Saya berharap surat ini sampai kepada kalian dalam keadaan baik dan dipenuhi dengan Roh Kudus. Saya menulis surat ini dengan penuh sukacita karena kita akan merayakan pesta Bapa Pendiri kita tercinta, Santo Antonius Maria Claret, sebuah kesempatan yang tepat untuk berefleksi, dan sebuah perayaan bagi seluruh Keluarga Besar Claretian. Pada tanggal 24 Oktober ini, Tahun Yubelium ditutup dengan perayaan 175 tahun kehadiran Santo Antonius Maria Claret di Kepulauan Kanarias.
Setiap tahun, perayaan ini memberikan kita kesempatan berharga untuk memperbarui komitmen kita terhadap karisma dan spiritualitas yang kita warisi dari Claret. Saya mengundang kita sekalian untuk meluangkan waktu dalam beberapa hari ke depan ini untuk merefleksikan kehidupan Bapa Pendiri kita dan bagaimana teladannya dapat menginspirasi kita saat ini.
Mari kita ingat bahwa kita memiliki hak istimewa untuk mengenal Claret tidak hanya melalui foto-fotonya, yang bagaikan jendela ke dalam jiwanya, tetapi juga melalui Autobiografinya, “swafoto spiritual” yang mengungkapkan hati yang bernyala-nyala. Apa yang paling menggerakkan saya tentang Claret, dan saya harap juga kalian semua, adalah semangat misioner yang dimilikinya. Dia adalah seorang rasul yang membara dengan cinta kasih kepada Kristus dan jiwa-jiwa, menjalani misinya dengan gagah berani (audaciously) hingga akhir hidupnya.
Saya ingin merenungkan secara khusus bagaimana Claret menghayati panggilannya dalam komunitas. Dia tidak pernah sendirian dalam misinya. Baik bersama para misionaris awal di Vic maupun dengan timnya di Kuba, Claret selalu dikelilingi oleh rekan-rekannya yang berdedikasi. Dia menggambarkan saudara-saudara ini dengan kasih dan kekaguman yang patut kita tiru dalam komunitas kita sendiri. Saya mengusulkan sebuah latihan: bayangkan jika Claret mengunjungi komunitas kalian hari ini. Apa yang akan dia tulis tentang kita? Apakah dia akan melihat api yang sama, semangat untuk misi, dan persatuan dalam pelayanan? Ini adalah pertanyaan yang menantang, tetapi perlu untuk pertumbuhan kita selanjutnya. Pada hari raya ini, saya mendorong kalian untuk:
1. Meluangkan waktu sejenak untuk membaca dan merenungkan kehidupan Claret.
2. Membagikan misi kita dengan penuh semangat kepada mereka yang kita layani.
3. Memperkuat ikatan dalam komunitas Anda, terinspirasi oleh teladan Claret dan rekan-rekannya.
Mari kita bersatu dalam doa, meminta kepada Tuhan dan Bunda Maria yang Terberkati untuk mengobarkan dalam diri kita api yang sama, yang membara di hati Claret. Mari kita juga mengenang para Martir Kita, yang pengorbanannya menginspirasi kita untuk menjalani panggilan kita dengan sukacita dan dedikasi yang total.
Semoga perayaan Santo Antonius Maria Claret ini menjadi waktu pembaruan dan anugerah bagi masing-masing kita dan untuk seluruh keluarga spiritual kita.
Semoga Hari Misi Claretian berbuah manis bagi kalian semua, hari yang didedikasikan untuk merefleksikan, berbagi, dan berpartisipasi dalam mandat misioner yang telah kita terima dari Tuhan yang Bangkit.
Kita berada di tahun yubileum peringatan 175 tahun berdirinya Kongregasi kita yang dimulai oleh Pendiri kita, Santo Antonius Maria Claret dengan keyakinan yang jelas bahwa semangat yang dia dan para sahabatnya terima adalah untuk seluruh dunia. Hari ini kita hadir di semua benua dan di banyak daerah pinggiran perjuangan manusia. Marilah kita memperkuat jangkauan misioner kita dengan semangat yang lebih besar.
Paus Fransiskus, dalam pesannya untuk Hari Misi Sedunia 2024, mengingatkan kita, “Janganlah kita lupa bahwa setiap orang Kristen dipanggil untuk mengambil bagian dalam misi universal ini dengan memberikan kesaksiannya tentang Injil dalam setiap konteks sehingga seluruh Gereja dapat terus maju bersama Tuhan dan Gurunya ke “persimpangan jalan” di dunia saat ini.” Marilah kita bersama-sama melihat perjuangan saudara-saudari kita dengan belas kasih Tuhan dan menjadi tangan-Nya yang penuh perhatian.
