola yang sama yang diprakarsai sendiri oleh Yesus dengan kedua belas murid, yang dipraktekan oleh Gereja Perdana melalui sharing kehidupan bersama dan diutus untuk mewartakan Kabar Baik (cf. CC 4).
- Kita akan merayakan dua ratus tahun kelahiran dari Ko-Pendiri termuda, P. Jaime Clotet pada 24 Juli mendatang. Lahir di Manresa dalam sebuah keluarga religius, dia masuk seminari di Vic dan ditahbiskan sebagai imam diosesan. Uskup Vic, melihat semangat misionernya, mengusulkan kepada P. Jaime muda untuk bergaum dengan Claret untuk mengambil bagian dalam proyek misioner barunya pada 16 Juli 1849. Dalam komunitas misionarisnya yang baru, P. Jaime menemukan kehidupan spiritual, komunitas, dan apostolik yang intens, yang membentuknya menjadi seorang rasul dan mistikus yang berakar di dalam Kristus. Dia berani mendedikasikan dirinya untuk berkatekese tunarungu, untuk formasi para frater, dan untuk berbagai pelayanan internal dalam komunitas. Dalam [diri] Hamba Tuhan (the servant of God) Jaime Clotet, kita menemukan teladan yang sangat baik dari seorang misionaris Claretian, seorang sahabat Bapa Pendiri yang setia, seorang misionaris yang tak kenal lelah, yang cinta dan hidup untuk Kongregasi tercinta kita dengan penuh sukacita. Kita akan merayakan ulang tahun kelahirannya dengan perasaan syukur kepada Tuhan atas kesaksian hidup yang dihayati untuk mewujudkan mimpi Tuhan terhadap Kongregasi.
Mimpi Tuhan untuk Kongregasi di Zaman Kita
- Kita telah sering menggunakan term “Mimpi” pasca Kapitel Umum XXVI dan setiap Organisme Mayor telah menguraikan mimpi mereka masing-masing dalam terang Mimpi Kongregasi. Kita perlu memahami term dalam arti alkitabiahnya yang menunjukkan arah yang Tuhan berikan kepada manusia melalui mimpi dan penglihatan pada momen-momen penting dalam sejarah keselamatan, yang berpuncak pada peristiwa Yesus.[1] Inisiatif Ilahi dan kerjasama manusia [sedang] memimpin sejarah menuju kepenuhan (pleroma) di dalam Kristus (cf. Kol 3:19-21). Kita adalah bagian dalam aliran sejarah itu dengan karunia karisma kita yang terjalin dengan karunia dan karisma lain untuk membangun Gereja, tubuh mistik Kristus (cf. 1 Kor 12; Ef 4:12-16)
- Pada awal [berdirinya] Kongregasi kita, Bapa Pendiri kita dengan mahir menggambarkan Mimpinya untuk seorang putra Hati Maria sebagai “seorang yang berapi dengan cinta kasih dan membakar di mana saja dia lewat…” (cf. Auto 494; CC 9). Definisi misionaris ini terus mengundang kita untuk menjadi misionaris yang berakar di dalam Kristus dan berani bermisi. Mimpi Kongregasi yang terartikulasi dalam Kapitel Umum XXVI (cf. QC 43) merupakan suatu aktualisasi mimpi Claret untuk zaman kita dalam kesetiaan pada karisma kita. Sejarah Claretian telah menjadi [saksi] perkembangan mimpi ini pada setiap konteks dan zaman yang dia ramalkan ketika dia menulis kepada Nuncio tak lama setelah pendirian [Kongregasi], “Roh saya berlangkah ke seluruh dunia”.[2]
- Mimpi Kongregasi [hanya] akan menjadi ilusi belaka kecuali [kalau] kita membuatnya menjadi milik kita sendiri pada level setiap Claretian, setiap komunitas, semua Organisme Mayor, dan Kongregasi pada umumnya melalui rencan (designs) dan komitmen yang sesuai. Di sinilah orkestrasi yang indah dari kolaborasi ilahi-manusia terjadi, yang membuat hidup kita menjadi simfoni yang indah dari kasih Tuhan bagi dunia. Ada baiknya untuk bertanya pada diri sendiri setelah merenungkan Mimpi Kongregasi:
Apa yang akan menjadi Mimpi Tuhan bagi saya dalam hidup dan pelayanan saya saat ini dalam terang Mimpi Kongregasi? Apa yang akan menjadi Mimpi Tuhan bagi komunitas saya dalam terang Mimpi Organisme Mayor?