Tema Hari Misi Claretian adalah “air”, yang merupakan simbol kehidupan. Di hadapan kita terdapat gambaran yang sangat indah tentang sungai kehidupan yang mengalir dari Yerusalem (bdk. Why. 22:1). Air menopang kehidupan. Di banyak misi terpencil, akses terhadap air bersih merupakan tantangan besar. Kita dapat membuat perbedaan bagi saudara-saudari kita di sana melalui partisipasi kita dalam proyek-proyek yang dipresentasikan oleh General Mission Procure.
Tuhan telah memberkati rumah kita bersama dengan sumber daya yang berlimpah. Kita mesti mengerjakan bagian kita untuk merawat dan berbagi menurut rancangan Sang Pemberi kehidupan. Kita mempersembahkan inisiatif misioner kita kepada Hati Maria Tak Bernoda, yang mengajarkan seni merawat satu sama lain dan rumah kita bersama dengan kelembutan hati Tuhan.
Semoga kita sekalian merayakan pesta Bapa Pendiri dengan penuh sukacita!
Sejak Kapitel Umum XXVI, kita telah menggunakan istilah “mimpi” untuk merujuk pada design (rancangan) Allah bagi Kongregasi kita saat ini dalam kesetiaan pada karisma Bapa Pendiri kita. Kapitel provinsi dan pertemuan-pertemuan yang diadakan setelah Kapitel Umum membuat “mimpi” itu menjadi milik mereka dan mengundang komunitas-komunitas dan anggota-anggota Kongregasi untuk melihat diri mereka sendiri dan kerasulan mereka dari sudut pandang Allah. Saya, juga dipanggil untuk bertanya diri perihal apa yang menjadi mimpi Tuhan bagi superior jenderal.
Bahkan sebelum pandemi global cukup bisa dikendalikan, baik umat manusia dan bumi, rumah kita bersama, kembali terluka oleh wabah perang dan ketidakstabilan politik global, yang menunjukkan kerapuhan koeksistensi manusia dan kemampuan kita untuk memecahankan masalah bersama. Sekali lagi, menjadi jelas akan betapa pentingnya bagi manusia untuk belajar melakukan perjalanan bersama di planet ini, secara sinodal memahami Mimpi Tuhan bagi dunia.
Kita perlu mempelajari suatu seni yang memiliki tempat terindah dalam hati Bapa Pendiri kita, yang banyak membantunya untuk mewujudkan impian Tuhan, yakni seni menenun. Claret mempelajari seni menenun dari bisnis keluarganya (lih. Auto 31). Yang dia pelajari itu bukan hanya soal keterampilan fisik, tetapi juga seni relasional dan spiritual yang akan banyak membantunya untuk hidup sebagai seorang misionaris apostolik. Claret mampu merajut hubungan yang penuh kasih karunia dengan teman, rekan kerja, atasan, dan bawahannya. Maka, tidak heranlah jika ke mana pun dia pergi, dia menciptakan jaringan relasional untuk melayani pewartaan Injil. Kita tahu bagaimana dia merawat kakeknya ketika dia masih kecil (bdk. Auto 19), bagaimana dia berempati dengan para pekerja mesin tekstil (bdk. Auto 33-34), dan bagaimana dia memupuk hubungan persahabatan dan persekutuan hidup yang langgeng dengan begitu banyak orang sepanjang tahun hidupnya (lih. Auto 60-61). Deskripsinya tentang komunitas di Kuba menggambarkan jalinan hubungan yang ia kembangkan sebagai uskup misionaris (lih. Auto 606-613). Autobiografinya adalah narasi tentang kehidupan seorang misionaris yang terjalin bersama dengan begitu banyak jiwa besar sebagai jaringan relasi penginjilan di masa sulit Gereja di Spanyol dan Kuba.
Kredibilitas kehidupan pribadi kita dan keefektifan komunitas dan pelayanan kita di tingkat lokal, provinsi dan global, sangat bergantung pada kemampuan kita menjalin hubungan kita dengan Tuhan dan sesama yang lain serta bagaimana kita menyatukan sumber daya dan bakat kita untuk membawa/meneruskan misi yang dipercayakan. Penawar untuk banyak penyakit yang menimpa para penginjil saat ini (seperti klerikalisme, individualisme, dan keduniawian) adalah memberdayakan hubungan dalam komunitas dan dalam pelayanan. Bayangkan, betapa banyak kehidupan terpancar dari komunitas misionaris ketika para anggotanya mampu menjalin hubungan dan mengubah perbedaan menjadi kekayaan, konflik menjadi momen pertumbuhan, dan menghargai karunia satu sama lain! Salah satu kemampuan utama yang harus kita pelajari dari Bapa Pendiri kita adalah menjalin hubungan yang membangun komunitas misionaris, tim dan dewan pastoral dan pendidikan, dan jaringan yang mempromosikan “transformasi dunia menurut rencana Allah” (lih. QC 43).
Pada kesempatan ini, saya mengundang kita sekalian untuk merenungkan dengan saksama dimensi kehidupan Bapa Pendiri kita selama pesta ini sehingga kita dapat merajut jalinan hubungan kongregasional dan dapat memberikan kesaksian akan kasih Tuhan. Pada hari raya ini, marilah kita menjadikan doa Claret sebagai milik kita sendiri:
Oh Allahku dan Bapaku, semoga aku mengenal-Mu dan membuat Engkau dikenal; mencintai-Mu dan membuat Engkau dicintai; melayani-Mu dan membuat Engkau dilayani; memuji-Mu dan membuat Engkau dipuji oleh semua makhluk.
Bermimpi bersama Tuhan untuk Kongregasi yang Berakar ke dalam Kristus dan Berani Bermisi
Para saudara terkasih,
Kita dua tahun lagi akan merayakan 175 tahun berdirinya Kongregasi tercinta kita. Saat kita dengan penuh syukur mengingat hari pendirian Kongregasi, saya mengundang Anda sekalian untuk menggunakan hadiah imajinatif Anda untuk mendekati keadaan batin Anthonius Maria Claret pada hari bahagia 16 Juli 1849, di Vic, Spanyol. Saya percaya, ini adalah cara yang tepat untuk menangkap semangat Kapitel Umum yang terakhir dan impian Kongregasi di zaman kita. Pada hari ini, saya mengangkat hati kepada Tuhan dalam rasa syukur memikirkan betapa banyak cinta dan kebaikan yang telah Tuhan curahkan ke dunia melalui para konfrater kita di masa lalu dan di masa kini. Memang, semuanya dimulai dengan Mimpi Tuhan yang dibuat oleh Bapa Pendiri kita pada masanya.
Mimpi Tuhan dalam Kehidupan Claret
Claret muda tumbuh dengan banyak mimpi di mana lingkungan sosial-kulturalnya tertanam dalam dirinya. Kecintaannya pada desain tekstil didukung oleh kenangan masa kecilnya untuk menenun di pabrik milik keluarganya dan impian ayahnya untuk masa depan yang sejahtera dari usaha/bisnis keluarga, membentuk mimpi manusiawinya. Rancangan untuk menggapai mimpi tersebut adalah mempelajari teknik manufaktur di Barcelona dan komitmennya untuk menjadi ahli di dalamnya. Kendati demikian, hal itu hanyalah latihan untuk suatu proyek yang lebih besar yang Tuhan pikirkan untuk Claret. Mimpi kecil seorang Claret muda membuka dirinya untuk mimpi Tuhan yang lebih besar atas dirinya. Kongregasi kita, yang melibatkan kehidupan setiap Claretian saat ini, berakar pada mimpi yang Tuhan tanamkan dalam hati Claret. Kita perlu kembali ke sumber itu setiap kali kita hendak memperbaharui dan menghidupkan kembali karisma Kongregasi di setiap zaman dan di setiap budaya.
Melalui banyaknya jalinan kehidupan, Tuhan mengungkapkan rencana-Nya bagi umat manusia di dalam sejarah. Untuk itu, Tuhan memilih orang-orang dan menganugerahkan mereka dengan semangat yang sama (karisma) untuk mengejar tujuan bersama (misi). Kelima Ko-Pendiri Kongregasi kita memiliki kepribadian yang unik dengan sejarah hidup yang unik, tetapi mereka menerima semangat yang sama untuk berjalan bersama mengejar mimpi yang sama yang Tuhan telah tanamkan dalam diri Claret. Perziarahan bersama [yang] mereka [hidupi], mengikuti pola yang sama yang diprakarsai sendiri oleh Yesus dengan kedua belas murid, yang dipraktekan oleh Gereja Perdana melalui sharing kehidupan bersama dan diutus untuk mewartakan Kabar Baik (cf. CC 4).