Mimpi dan Kenyataan Dosa serta Keterbatasan Kita
- Artikulasi Mimpi Kongregasi untuk zaman kita hanyalah titik berangkat karena pekerjaan rumah masih harus dikerjakan oleh setiap misionaris dan setiap komunitas untuk berjalan menuju mimpi itu. Kehidupan Bapa Pendiri kita dan sejarah Kongregasi mengingatkan kita akan kesulitan, penganiayaan, dan bahkan kemartiran demi Kristus. Kita juga perlu memperhitungkan dosa, keinginan, dan ketakutan kita yang mungkin dapat menghalangi kita untuk memenuhi komitmen yang telah dibuat.
- Kekuatan kita masing-masing untuk berjalan bersama Tuhan dan mewujudkan mimpi Tuhan bagi Kongregasi memberi kita alasan untuk berharap di tengah cobaan dan kesengsaraan. Demikian pula, kita perlu mengakui dan menangani secara kreatif kemungkinan kita untuk menyakiti orang lain dan menciptakan neraka bagi diri sendiri dan orang lain ketika api kasih Tuhan tergantikan oleh amarah kebencian, ketidakpercayaan, dan persaingan [negatif]. Virus spiritual yang menginfeksi dan mendistorsi pikiran dan hati para misionaris (misalnya, keegoisan, kemalasan spiritual, klerikalisme, keduniawiaan spiritual, individualisem, pesimisme…[3]) dapat merusak visi kita tentang orang lain dan dunia, melukai persaudaraan dan merusak kerasulan.
- Menarik untuk dicatat tentang bagaimana Claret mengagumi setiap anggota komunitas apostoliknya di Kuba[4] yang mana mirip dengan komunitas Kristen Perdana dan bagaimana mereka pergi mengadakan misi berkotbah di seluruh wilayah keuskupan yang luas itu. Kita bisa melihat secara sekilas gaya sinodal dalam cara Claret mengatur kehidupan dan tim misi misionaris sebagai Uskup Agung Santiago Cuba. Jika kita memupuk pola pikir/mentalitas apresiatif dari Bapa Pendiri kita, komunitas kita akan menjadi seperti “sarang lebah” apostolik para misionaris.[5] Sinodalitas semacam itu sine qua non (=tindakan, kondisi, atau unsur yang sangat diperlukan dan penting) untuk mewujudkan Mimpi Tuhan bagi Kongregasi.
PERJALANAN SINODAL, PENANGKAL BANYAK PENYAKIT GEREJA DAN KONGREGASI
- “Berjalan bersama mendengarkan satu sama lain dan Roh Kudus” merupakan inti dari perjalanan sinodal yang diundang oleh Paus Fransiskus untuk dipeluk oleh seluruh Gereja. Kongregasi kita menyambutnya dengan sepenuh hati karena Roh telah mempersiapkan kita untuk menempuh jalan itu melalui persiapan dan perayaan Kapitel Umum XXVI. Saya berterima kasih kepada Tuhan dan mengagumi semangat dan komitmen dari sebagian besar misionaris kita. Komunitas kita di mana saudara-saudara kita menikmati persaudaraan dan saling menghormati bekerja sama untuk misi bersama komunitas dengan energi yang luar biasa. Saya telah bertemu dengan orang-orang yang menceritakan dengan amat baik terkait kesaksian mengenai saudara-saudara kita dan keindahan komunitas antarbudaya yang membangun mereka. Komunitas-komunitas ini telah mengembangkan kemampuan untuk bekerja sama sebagai sebuah tim, merangkul perbedaan, merundingkan konflik, melengkapi dan mendukung satu sama lain dengan karunia unik yang dimiliki setiap orang, dan membayangkan (ENG: envisioning; ESP: visualisando) dan menjalankan misi kita bersama.