Kita akan merayakan dua ratus tahun kelahiran dari Ko-Pendiri termuda, P. Jaime Clotet pada 24 Juli mendatang. Lahir di Manresa dalam sebuah keluarga religius, dia masuk seminari di Vic dan ditahbiskan sebagai imam diosesan. Uskup Vic, melihat semangat misionernya, mengusulkan kepada P. Jaime muda untuk bergaum dengan Claret untuk mengambil bagian dalam proyek misioner barunya pada 16 Juli 1849. Dalam komunitas misionarisnya yang baru, P. Jaime menemukan kehidupan spiritual, komunitas, dan apostolik yang intens, yang membentuknya menjadi seorang rasul dan mistikus yang berakar di dalam Kristus. Dia berani mendedikasikan dirinya untuk berkatekese tunarungu, untuk formasi para frater, dan untuk berbagai pelayanan internal dalam komunitas. Dalam [diri] Hamba Tuhan (the servant of God) Jaime Clotet, kita menemukan teladan yang sangat baik dari seorang misionaris Claretian, seorang sahabat Bapa Pendiri yang setia, seorang misionaris yang tak kenal lelah, yang cinta dan hidup untuk Kongregasi tercinta kita dengan penuh sukacita. Kita akan merayakan ulang tahun kelahirannya dengan perasaan syukur kepada Tuhan atas kesaksian hidup yang dihayati untuk mewujudkan mimpi Tuhan terhadap Kongregasi.
Mimpi Tuhan untuk Kongregasi di Zaman Kita
Kita telah sering menggunakan term “Mimpi” pasca Kapitel Umum XXVI dan setiap Organisme Mayor telah menguraikan mimpi mereka masing-masing dalam terang Mimpi Kongregasi. Kita perlu memahami term dalam arti alkitabiahnya yang menunjukkan arah yang Tuhan berikan kepada manusia melalui mimpi dan penglihatan pada momen-momen penting dalam sejarah keselamatan, yang berpuncak pada peristiwa Yesus.[1] Inisiatif Ilahi dan kerjasama manusia [sedang] memimpin sejarah menuju kepenuhan (pleroma) di dalam Kristus (cf. Kol 3:19-21). Kita adalah bagian dalam aliran sejarah itu dengan karunia karisma kita yang terjalin dengan karunia dan karisma lain untuk membangun Gereja, tubuh mistik Kristus (cf. 1 Kor 12; Ef 4:12-16)
Pada awal [berdirinya] Kongregasi kita, Bapa Pendiri kita dengan mahir menggambarkan Mimpinya untuk seorang putra Hati Maria sebagai “seorang yang berapi dengan cinta kasih dan membakar di mana saja dia lewat…” (cf. Auto 494; CC 9). Definisi misionaris ini terus mengundang kita untuk menjadi misionaris yang berakar di dalam Kristus dan berani bermisi. Mimpi Kongregasi yang terartikulasi dalam Kapitel Umum XXVI (cf. QC 43) merupakan suatu aktualisasi mimpi Claret untuk zaman kita dalam kesetiaan pada karisma kita. Sejarah Claretian telah menjadi [saksi] perkembangan mimpi ini pada setiap konteks dan zaman yang dia ramalkan ketika dia menulis kepada Nuncio tak lama setelah pendirian [Kongregasi], “Roh saya berlangkah ke seluruh dunia”.[2]
Mimpi Kongregasi [hanya] akan menjadi ilusi belaka kecuali [kalau] kita membuatnya menjadi milik kita sendiri pada level setiap Claretian, setiap komunitas, semua Organisme Mayor, dan Kongregasi pada umumnya melalui rencan (designs) dan komitmen yang sesuai. Di sinilah orkestrasi yang indah dari kolaborasi ilahi-manusia terjadi, yang membuat hidup kita menjadi simfoni yang indah dari kasih Tuhan bagi dunia. Ada baiknya untuk bertanya pada diri sendiri setelah merenungkan Mimpi Kongregasi:
Apa yang akan menjadi Mimpi Tuhan bagi saya dalam hidup dan pelayanan saya saat ini dalam terang Mimpi Kongregasi? Apa yang akan menjadi Mimpi Tuhan bagi komunitas saya dalam terang Mimpi Organisme Mayor?