- Salah satu tantangan yang akan saya soroti sebagai yang paling serius mempengaruhi kehidupan misioner dari banyak komunitas kita adalah sulitnya bekerja bersama secara sinodal. Kita telah menghadapi situasi relasional dalam komunitas yang telah menyebabkan telah menyebabkan kerugian serius dan penderitaan yang tidak semestinya pada individu-individu dan misi komunitas, tragedi-tragedi yang dapat dihindari jika terdapat percakapan yang jujur dan dilakukannya dialog persaudaraan. Betapa banyak kesempatan untuk anugerah dan pertumbuhan yang telah hilang dalam misi karena kita gagal untuk merencanakan dan untuk bekerja sama demi kebaikan misi! Betapa banyak saudara-saudara kita mengalami situasi yang merusak diri sendiri karena mereka menolak untuk menerima umpan balik, atau rekan-rekan mereka gagal memberikan koreksi persaudaraan di waktu yang tepat! Meskipun perbedaan, ketegangan, dan konflik dalam komunitas adalah hal yang wajar dan memiliki potensi produktif dalam diri mereka (ENG: have productive potential in themselves), penghindaran atau pengelolaan yang tidak sehat membuka pintu bagi iblis perpecahan dan berbagai jenis penyalahgunaan (penyalahgunaan seksual, keuangan, dan kekuasaan) dalam ruang hidup dan misi kita.
- Di zaman kita yang penuh tantangan, sangat penting untuk mempelajari seni percakapan yang jujur, dialog, penegasan komunitas, membangun konsensus dan berjalan bersama sebagai sebuah peziarahan ke arah yang Tuhan tunjukkan melalui tanda-tanda zaman. Bersama Paus Fransiskus, kami juga menegaskan bahwa “jalan sinodalitas inilah yang diharapkan Allah dari Gereja milenium ketiga.”[6] Oleh karena itu, marilah kita memupuk spiritualitas sinodal dan membuka diri untuk pertobatan sinodal untuk menyambut perubahan yang diperlukan dalam cara kita bekerja bersama dan mendengarkan satu sama lain dan Roh Kudus.
Marilah Berjalan Bersama!
- Suatu perjalanan ziarah dalam pelayanan Mimpi Tuhan akan bermakna dan menyenangkan ketika dilakukan bersama-sama dengan orang lain yang menghadapi kesulitan bersama, dengan berat beban yang dipikul bersama (ENG: with minimum luggage to carry), dan dengan kemauan untuk maju. Bapa Pendiri dan Ko-Pendiri kita sigap dan siap untuk bermisi karena hati mereka berakar di dalam Kristus, pikiran mereka terfokus pada misi-Nya, kaki mereka bebas untuk bergerak ke mana Dia inginkan agar mereka pergi, dan tangan mereka siap melayani umat-Nya. Marilah kita menjadikan mistik misioner mereka menjadi milik kita dan marilah kita menghidupkan semangat mendasar itu hari ini. Kita mesti mempercayakan perziarahan kita kepada Bunda Yang Terberkati yang menemani dan menyayangi putra-putranya dalam hatinya yang tak bernoda, seperti yang dia lakukan untuk Putranya Yesus dan Bapa Pendiri kita St. Antonius Maria Claret. Selamat merayakan Hari Pendirian Kongregasi untuk kalian semua!
P. Mathew Vattamattam, CMF
Superior General
16 Juli 2022
*) Diterjemahkan dari Mensaje en el Día de la Fundación 16 de Julio de 202.
Footnote:
[1] Kami menggunakan istilah Mimpi untuk menunjukkan makna yang lebih mendalam seperti yang digunakan oleh Paus Fransiskus dan untuk membedakannya dari mimpi yang mengacu pada imajinasi fantastis selama tidur atau fantasi angan-angan dari seorang pelamun.
[2] Surat kepada Nuncio Brunelli pada 12 Agustus 1849.
[3] Cf. Paus Fransiskus menjelaskan beberapa di antaranya dalam Evangelii Gaudium, 76-109.
[4] Cf. Antonius Maria Claret, Autobiografi 606-613.
[5] Ibid., no. 608.
[6] Pidato Paus Fransiskus pada 15 Oktober 2015.