Mimpi dan Kenyataan Dosa serta Keterbatasan Kita
Artikulasi Mimpi Kongregasi untuk zaman kita hanyalah titik berangkat karena pekerjaan rumah masih harus dikerjakan oleh setiap misionaris dan setiap komunitas untuk berjalan menuju mimpi itu. Kehidupan Bapa Pendiri kita dan sejarah Kongregasi mengingatkan kita akan kesulitan, penganiayaan, dan bahkan kemartiran demi Kristus. Kita juga perlu memperhitungkan dosa, keinginan, dan ketakutan kita yang mungkin dapat menghalangi kita untuk memenuhi komitmen yang telah dibuat.
Kekuatan kita masing-masing untuk berjalan bersama Tuhan dan mewujudkan mimpi Tuhan bagi Kongregasi memberi kita alasan untuk berharap di tengah cobaan dan kesengsaraan. Demikian pula, kita perlu mengakui dan menangani secara kreatif kemungkinan kita untuk menyakiti orang lain dan menciptakan neraka bagi diri sendiri dan orang lain ketika api kasih Tuhan tergantikan oleh amarah kebencian, ketidakpercayaan, dan persaingan [negatif]. Virus spiritual yang menginfeksi dan mendistorsi pikiran dan hati para misionaris (misalnya, keegoisan, kemalasan spiritual, klerikalisme, keduniawiaan spiritual, individualisem, pesimisme…[3]) dapat merusak visi kita tentang orang lain dan dunia, melukai persaudaraan dan merusak kerasulan.
Menarik untuk dicatat tentang bagaimana Claret mengagumi setiap anggota komunitas apostoliknya di Kuba[4] yang mana mirip dengan komunitas Kristen Perdana dan bagaimana mereka pergi mengadakan misi berkotbah di seluruh wilayah keuskupan yang luas itu. Kita bisa melihat secara sekilas gaya sinodal dalam cara Claret mengatur kehidupan dan tim misi misionaris sebagai Uskup Agung Santiago Cuba. Jika kita memupuk pola pikir/mentalitas apresiatif dari Bapa Pendiri kita, komunitas kita akan menjadi seperti “sarang lebah” apostolik para misionaris.[5] Sinodalitas semacam itu sine qua non (=tindakan, kondisi, atau unsur yang sangat diperlukan dan penting) untuk mewujudkan Mimpi Tuhan bagi Kongregasi.
PERJALANAN SINODAL, PENANGKAL BANYAK PENYAKIT GEREJA DAN KONGREGASI
“Berjalan bersama mendengarkan satu sama lain dan Roh Kudus” merupakan inti dari perjalanan sinodal yang diundang oleh Paus Fransiskus untuk dipeluk oleh seluruh Gereja. Kongregasi kita menyambutnya dengan sepenuh hati karena Roh telah mempersiapkan kita untuk menempuh jalan itu melalui persiapan dan perayaan Kapitel Umum XXVI. Saya berterima kasih kepada Tuhan dan mengagumi semangat dan komitmen dari sebagian besar misionaris kita. Komunitas kita di mana saudara-saudara kita menikmati persaudaraan dan saling menghormati bekerja sama untuk misi bersama komunitas dengan energi yang luar biasa. Saya telah bertemu dengan orang-orang yang menceritakan dengan amat baik terkait kesaksian mengenai saudara-saudara kita dan keindahan komunitas antarbudaya yang membangun mereka. Komunitas-komunitas ini telah mengembangkan kemampuan untuk bekerja sama sebagai sebuah tim, merangkul perbedaan, merundingkan konflik, melengkapi dan mendukung satu sama lain dengan karunia unik yang dimiliki setiap orang, dan membayangkan (ENG: envisioning; ESP: visualisando) dan menjalankan misi kita bersama.
Salah satu tantangan yang akan saya soroti sebagai yang paling serius mempengaruhi kehidupan misioner dari banyak komunitas kita adalah sulitnya bekerja bersama secara sinodal. Kita telah menghadapi situasi relasional dalam komunitas yang telah menyebabkan telah menyebabkan kerugian serius dan penderitaan yang tidak semestinya pada individu-individu dan misi komunitas, tragedi-tragedi yang dapat dihindari jika terdapat percakapan yang jujur dan dilakukannya dialog persaudaraan. Betapa banyak kesempatan untuk anugerah dan pertumbuhan yang telah hilang dalam misi karena kita gagal untuk merencanakan dan untuk bekerja sama demi kebaikan misi! Betapa banyak saudara-saudara kita mengalami situasi yang merusak diri sendiri karena mereka menolak untuk menerima umpan balik, atau rekan-rekan mereka gagal memberikan koreksi persaudaraan di waktu yang tepat! Meskipun perbedaan, ketegangan, dan konflik dalam komunitas adalah hal yang wajar dan memiliki potensi produktif dalam diri mereka (ENG: have productive potential in themselves), penghindaran atau pengelolaan yang tidak sehat membuka pintu bagi iblis perpecahan dan berbagai jenis penyalahgunaan (penyalahgunaan seksual, keuangan, dan kekuasaan) dalam ruang hidup dan misi kita.
Di zaman kita yang penuh tantangan, sangat penting untuk mempelajari seni percakapan yang jujur, dialog, penegasan komunitas, membangun konsensus dan berjalan bersama sebagai sebuah peziarahan ke arah yang Tuhan tunjukkan melalui tanda-tanda zaman. Bersama Paus Fransiskus, kami juga menegaskan bahwa “jalan sinodalitas inilah yang diharapkan Allah dari Gereja milenium ketiga.”[6] Oleh karena itu, marilah kita memupuk spiritualitas sinodal dan membuka diri untuk pertobatan sinodal untuk menyambut perubahan yang diperlukan dalam cara kita bekerja bersama dan mendengarkan satu sama lain dan Roh Kudus.
Marilah Berjalan Bersama!
Suatu perjalanan ziarah dalam pelayanan Mimpi Tuhan akan bermakna dan menyenangkan ketika dilakukan bersama-sama dengan orang lain yang menghadapi kesulitan bersama, dengan berat beban yang dipikul bersama (ENG: with minimum luggage to carry), dan dengan kemauan untuk maju. Bapa Pendiri dan Ko-Pendiri kita sigap dan siap untuk bermisi karena hati mereka berakar di dalam Kristus, pikiran mereka terfokus pada misi-Nya, kaki mereka bebas untuk bergerak ke mana Dia inginkan agar mereka pergi, dan tangan mereka siap melayani umat-Nya. Marilah kita menjadikan mistik misioner mereka menjadi milik kita dan marilah kita menghidupkan semangat mendasar itu hari ini. Kita mesti mempercayakan perziarahan kita kepada Bunda Yang Terberkati yang menemani dan menyayangi putra-putranya dalam hatinya yang tak bernoda, seperti yang dia lakukan untuk Putranya Yesus dan Bapa Pendiri kita St. Antonius Maria Claret. Selamat merayakan Hari Pendirian Kongregasi untuk kalian semua!
[1] Kami menggunakan istilah Mimpi untuk menunjukkan makna yang lebih mendalam seperti yang digunakan oleh Paus Fransiskus dan untuk membedakannya dari mimpi yang mengacu pada imajinasi fantastis selama tidur atau fantasi angan-angan dari seorang pelamun.
[2] Surat kepada Nuncio Brunelli pada 12 Agustus 1849.
[3] Cf. Paus Fransiskus menjelaskan beberapa di antaranya dalam Evangelii Gaudium, 76-109.
[4] Cf. Antonius Maria Claret, Autobiografi 606-613.
In this extraordinary Missionary month of October, we enter the 150th year of the completion of the mission of Father Claret on earth. The official inauguration of the anniversary of his call to heaven is envisaged on 25th January in Santiago de Chile together with all the Major Superiors during the celebration of the 150th year of the arrival of Claretian Missionaries to the “young vine” of America. The conclusion of the Jubilee year would be in Vic on 24th October 2020. However, we shall take off from this special missionary month to prepare a meaningful period of internalization of the missionary spirit of our Founder. I urge you to make use of the program of the spiritual itinerary prepared by the General Prefecture of Spirituality to grow closer to our Founder and nurture the missionary spirit that we too have received. How exciting it is for us to think of ourselves as those, in the words of Father Claret, “whom the Lord had given the same spirit that motivated me” (Aut 489). Without this spirit, we may make lot of noise, but not God’s voice for his people like our Founder.
On 24th October 1870 at 8.45 am, our Founder was called to his heavenly abode. The touching description of his last days by Father James Clotet shows how deep was his intimacy with the Lord. Our Founder, a naturally endowed designer, teaches us the beauty of living for the Lord and the art of dying in the Lord. His long-desired goal of shedding his blood for the love of Jesus and Mary and of sealing the truths of the Gospel with the very blood of his veins (Aut 577) was realized in a mystical way in his last days in exile in Fontfroide in France.
Our Founder has left us two beautiful gems that reveal the core of his life. In this jubilee year, we shall nurture our life and mission each day from them. We will do well to have them inscribed in our hearts to imitate his faithfulness to the Lord and keep them written in our rooms as a mirror reminder.
The first is the apostolic prayer of our Founder which declares the mission of his life.
“O my God and my Father, may I know you and make you known; love you and make you loved; serve you and make you served; praise you and make all creatures praise you. Grant, my Father, that all sinners be converted, all the just persevere in grace, and all of us attain to eternal glory. Amen.”
The second is the definition of the missionary which is the best description of his own life and a program of holiness that he has left to us:
A Son of the Immaculate Heart of Mary is a man on fire with love, who spreads its flames wherever he goes. He desires mightily and strives by all means possible to set the whole world on fire with God’s love. Nothing daunts him; he delights in privations, welcomes work, embraces sacrifices, smiles at slander, and rejoices in suffering. His only concern is how he can best follow Jesus Christ and imitate Him in working, suffering, and striving constantly and single-mindedly for the greater glory of God and the salvation of souls.
I hesitate to add anything to these spiritual jewels by way of comment or explanation. What is important is to fan the fire of God’s love within us by being close to our Founder. Father Claret’s life testifies that the flame of God’s love spreads wherever a missionary goes, be it to a village or a town, to distant island or to a royal palace. It is the fire, unlike other passions, that goes on burning without burning us out.
Let us keep returning to the spiritual treasures of our Founder to draw apostolic force to be truly God’s mission in the world.
I wish the whole Claretian Family, friends and lovers of our Founder a very joyful feast of St. Anthony Mary Claret.
Dalam
suasana novena atau triduum yang dijalankan di tiap komunitas menyosong
Pesta Bapa Pendiri, mari kita semua bersatu dalam doa dan misi demi
Delegasi dan Tarekat tercinta. Kita bersukacita karena masih diberi
kesempatan oleh Tuhan merayakan Pesta Bapa Pendiri. Pesta ini dirayakan
tiap tahun untuk merajutkan kita dengan sejarah masa lalu guna
menyambung hari kemarin itu dengan hari ini. Inilah makna “remembrance
and prophetic” dari sebuah “historical event”.
Kita
juga bersyukur kepada Tuhan, karena Delegasi kita boleh merayakan 25
Tahun pendiriannya. Perayaan penutupan Tahun Jubileum Agung Delegasi
ini, sebagaimana yang kita ketahui dibuat di dua tempat, yakni wilayah
NTT di Sok dan wilayah Indonesia Barat di Tomok. Mari kita bersatu hati
dengan semua saudara dan umat kita di Sok dan Tomok. Pater Romy dan
Pater Xiku hadir dalam acara dimaksud masing-masing di Sok dan Tomok.
Sukacita
Jubileum Agung Delegasi ini, juga sangat dirasakan oleh Saudara-Saudara
kita yang tidak sempat bergabung bersama kita. Sebagaimana Pater
Eduardo dan Pater Jess juga sempat merasakan makna perayaan ini, tak
ketinggalan salah satu Misionaris sejati kita yang juga masuk dalam
ketogori perintis Delegasi generasi kedua adalah Pater Ricardo Salomon.
Dalam misinya memeluk penderitaan fisik yang dialami sejak tahun 2000 di
Fohorem, beliau begitu senang dan sangat mencintai serta terus
mendoakan Delegasi. Delegasi tentusaja sangat berhutang budi kepada para
pionir ini. Untuk itu dalam sukacita Jubileum Agung ini, mari kita
mendoakan para sesepuh kita: Pater Emanuel Bongzunyas, Pater Orlando,
Pater James, Pater Eduardo, Pater Julian, Pater Miguel, Pater Jes, Pater
Kuri, Pater Ricardo, Pater Rohan, dan semua misionaris yang ikut
membentuk dan membesarkan Delegasi.
Akhirnya, Selamat Pesta Bapa Pendiri.
Selamat Pesta Penutupan Tahun Jubileum Agung 25 Tahun Pendirian Delegasi.